7

771 98 0
                                    

Haechan berlari di tengah derasnya hujan, bahkan payung di tangannya tidak seluruhnya menutupi tubuhnya, sehingga kini tubuhnya sedikit basah. Saat ini sudah menunjukkan pukul 12 malam dan pria itu belum pulang ke rumah. Haechan tidak tau harus menghubungi siapa, Mark tidak pernah bercerita tentang teman ataupun orang terdekatnya, karena itu yang bisa Haechan lakukan hanya mencari pria itu.

"Mark! Kau dimana?!"

Teriak Haechan menyusuri komplek, tidak peduli suara akan membangunkan orang yang tengah tertidur lelap. Haechan sejujurnya sudah mulai lelah, hujan pun mulai mereda, kakinya sudah tidak kuat lagi untuk dibawa berlari. Sejujurnya ia juga bingung kenapa ia harus mencari Mark, bukankah lebih baik jika ia mengemasi barangnya, mencari hotel terdekat, kemudian esok hari ia akan menggugurkan kandungannya dan setelah itu semuanya berakhir.

Tapi, sejahat apapun Haechan, sebenci apapun Haechan, ia masih memiliki hati. Melihat bagaimana dua bulan ini Mark merawatnya, tidur larut malam karena harus bekerja dan belajar bahkan sampai pria itu mimisan. Tidak pernah mengeluh padanya dan merasa terbebani merawatnya. Bahkan ketika dirinya sudah dipukul dan disakiti oleh Ayahnya, Mark masih melindungi Haechan dengan menutupi identitasnya.

Dengan semua yang Mark lakukan itu, semua kebaikan dan perhatian yang Mark berikan padanya, jujur Haechan mulai luluh, karena itu Haechan menawarkan diri untuk membantu Mark, setidaknya dengan menyiapkan makanan dan beberes rumah, sehingga ketika pulang, Mark sudah disuguhkan dengan makan malam dan rumah yang bersih agar ia bisa beristirahat dengan tenang. Menyiapkan Mark sarapan, bekal bahkan pakaiannya, agar saat Mark bangun pagi, pria itu tidak perlu buru buru dan repot, sehingga ia bisa pergi bekerja dan kuliah dengan nyaman. Haechan tau semua kebaikan Mark tidak didasari dengan cinta, begitu juga dengannya, ia hanya merasa harus membalaskan budi kepada Mark.

Namun sekarang? Bukankah Mark sudah menyuruh Haechan untuk menggugurkan anak itu? Secara tidak langsung bukankah Mark menyuruhnya untuk pergi? Bukankah itu artinya Haechan sudah tidak perlu lagi membalaskan kebaikan Mark? Haechan hanya tinggal pergi bukan?

Ya, itu adalah isi pikiran Haechan, mengatakan pada dirinya bahwa ia seharusnya pergi dengan begitu semuanya selesai, tapi jauh di lubuk hatinya mengatakan, ia harus mencari Mark, walaupun ia tidak tau kenapa ia harus mencari Mark dan membawa pria itu pulang.

Tapi sepertinya semuanya sia sia, seberapa keras Haechan berteriak, seberapa jauh pun ia melangkah, ia tidak menemukan dimana pria itu.

Benarkah aku harus pergi? Benarkah semuanya ini selesai begitu saja?

Setidaknya izinkan aku untuk meminta maaf.... Dan mengucapkan terimakasih

Cicit Haechan dalam hati dan mulai menitikkan air matanya, ia juga tidak mengerti kenapa ia harus menangis, tapi dadanya benar benar sesak, jujur ia tidak ingin mengakhirinya seperti ini. Ditengah Haechan yang sudah putus asa, ia perlahan mendengar suara isakan tangis seseorang. Walaupun samar samar, Haechan tau itu suara tangisan.

Perlahan Haechan mengikuti arah suara tangisan itu, membawa kakinya melangkah pada sebuah taman bermain yang ada di kompleks.

" Mark!"

Pekik Haechan panik ketika melihat Mark yang tengah tertunduk sambil memeluk lulutnya, bersembunyi di bawah perosotan sambil menekurkan kepalanya.

" Mark... ya ampun tubuhmu basah kuyup...Ayo pulang..." Ucap Haechan sambil membuka jaketnya dan memakaikannya pada Mark. Mark masih menekurkan kepalanya dan menangis terisak.

" Mark....hey... kau baik baik saja... Mark..." Panggil Haechan sedikit panik sambil menggoyangkan tubuh Mark, tapi pria itu tidak merespon dan Haechan bisa merasakan tubuh Mark yang sangat panas.

My Precious || MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang