Peperangan seringkali membuat seseorang kehilangan orang yang sangat mereka cintai. Rela mengorbankan diri demi melindungi keluarga, sahabat dan bahkan seluruh penduduk yang telah menjadi teman kehidupan di tempat kelahiran serta tempat tinggal mereka.
Bunyi terompet terdengar.
"Seluruh penduduk Viridi Capillus (Rambut Hijau) pergi menyelamatkan diri." Suara teriakan seorang pria berpakaian prajurit putih dengan ciri khas rambut berwarna hijau.
"Ada apa Augusta? Apa yang terjadi?" tanya wanita tua menghampirinya.
"Seluruh penduduk harus sembunyi bu, mereka sudah mengetahui keberadaan kita" Tegasnya dengan raut wajah khawatir yang dipenuhi amarah.
"Tapi, bagaimana dengan Elysia?"
"Memangnya dimana Elysia?"
"Dia pergi bersama adik mu mencari.."
"Jangan bilang mereka pergi ke tempat Parvus (Buah Kecil)?" sanggahnya.
"Belum terlambat, aku harus pergi mengingatkan mereka" Tegas Augusta seraya menunggangi seekor Magnus Avis (Burung Besar).
Burung itu terbang menyisip ke sela sela pohon besar seakan mirip dengan sebuah pohon bernama Angel Oak yang saat itu tengah menampakkan suasana hijau dan terlihat sangat indah untuk di pandang. Daun-daun besar philodendron juga terihat hidup dibawah pohon Angel Oak tersebut.
"Elysia.. Allegra.." Teriak Augusta.
"Dimana mereka?" sambungnya seraya menatap ke segala arah untuk mencari keberadaan sang putri dan pengawal wanita yang sudah di ramalkan memiliki ikatan sejak lahir. Kumpulan Parvus terihat utuh dengan buah kecil berbentuk bulat merah, aroma manisnya pun masih tercium seakan tak tersentuh oleh kaum Viridi Capillus.
"Tak ada jejak sama sekali. Apa jangan-jangan mereka.." ucapnya terhenti. Seketika itu terdengar dobrakan kuat di udara, pohon pinus pembatas wilayah Viridi Capillus seakan hampir tembus, terlihat cahaya hijau terang menerangi seluruh tempat di negeri Nubibus dengan penduduk terbanyak yang dikenal sebagai kaum Viridi Capillus.
"Oh tidak, dia pasti menggunakan mantra itu" gumam Augusta khawatir. Ia menabrak masuk melewati kumpulan Parvus sebagai jalan pintas tanpa memperdulikan buah ajaib sebagai bahan makanan kaumnya tersebut menjadi layu karena terpisah dari tangkai asli tempat serbuk sari buahnya berproduksi. Disisi penghalang lainnya Augusta tanpa sengaja melihat cahaya putih terang yang dengan cepat menghilang dari balik dinding perbatasan Negeri Nubibus dan Dunia Manusia.
"Jangan-jangan.." ucapnya terhenti saat Magnus Avis menghentikan kepakkan sayapnya tepat di depan pohon pinus yang menghubungkan dunia manusia dan Negeri Nubibus. Seketika itu Augusta dan Magnus Avis tiba-tiba terdiam dan tunduk seakan sedang mengikuti perintah. Sebuah kaki kecil putih melangkah mendekati Magnus Avis dan Augusta, ia mencoba mengelus sayap putih cerah sang burung dan tersenyum seraya berkata.
"Illis Salutem, Coabor vivere atque immortale corpus meum Nubibus et Viridi Capillus (Sampaikan salamku kepada mereka, aku akan mencoba hidup dan mengabdikan hidupku untuk Nubibus dan Viridi Capillus." Ucap seorang wanita berambut ikal berwarna hijau terang dengan pakaian putih panjang menutupi lututnya.
"Terbanglah Magnus Avis, bawa tuanmu ke tempat perkumpulan, Negeri Nubibus telah aman, aku telah menyampaikan pesan ini melaluimu dan kamu harus memperlihatkannya kepada mereka. Allegra akan ku temukan dan akan ku kembalikan kepada Augusta serta kepada paman dan bibi."
KAMU SEDANG MEMBACA
NUBIBUS (Pertarungan di dua dunia berbeda)
FantasySeorang wanita pertama yang menjadi penerus suatu negeri bernama Nubibus dari kaum Viridi Capillus/Rambut Hijau. Semua berawal saat peperangan terjadi dinegeri Nubibus yang dilakukan oleh peneliti dari dunia manusia, mereka berhasil menemukan letak...