18. Jurang Kebucinan yang Hakiki

38.1K 3.3K 452
                                    

Haaiiii Readers You 👋
Kangen gk kangen gk? Kangen aja dah😂
Hayooo tinggalkan jejak kaliann

JANGAN LUPA VOTE & KOMEN

AWAS KESANDUNG TYPO 🙌
🧸
🧸
🧸
🧸
HAPPY READING 😘

Tanpa menunggu atau melakukan tawar menawar Aaron berdiri, mencubit hidung mancung adiknya. Ketika melihat mulut Arvind terbuka karena merasa pengap dia langsung meminumkan obat itu tanpa sisa kemudian cepat-cepat menaruh gelasnya dan menutup mulut Arvind agar tak bisa memuntahkan obatnya.

"Telann" paksa Aaron sambil melotot garang

Dengan penuh keterpaksaan, Arvind menelan semuanya. Tolong Arvindd, dia ingin muntahh

"Anak baiiikk"

Cup

Aaron tersenyum lebar lalu mengecup sekali kepala Arvind

"Istrahatlah, Abang mau lihat dulu keadaan Bang Ares"

🧸🧸🧸


BAGIAN 18

"Dada, Lel lapal"

Arthur yang sedang menonton ulang rekaman cctv yang telah dikirimkan James tadi mengenai kejadian kemarin menoleh karena Varel mengadu lapar padahal baru saja selesai makan sejam yang lalu.

"Sudah lapar lagi?"

Arthur meletakkan iPad berwarna silver yang berhiaskan berlian-berlian berukuran kecil itu ke atas kasur sebelah tempat duduknya.

Saat ini Varel dan dia sedang berada dalam kamar Arthur setelah sarapan serta pemeriksaan kesehatan untuk Varel oleh Dokter yang sebelumnya memeriksa Ares dan Arvind.

Arthur duduk menyandar pada headboard sembari menjulurkan kaki di atas ranjang sedangkan Varel tidur menyamping dengan paha sang Daddy sebagai bantal. Varel tengah menonton kartun anak yang tadi diputarkan Arthur.

"Yaa" jawab Varel dengan tatapan serius. Dia benar-benar lapar.

Arthur terkekeh. Dia menjulurkan tangan dan menekan tombol berwarna hijau di dekat tempat tidurnya. Tak sampai semenit, pintu bercat hitam itu telah diketuk dari luar

Tok tok tok

"Permisi Tuan, ada yang bisa saya bantu?" Tanya si pelayan dari balik pintu tertutup sang Bos

"Ambilkan bubur dan susu" balas Arthur dari dalam kamar tanpa beranjak sedikitpun bahkan untuk sekadar membuka pintu. Berdosa memang ^_^

"Baik Tuan"

Arthur menoleh menatap Varel "Sebentar lagi makanan datang, Oke?"

"Ottee Dada" jawab Varel semangat

Karena gemas Arthur mengangkat anak itu untuk didudukkan di antara kedua kakinya membuat Varel secara otomatis menyenderkan punggung sempitnya ke dada bidang Arthur. Mata hitamnya terus menatap TV lebar mencoba menyerap lagu yang terus terputar di sana.

"Kenapa Baby Va sangat imut hm?" Gemas Arthur sembari mencium rambut yang beraroma shampo bayi premium.

Varel menggeleng tanpa bersuara membuat Arthur memasang wajah datar. Apa dia kurang menarik? Atau TV nya yang terlalu menarik?

Saat Varel sedang fokus menonton tiba-tiba gambar di depannya hilang. Mata bulat Varel mengerjap heran

"Dada mati" ucap Varel terus menatap TV

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang