Hai 👋
Jangan lupa VOTE dan Komen Readers Tercintaa OnlyyPreviously
Sedangkan coretan yang lain sangat rapi dan teratur. Terutama bulatan besar berwarna putih dibagian mata sehingga Ia terlihat seperti tuyul. Selain itu, alisnya yang sudah tebal dan menukik di tebalkan lagi menggunakan spidol hitam. Di tepi lubang hidungnya diberi warna merah. Jangan lupakan jenggot dan kumis buatan yang juga ditorehkan oleh Varo membuat wajah tampan Arthur terlihat mengenaskan.
Tangan kiri Arthur meninju dinding di hadapannya. Ia menggeram marah. Wajahnya terlihat memerah, itu membuat Arthur merasa geli sendiri melihat bentuk wajahnya sekarang.
"ALVARRROOOOOOO!"
🧸🧸🧸
BAGIAN 30
Hari ini, Arthur begitu dibuat kalangkabut dengan keberangkatannya ke Jepang. Mengapa? Karena dia harus pergi tanpa Baby Va-nya selama kurang lebih satu minggu. Apa Arthur akan sanggup? Jawabannya tidak. Dia tidak akan sanggup. Kalau pun bisa pasti Arthur tidak akan bisa fokus sama sekali apalagi mimpi sialan yang dia alami kemarin.
"Kau tidak bisa membawanya El, anak itu akan sakit setelah sampai disana. Perjalanannya terlalu jauh sedangkan dia tidak pernah melakukan perjalanan panjang sebelumnya," Dylan menatap Arthur yang masih memangku Varel "Kami akan menjaganya dengan baik, tenang saja. Anak-anakmu akan selalu mengabarimu tiap 1 jam," ucap Dylan sedikit menyindir namun yang di tuju tidak tersindir.
"Baby Va mau ikut Daddy tidak? Kita jalan-jalan ke Luar Negeri," bujuk Arthur, tidak menghiraukan apa yang dikatakan Dylan membuat Dokter itu mendelik kesal.
"El, Kau benar-benar akan membuatnya sakit kalau memaksakkannya. Varel pasti harus menyesuaikan diri lagi dengan suhu di sana. Dia bisa saja rewel. Dengarkan aku! Untuk apa menjadi aku Dokter pribadi kalau kau saja tidak mempertimbangkan pendapatku mengenai kesehatan?" Dylan mengomel dari sofa yang berseberangan dengan Arthur.
Wajah Arthur tertekuk, dia semakin membawa tubuh Varel untuk menempel padanya "Dada jalan-jalan?" Varel bertanya sambil mendongak.
Arthur mengangguk semangat "Iya, Daddy jalan-jalan. Mau ikut? Kita akan membeli banyak mainan, makanan, pakaian dan--"
"Lel cini caja mamain cama bang Lo, bang Pian, bang Ashta, bang Alon, bang Alesh, bang Apin,,, Em,, un-tel jugaa," ucap Varel kemudian sambil menghitung semua orang yang Ia sebutkan di jari-jarinya.
"Yakin tidak mau ikut? Daddy akan pergi lama, Sayang. Tidak rindu?"
Varel menggeleng kuat "Bang Lo bilan no lindu-lindu! Lel bica halo-halo Dada cama bang Alon," balas Varel memberi alasan. Ia mengingat bagaimana ketika Ia berbicara dengan sang Daddy lewat benda persegi empat yang sering dipegang oleh Vian dan Varo.
KAMU SEDANG MEMBACA
VAREL (TAHAP REVISI)
RandomTHE STORY OF VAREL : Varel, anak manis berusia 5 tahun yang mendapatkan keluarga adopsi overprotektif. Tinggal bersama Daddy dan 7 kakak laki-laki yang bergelimang harta tapi kurang belaian. Tingkah imutnya membuat ribut dan rebut adalah 2 hal...