6

812 104 4
                                    

Haechan sedikit panik kala Mark masuk ke dalam rumah. Wajah pria itu penuh lebam, bibirnya robek bahkan hidungnya masih mengeluarkan darah.

" Mark kau kenapa?" Tanya Haechan panik dan Mark hanya tersenyum tipis, berjalan perlahan duduk di sofa.

" Bi-bisa ambilkan aku handuk dan air panas?" Ucap Mark dengan suara bergetar, dan Haechan pun dengan segera mengambil handuk dan air panas, serta kotak p3k untuk mengobati luka Mark.

Selama Haechan mengobati luka Mark, tidak ada yang berbicara. Haechan tidak berani menanyakan apa yang terjadi, Mark pun masih bungkam hanya saja, Haechan menyadari tangan Mark yang sedari tadi bergetar dengan hebat.

"Kau sudah tenang?" Tanya Haechan setelah membersihkan luka Mark dan mengobatinya.

Mark beberapa kali menghela nafas nya panjang, mengurut pelan pergelangan tangannya guna meredakan getaran di tangannya.

" Maaf membuatmu panik, tapi aku baik baik saja" Ucap Mark sambil tersenyum tipis dan Haechan langsung menggelengkan kepalanya.

" Tidak, aku tidak buta, kau babak belur dan tangan mu bergetar. Mark, kita hanyalah dua orang asing yang terikat karena ketidak sengajaan, jadi kau tidak perlu berpura-pura kuat di depanku atau menjaga perasaan ku" Ucap Haechan lurus.

Mark terkekeh pelan, Haechan benar. Ia pun bingung kenapa tadi ia tidak ingin melukai hati Haechan dan membuat Haechan khawatir.

" Aku tadi pulang ke rumah ayahku..." Ucap Mark membuka cerita dan Haechan menelan air ludahnya kasar.

" Aku lupa, ayahku bisa melihat uang keluar masuk dari tabungan ku, dia melihat uang yang keluar untuk membayar rumah sakit kandungan. Aku tidak bisa berbohong lagi dan aku terpaksa jujur. Tenang saja aku tidak mengatakan apa yang terjadi padamu yang sebenarnya, aku hanya mengatakan telah menodai orang dan harus bertanggung jawab."

Haechan menggigit bibirnya kuat dan hanya mendengarkan Mark bercerita.

" Ayahmu menghajarmu?" Tanya Haechan takut dan Mark menganggukkan kepalanya.

" Bagaimanapun dia ayah tiriku, tentu saja dia merasa kesal dan menyesal, telah membuang waktu dan uangnya untuk membesarkan anak yang tidak berguna seperti ku. Ayah juga dalam masa krisis, jadi dia hanya butuh pelampiasan dan kebetulan aku bisa dijadikan bahan empuk untuk meluapkan emosinya" Senyum Mark sendu dan Haechan hanya mengelus pelan punggung Mark.

" Bukankah ini kesempatan bagus untuk mu kabur?" Tanya Mark menginterogasi

Haechan terdiam, mendengar pertanyaan Mark yang tiba tiba.

" Aku tau, kau masih ingin membunuh anak itu kan?" Tanya Mark lagi membuat Haechan terdiam.

" Kau tidak meminum obatmu, makan sembarangan, tidur larut malam, benar kan?" Tanya Mark dengan mata berkaca-kaca dan Haechan hanya bisa diam.

Mark menghembuskan nafasnya panjang, mengadahkan kepalanya menahan air matanya.

" Baiklah... maaf sepertinya saat itu aku hanya terbawa emosi dan masa lalu ku, sekarang ku tanyakan sekali lagi, kau, benar benar membenci anak itu dan tidak ingin melahirkan dan membesarkannya? Sejujurnya kau bisa saja kabur saat aku kuliah atau aku bekerja, tapi kenapa kau masih disini?"

" Mark.. aku....minta maaf, aku sudah berjanji pada mu-"

" Tidak perlu meminta maaf, Ya janji itu, kau berjanji untuk menebus kesalahan mu, tapi sekarang tidak ada gunanya lagi, aku benar benar tidak peduli, bahkan jika kau kabur kau bisa, jadi aku hanya bertanya itu, apa di dalam hati mu, memang tidak ada rasa sayang dan peduli mu pada janin itu?"

My Precious || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang