16

1.2K 129 17
                                    

Haechan membuka matanya perlahan. Sedikit terkejut saat ia menemukan dirinya yang tengah dipeluk oleh Mark. Memang pada faktanya selama ini Haechan memeluk Mark dalam tidurnya, tapi di peluk oleh Mark, ini pertama kalinya bagi Haechan, apa lagi Mark yang selama ini tidak sadar bahwa dirinya tengah dipeluk oleh Haechan.

Haechan melirik jam dindingnya, pukul 9 pagi, seingat Haechan, Mark harus bekerja pagi hari untuk mengantar koran dan terkadang menjaga toko serba.

" Mark..." Panggil Haechan pelan, menepuk pelan tubuh Mark. Mark sedikit mengerang, menyamankan tidurnya dan kembali membawa Haechan dalam pelukannya.

" Biarkan seperti ini sebentar" Ucap Mark pelan

" Kau tidak bekerja?"

" Kau sudah tenang?" Mark malah balik bertanya, Haechan terdiam menatap Mark penuh arti, sedangkan Mark tersenyum tipis, membuka matanya sambil mengelus pelan kepala Haechan.

" Aku libur hari ini..." Ucap Mark pelan dan air mata langsung mengalir di pipi Haechan.

Mark masih tersenyum tipis, walaupun banyak pertanyaan di dalam kepalanya, kenapa Haechan tiba tiba menangis, kenapa Haechan tiba tiba panik seperti tadi malam. Tapi Mark juga tidak berani untuk bertanya, entah kenapa ia merasa jika ia terlalu banyak bicara, Haechan akan semakin sedih, pasalnya setelah ia menyatakan dirinya akhirnya mencintai pria itu, tangis Haechan menjadi jadi, bahkan dalam tidurnya pun Haechan masih menangis.

" Mark...."

" Hmmm?"

Haechan mendudukkan dirinya, menundukkan wajahnya sambil mengusap air matanya, Mark pun ikut mendudukan tubuhnya, mengelus pelan pundak Haechan guna menenangkan pria itu.

" Bolehkah aku jujur...?" Tanya Haechan sambil terisak.

" Tenangkan dirimu dulu...."

Haechan menggelengkan kepalanya, menatap Mark sambil tersenyum sendu menghapus air matanya.

" Ta-tapi jangan potong ucapanku... jangan mengatakan apapun.... Dengarkan saja hm? Jangan melakukan apapun...." Ucap Haechan menetralkan tangisannya.

Mark menganggukkan kepalanya sambil tersenyum lembut menenangkan Haechan.

" Janji? Kau tidak akan melakukan apapun?" Tanya Haechan lagi memastikan.

" Aku berjanji...." Ucap Mark sambil mengecup pelan kepala Haechan, tiba tiba saja perasaan tidak enak menyelimuti hatinya.

Haechan pun menceritakan semuanya apa yang terjadi hari itu, dari ia yang pergi ke supermarket, tidak sengaja bertemu dengan kedua orang tuanya, hingga ancaman ayahnya itu, Haechan menceritakan semuanya pada Mark, tanpa terkecuali, bahkan setiap kata dalam kalimat ayahnya itu, Haechan memberi tau Mark.

" A-apa yang harus kau lakukan Mark....hiks....a-aku tidak ingin membunuh anak ini....ta-tapi kehilanganmu.... Aku juga tidak mau.....kau tidak pantas harus berakhir seperti itu" Tangis Haechan tertunduk kembali menangis.

Mark yang mendengar cerita Haechan hanya bisa tersenyum sendu, matanya pun sudah berkaca-kaca, membayangkan saat Ayah Haechan membentaknya, melukainya seperti itu membuat hati Mark ngilu.

" Ku mohon jangan menangis..." Ucap Haechan sambil mengelus pelan air mata di pipi Mark, ia benar benar merasa sangat bersalah melihat Mark yang sudah menitikkan air matanya itu.

Tidak sepantasnya orang seperti Mark mendapatkan apa yang terjadi padanya saat ini.

" Aku tau, telat mengatakan kata maaf karena telah merusak hidupmu, karena telah menghancurkan hidupmu... tapi aku benar benar tidak tau harus bagaimana lagi, aku sudah menghancurkan hidupmu...aku tidak bisa memperbaikinya" Tangis Haechan lagi.

My Precious || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang