2. Pertemuan dalam Insiden

50.1K 4.7K 254
                                    

Haii Gaiseee
Kembali lagi bersama Onlyyy
Jangan lupa Vote, Komen dan Follow
Awas Typo!!!

Haii GaiseeeKembali lagi bersama OnlyyyJangan lupa Vote, Komen dan FollowAwas Typo!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Previously—

Setelah berdoa, Mbok Ida berusaha menggerakkan tangannya untuk mengelus rambut hitam legam Varel.

"Nenek menyayangi Varel, jaga dirimu, Sayang," Setelah mengatakan itu tanpa suara, tangannya melemah tak bisa lagi digerakkan. Dia tak bisa lagi menarik napas. Tubuhnya menegang sebentar sebelum akhirnya mata sayu yang selama ini melihat bagaimana tumbuh kembang Varel itu tertutup selamanya.

"Selamat tinggal, Varel."

🧸🧸🧸

Bagian 2

Kematian Mbok Ida membuat keluarga Ratna bersedih terutama Varel, dia yang paling merasa kehilangan disini.

Pagi itu berjalan seperti biasa. Dimana Ratna akan membawakan nasi putih dan Varel menunggu Nenek bangun untuk makan. Jadi Varel duduk disamping Neneknya yang masih tidur sambil sesekali melirik ke arah makanan yang beberapa langkah dari tempatnya duduk.

Setelah menunggu seharian hingga malam datang Neneknya tak pernah bangun. Karena sudah tidak tahan kelaparan, Varel berinisiatif membangunkan. Tangan kecilnya terulur mencoba menggoyang pelan tangan kiri sang Nenek yang sedang berbaring miring ke kanan.

"Nek? Lel lapal," Tidak ada pergerakan dari Nenek. Bahkan membuka mata pun tidak. Varel sudah berkali-kali memanggil tapi tidak ada respon.

Tiba-tiba saja hujan datang diiringi angin kencang dan suara petir membuat Varel terkejut dan langsung memeluk tubuh kaku Neneknya. Mata bulat itu menatap ke atas dimana wajah neneknya tertidur dengan damai.

"Nek, Lel atut."

Lama menunggu tidak ada respon. Matanya mulai berkaca-kaca entah karena rasa takut atau lapar. Hujan diluar semakin kencang membuat suasana di sekitar menjadi ramai karena tetesan air yang jatuh membasahi bumi.

"Nek, banun___ Lel atut dili,"

Varel yang tak tahan akhirnya menangis sambil berusaha mengajak Neneknya berbicara. Mencoba membuat suara tapi neneknya tak juga bangun. Varel takut. Sangat takut. Hujan di luar sangat deras disusul petir dan kilat. Karena tak juga mendapat pencerahan kenapa Neneknya seperti ini, anak kecil itu bangun melangkahkan kaki ke dekat pintu gubuk mencoba melirik ke rumah Bibi yang berada di dekat pohon besar.

Dia ingin kesana tapi takut karena hujan sangat deras. Di gubuknya tidak ada lampu sebagai penerang. Varel melirik neneknya yang sedang tertidur lalu melirik lagi ke rumah Bibi. Memikirkan apakah sebaiknya dia kesana atau tidak.

VAREL (TAHAP REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang