THE STORY OF VAREL :
Varel, anak manis berusia 5 tahun yang mendapatkan keluarga adopsi overprotektif. Tinggal bersama Daddy dan 7 kakak laki-laki yang bergelimang harta tapi kurang belaian. Tingkah imutnya membuat ribut dan rebut adalah 2 hal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Previously
"Nanish bahagya,"
Sontak Ares menghentikan langkah kakinya begitu jawaban polos Varel terdengar. Tanpa ada yang menyadari, sudut bibir Ares terangkat hampir membentuk sebuah senyum sempurna yang jarang terlihat oleh siapapun. Dan itu karena jawaban sederhana seorang anak kecil berwajah polos yang tidak dilakukan dengan sengaja. Namun, wajahnya kembali datar ketika dari arah depan Aska muncul sambil melempar cengiran lebar bersama Aaron yang terlihat khawatir disampingnya.
"Ingatkan aku untuk menonjok wajah bodoh Aska nanti," geram Ares dalam hati.
🧸🧸🧸
Bagian 35
"Apa yang kalian lakukan tadi?" Aska bertanya penasaran.
"Makan," Ares bersuara dari belakang.
Posisi duduk mereka telah berubah. Ares dan Aaron bertukar tempat. Ares duduk di jok belakang sambil memangku Varel. Sedangkan Aaron duduk disamping Aska yang sedang mengemudi. Sebenarnya tadi Ares sempat keberatan tapi Aska beralasan kalau paha Aaron sakit karena dia ajak berlari. Hal itu didukung dengan permintaan Aska pada Aaron agar berjalan sedikit pincang. Drama yang bagus.
"Bang Ares makan apa?" Kali ini Aaron yang bertanya seraya menoleh ke belakang, mengambil jemari tangan Varel untuk dimainkan.
"Nasi dan lauk"
Aaron menggigit bibir bawahnya, dia menahan diri untuk tidak memberikan pelukan sayang pada Ares. Sungguh gemas sekali rasanya mendengar Ares hanya mengeluarkan tiga kata itu. Tidak bisakah bicara sedikit lebih panjang, setidaknya sekitar lima atau enam kata. Aaron melirik Aska disampingnya, Aska hanya membalas dengan kerlingan santai.
"Varel tadi makan apa?" Aaron mengalihkan pertanyaan pada Varel. Anak ini pasti akan menjawab rasa penasaran mereka.
Plop
Varel tersenyum setelah menarik lepas dot susunya. Susu yang diberikan Aaron beberapa saat lalu karena Varel mengeluh haus.
"Lel makkan naci denan em...," Wajah polos itu menampilkan raut lucu karena otaknya dipaksa berpikir. Varel mencoba mengingat makanan apa yang mereka makan tadi. Nama-nama makanan itu tidak terlalu familiar dengannya karena memang dia baru kali ini memakannya.
Aaron mengangkat kedua alisnya, menunggu jawaban sambil tersenyum geli. Tidak ada yang sanggup menandingi keimutan adik mereka ini. Jika bisa, Aaron ingin Varel menjadi anaknya saja.