5

883 103 5
                                    

" Biar aku saja"

Ucap Mark sambil berdiri dari duduknya yang sedari tadi berkutat di meja belajarnya, membuat segelas teh hangat dan memberikannya pada Haechan. Haechan yang melihat hal itu jujur merasa tidak enak. Mark memperlakukannya dengan baik dan sangat berhati hati dengan kandungannya itu.

Sudah hampir dua bulan lebih Haechan tinggal bersama Mark, maka kandungan Haechan pun sudah berumur 2 bulan. Pada saat pertama kali mereka pergi untuk mengecek kandungan Haechan, dokter menyarankan Haechan untuk banyak istirahat dan tidak stress karena kondisi janinnya yang sedikit buruk dan jika Haechan tidak berhati hati baik itu kondisi fisik maupun psikisnya, dapat menggugurkan janin itu. Dan sejak itu pula Mark merawat Haechan dengan baik.

Mark sangat merawat Haechan dengan baik, memasak, membersihkan rumah, mengantar jemput Haechan kemana pun Haechan pergi, menyiapkan obat dan suplemen untuk Haechan. Mark melakukan itu semua, dan Mark selalu mengatakan ia tidak ingin kandungan itu kenapa napa.

Jujur, hingga saat ini masih besar keinginan hatinya untuk menggugurkan anak itu, tapi Haechan tau, menggugurkannya secara terang terangan akan membuat Mark kecewa dan marah padanya, walaupun Haechan juga bingung, kenapa ia harus menjaga perasaan Mark atas janin yang sama sekali tidak ada hubungan darah dengannya. Karena itu terkadang Haechan sedikit menyiksa dirinya, seperti telat makan, tidak memakan vitamin dan suplemennya, agar janin di dalam perutnya itu rusak.

" Ini... apa aku mengganggumu?" Tanya Mark setelah kembali membawa satu gelas teh hangat untuk Haechan. Beberapa waktu yang lalu, Haechan sedikit mengeluh kepalanya pusing dan perutnya mual, karena itu ia ingin membuat teh dan menawarkan apakah Mark ingin kopi agar Haechan bisa membuatnya sekaligus, tapi Mark malah menawarkan diri untuk membuat dan sudah langsung melesat keluar dari kamar.

" Terimakasih, tidak... lagi pula ini kamar mu, aku yang menganggu waktu belajar mu" Senyum Haechan pelan menerima pemberian Mark.

Meja belajar Mark berada di kamarnya dan Haechan tidur di kamarnya. Karena Mark hanya bisa belajar saat tengah malam, terkadang membuat Haechan yang terbangun di tengah malam karena suara tangan Mark yang mengetik atau suara lembaran buku yang dibuka. Mark ingin memindahkan meja belajarnya ke luar, hanya saja tidak ada lagi ruang, Mark awalnya ingin belajar di luar dan membawa buku bukunya, tapi terkadang Mark harus bolak balik mengambil beberapa buku lain sehingga Haechan memaksa, jika Mark ingin belajar, belajar saja di kamarnya tanpa merasa terganggu.

" Baiklah, aku akan kembali belajar, kau tidur saja" Ucap Mark dan Haechan menganggukkan kepalanya, sedangkan Mark kembali duduk di meja belajarnya.

.

.

.

.

Haechan mendecak kesal, langit gelap dan mulai menjatuhkan butiran butiran air. Dengan tidak rela, Haechan turun dari bus dan menunggu di halte hingga hujan selesai. Beberapa waktu yang lalu, Haechan pergi ke taman yang ada di kota, tidak ada hal yang spesial ia lakukan, hanya berjalan jalan sendirian di sana karena ia yang bosan, Mark seharian bekerja dan kuliah, sedangkan dirinya di rumah hanya menganggur tidak melakukan apa apa. Haechan akui awal awal ia memang menikmati hal ini, tapi sekarang ia mulai bosan.

Mark awalnya tidak membolehkan Haechan yang pergi sendiri tanpa dirinya. Tapi dengan ancaman, jika dirinya tidak keluar rumah untuk merefresh kepala, ia akan stress dan berpengaruh pada janinnya dan akhirnya Mark mengizinkan hanya saja Haechan harus melapor dimana saja posisinya.

Jarak tempat mereka tinggal dengan halte bis tidak begitu jauh, hanya lima menit berjalan kaki. Hanya saja karena hujan yang cukup deras dan ia yang tidak membawa payung, Haechan terpaksa menunggu dan meneduh walaupun ia akui ia benci menunggu.

My Precious || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang