11

794 111 7
                                    

Haechan menatap dirinya di depan kaca, umur kandungannya kini sudah 15 minggu dan perutnya sudah cukup membesar. Haechan tersenyum tipis, terkadang saat ia mengelus pelan perutnya, ia bisa merasakan bayi di dalam perutnya itu meresponnya. Terakhir kali ia pergi ke dokter kandungan, dokter mengatakan jenis kelamin bayi ini masih belum terlihat, tapi kemungkinan besar adalah seorang laki laki.

" Perut mu sakit?" Ucap Mark menyandarkan Haechan dari lamunannya, menatap Mark dari pantulan kaca yang tengah berdiri di depan pintu kamar mandi.

" Tidak..." Ucap Haechan sambil tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

" Baiklah, aku akan keluar, butuh sesuatu?" Tanya Mark lagi dan Haechan hanya menggelengkan pelan kepalanya.

" Baiklah....." Ucap Mark dan pria itu langsung berjalan menuju pintu

" Mark..." Tahan Haechan membuat Mark menghentikan yang baru saja ingin membuka pintu.

" Hm?"

" Hari ini kau tidur di perpustakaan lagi?" Tanya Haechan dan Mark menganggukkan kepalanya.

" Maaf..." Ucap Mark sambil menundukkan kepalanya.

Sebenarnya Mark bukannya mau menghindari Haechan atau semacamnya, hanya saja selama dua minggu ini adalah minggu ujian dan Mark harus belajar ekstra untuk mempertahankan nilainya. Ia tidak bisa belajar di rumah karena pikirannya selalu terbagi untuk merawat Haechan, karena itu setelah pulang bekerja dan menyiapkan makan malam untuk Haechan, Mark kembali ke kampus dan belajar di perpustakaan hingga pagi hari, melanjutkan kegiatannya dan begitu seterusnya, dan Mark sudah melakukan ini sejak 10 hari yang lalu.

" Hmmm... baiklah...." Ucap Haechan tersenyum sendu entah kenapa dadanya sesak dan ingin menangis.

" Kenapa? Kau takut sendiri?" Tanya Mark lagi dan Haechan hanya menggelengkan kepalanya.

" Besok kau pulang sore ya?" Haechan mengalihkan pembicaraan

" Eung, karena pagi aku ada kelas dan siangnya baru ujian, setelah itu aku baru pulang"

" Lalu pekerjaanmu?"

" Aku izin untuk sedikit terlambat, mungkin aku baru berangkat kerja saat langit gelap, setelah menyiapkan makan malam"

" Hmmm kalau begitu kau langsung saja bekerja, bolak balik seperti itu tidak efisien kan? Aku baik baik saja kok " Ucap Haechan mengerti Mark yang kerepotan karena harus pulang dulu hanya untuk menemaninya.

" Kau yakin?"

" Eung... jika terjadi sesuatu aku bisa menelfonmu"

" Baiklah... hati hari... telfon aku jika terjadi sesuatu" Ucap Mark dan Haechan mengangguk setelah itu baru benar benar keluar dari rumah.

Tepat setelah Mark keluar dari rumah, Haechan masuk kedalam kamarnya, duduk di tempat tidur dan menangis. Haechan tidak mengerti kenapa ia menangis seperti itu. Dengan Mark yang hampir sangat jarang di rumah selama ini membuat Haechan setiap harinya merasa sepi dan bahkan terkadang ia berfikir bahwa Mark tidak lagi peduli padanya.

Haechan tau, bahkan jika Mark tidak peduli dan mencintainya, Haechan tidak berhak untuk protes pada Mark, ia tidak berhak dan merasa tidak pantas untuk meminta belas kasih dan sayang pada Mark. Memang mereka sudah menikah, tapi Mark bahkan di awal sudah menekankan bahwa pernikahan mereka ini hanyalah sebuah formalitas untuk membesarkan anak itu. Mark sudah mengatakan pada Haechan bahwa sulit bagi pria itu untuk menyayangi dan menaruh hati pada dirinya. Haechan tau akan semua konsekuensi itu dan ia memilih untuk tetap menikah dan hidup bersama Mark.

Tapi belakangan ini, entah kenapa ia menjadi sedikit berbeda, ketika Mark sibuk dengan pekerjaan dan belajarnya, Haechan merasa di abaikan, entah kenapa ia ingin Mark untuk terus berada di rumah, ia ingin bermanja manja dengan Mark, setiap malam tidur sambil menggengam tangan dan memeluk pria itu. Haechan juga bingung kenapa ia menjadi sangat ketergantungan pada Mark, padahal selama ini, Haechan sadar dan paham, bahwa Mark peduli padanya hanya sebagai seorang manusia.

My Precious || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang