🐾 TWELVE 🐾

315 24 0
                                    

Happy Reading ♡

.
.
.

Senin adalah today, yesterday is sunday. Ya iyalah, saya ga bahas hari kok cuman day aja.

Hari ini adalah hari Alex menjadi salah satu murid di sekolah dasar perwira 10, yang letaknya 6 Kilo Meter dari perum yang ditempatin Alex.

"Jangan bengong! Makan rotinya," tegur sang abang saat melihat adiknya hanya menatap roti isi selai merah.

Alex menggangguk setelah itu memakan roti isi selai itu dengan secepat kilat, hap.

"Ale selesai."

Para abang dan papi hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala mereka, abang Alan dan Leon berdiri mengambil piring kotor lalu menaruhnya ke dapur.

Sementara para abang menaruh piring kotor ke dapur, papi mendekat kearah Alex.

"Anak Papi, lagi mikirin apa sih? Kok tadi bengong terus."

Alex menatap mata menenangkan Papi, "Engga lagi mikir apa-apa kok Papi, cuman lagi gugup karena Ale kan udah mulai sekolah lagi," ujar Alex, "mana Ale jadi murid baru juga di sana."

"Anak Papi ternyata bisa gugup juga ya?" ucap Papi dengan menaik turunkan alisnya bermaksud menggoda Alex.

"Ish, Papi mah gitu."

Papi tertawa saat melihat anaknya merajuk, oh sepertinya beliau ini sangat senang membuat anaknya merajuk.

"Om, kasihan Adek tuh pipinya dah merah." Goda abang leon yang diangguki abang Alan.

Alex menggembungkan pipinya lucu minta dicubit.

"Abang jangan nakall ish!" Ucap Alex dengan makin merajuk kepada mereka semua.

Semuanya tertawa dan itu membuat Alex semakin cemberut, ia berdiri dari bangku lalu melangkah ke halaman depan.

"Anaknya ngambek.." ucap Leon terkekeh melihat ke arah Alex yang sedang berjalan.

"Aku ngantar sekolah adek ya, sekalian berangkat sekolah juga." Ucap Alan ikut berdiri ingin mengampiri adeknya.

"Lah leon gimana??" Tanya Leon dengan menunjuk kearah dirinya sendiri.

"Pake motor sendiri."

Om Adi hanya menggelengkan kepalanya saat melihat kedua kembaran itu.

"Alan hati hati bawa motornya, om titip dek Al ya." Teriak Om ketika Alan sudah terlihat sedikit jauh.

"Oke."

Di teras Alex dengan wajah cemberut sudah duduk di atas jok motor Alan, Alan yang melihat itu heran bagaimana cara adeknya yang cebol bisa naik ke atas.

"Kok udah di atas aja dek?" Tanya Bang Alan setelah mendekat.

"Kepo!" Dengusnya dengan memalingkan muka dan melipat tangannya di depan dada.

Alan menggelengkan kepala, setelah itu memakaikan helmet ke adiknya.

"Pegangan dulu dek," ucap Alan mengingat kan.

"Gak mau."

"Serius? Yaudah," Alan sengaja meng gas motornya yang membuat Alex memeluk pinggang abangnya.

"Jangan ngebut bangg," rengek Alex di punggung Alan.

"Tadi katanya gamau pegangan," kekehnya di balik helmet yang di pakai.

"Abang mah!!"

Alan hanya tertawa menanggapi, dan segera melajukan motornya agar sang adik tidak semakin merajuk di belakang punggungnya.

Brummm..

"Kurang asem! Gua malah di tinggal."

Hayo siapa? Ya jelas babang Leon lah, nih si dia ini lagi misuh misuh karena kunci motornya kebawa sama si alan. Alhasil dirinya harus memohon mohon kepada om Adi untuk minta tumpangan.

😎🤳

Sesampainya di sekolah eSDe tempat dede Al mendaftar sebagai murid baru.

"Udah sampai~" ucap abang lan, menurunkan Alex ke bawah dan berjongkok.

"Adek mau di antar sampai kelas gak?" Tawar abang lan dengan menaik turunkan alisnya.

"Gak! Aku udah gede abang, mending abang berangkat ajaa." Tolak Al sembari mendorong abang lan untuk kembali ke motor.

"Serius?"

"Iyaaaa, dua rius."

Okelah, final. Alan memberikan sebuah petuah kepada adeknya, lalu menjalankan motornya ke luar dari gerbang sekolah dedek gemes.

"Halo dedek manis."

Alex menengok kebelakang dan munculah kakak cantik memakai gamis putih tengah tersenyum kepadanya.

"Halo kakak cantik," sapa Al kepadanya, kakak itu tersenyum sembari membelai surai lembut Alex.

"Kamu murid baru?" Tanyanya, Alex mengangguk.

"Sip, ayok kakak antar ke ruang kepsek." Ucap semangat kakak cantik sembari menarik lembut tangan Al.

Entah mengapa mereka berdua sudah sampai di depan ruang kepsek, padahal belum sampai 5 menit.

"Sana kamu masukk," ucapnya sembari mendorong Al, padahal Al belum sempat bertanya.

"Eh kakak-"

"Kamu anak nya pak Adi?" Tanya seorang pria paruh baya yang sedang duduk di meja penuh buku buku.

"I-iya."

"Haha. Gak perlu takut, sini salim dulu." Ucapnya lembut, Alex berjalan mendekat dan salim kepadanya.

Alex mengangkat kepalanya untuk melihat kepala sekolah dan dirinya terkejut karena itu pamannya.

"Pamannn!"

"Oh, akhirnya kamu mengenali paman."

"Al kangen sama paman, kok gak pernah kerumah lagi?" Tanya Alex sembari memeluk orang yang di sebut paman itu.

***

Kisah Si BocilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang