1. Varel, Nenek & Gubuk

87K 4.5K 453
                                    

Hai Gaiseee👋
Only buat cerita ini untuk para pembaca yang suka cerita bergenre family protective
Disini semua pemerannya cowo ya, Cewe gk masuk. Sowwwy
Hmm, mungkin ada tapi sebagai pelengkap cerita aja. Gk penting2 amat dah

Jangan lupa Vote, komen dan follow ya Gesss

Awas Typo!!!

Awas Typo!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagian 1

"Varel,"

Suara lirih seorang wanita tua renta terdengar walau sayup dalam keheningan. Mata berkerutnya menatap seorang anak kecil yang jika dilihat secara fisik, orang-orang bisa saja mengira jika anak itu baru berusia 3 tahun padahal sudah akan menginjak 5 tahun 2 bulan lagi. Tubuhnya kurus, pendek dan sangat tidak terurus.

Di sisi lain, Varel yang mendengar namanya disebut menoleh ke belakang lantas mengembangkan senyum manisnya pada sang Nenek. Matanya ikut menyipit membentuk bulan sabit. Sejurus kemudian, dirinya melangkah menghampiri Nenek yang tengah terbaring lemah di atas dipan tua yang terbuat dari bambu.

Varel mengusap lembut rambut beruban dan kering Neneknya. Keluarga satu-satunya yang dia punya. Nenek selalu menyayanginya. Varel tidak mengerti apa itu dimarahi karena Neneknya tidak pernah melakukan hal tersebut.

"Nek Lapal?" tanya Varel kecil pada sang Nenek. Maklum saja, walau hampir memasuki usia 5 tahun, Varel belum lancar berbicara sebab kekurangan gizi dan tidak adanya peran orang tua dalam masa pertumbuhan membuat tumbuh kembangnya sangat lambat di banding anak normal seusianya.

"Varel sudah makan?" Nenek bertanya berbisik membuat anak itu menggeleng sebagai respon.

"Nek tugu," jawab Varel. Dia menunggu Neneknya bangun supaya bisa makan bersama.

"Tidak usah menunggu Nenek lain kali. Varel bisa makan lebih dulu yah?" Nenek memberi pengertian karena Varel selalu seperti ini. Tidak akan makan sebelum dia bangun.

"Ndak mau" Sambil menggeleng kepala tanda tidak setuju dengan apa yang neneknya katakan. Kalau dia makan sendiri nanti neneknya makan apa? begitu pikirnya.

"Nek mamam, Lel mamam" katanya melanjutkan.

Varel berdiri, kaki telanjangnya melangkah ke tempatnya tadi untuk mengambil piring yang berisi nasi putih tanpa lauk pemberian Bibi, tetangga baik yang tinggal berdekatan dengan gubuk tua mereka.

Piring berisi nasi di pegang erat kedua tangan kecilnya. Varel melangkah pelan dan penuh kehati-hatian sebab tidak ingin makanannya tumpah seperti minggu kemarin. Karena terlalu antusias Neneknya bangun, Varel dengan semangat mengambil makanan yang sudah beberapa jam lalu di berikan oleh Bibi.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang