Aku masih senang gara-gara kemarin. Ya siapasih yang tidak senang kalau kemarin memiliki kejadian menyenangkan sama doinya?
Aku sangat sangat berterima kasih kepada Karina dan kawan-kawannya yang selalu membantuku untuk dekat sama Asa.
Perasaan Asa sama kaya sepertiku atau tidak ya? Apa dia malah menjadi ilfeel karena sikap anehku kemarin? Ah masa iya. Positive thinking sajalah.
Aku berjalan ke kelas melewati gerbang dekat koperasi. Ya memang jauh sih. Tapi tidak apa karena lagipula aku masih senang akibat kejadian kemarin.
Ohiya kemarin 9 April kan ulang tahunnya musuhku yang bernama Frans. Dia baik, tampan, tajir tapi sayang dia menyebalkan.
Dulu aku suka dia, sebelum dia mutasi ke sekolahku ini. Waktu kelas 7 aku sekelas dengannya di tempat les. Dan waktu itu aku ulang tahun, aku dibully habis-habisan oleh semua anak kelas itu. Terus sewaktu aku menderita karena dibully, aku melihat dia di depan pintu kelas tertawa mengejek. Mengesalkan bukan? Tapi ternyata semua itu hanya acting. Entahlah kenapa aku masih membencinya hingga saat ini? Aku tidak mempunyai alasan yang pasti.
"Cassie!" panggil seseorang saat aku melewati kelas 8D.
Aku berjalan mundur beberapa langkah.
"Ada apa Lau?" tanyaku kepada Lauren, teman Karina.
"Tidak apa hanya nyapa. Ohiya kenapa lewat gerbang sana? Biasanya lewat gerbang kantin?" tanyanya lagi.
"Oh itu tadi dad salah nurunin aku. Seharusnya kan di gerbang dekat pos satpam ini malah di gerbang dekat koperasi." jawabku.
"Amasa? Apa masih senang karena tragedi kemarin jadi mau modus lagi?" goda Lauren.
"Idih najong. Nggalah. Sudah ya aku mau ke kelas. Bye Lauren." pamitku lalu pergi dari depan kelas Lauren.
"Bye Cassie."
Setelah menyimpan tas, aku pergi ke kantin sendiri untuk membeli susu dan roti. Stephanie belum datang maka dari itu aku pergi ke kantin sendiri. Aku tidak mau mengajak Karin ataupun teman-temannya karena tadi aku melihat Asa baru datang ke kelasnya.
***
"Jadi berapa ya Bu?" tanyaku sambil mengeluarkan selembar uang 20 ribuan.
"Jadi 13 ribu." jawab Ibu itu.
Aku menyerahkan uang 20 ribuan tadi dan si Ibu menyerahkan kembaliannya. Aku menerimanya lalu berbalik untuk ke kelas.
"DOR!"
"Aduh!" seruku.
"Kaget Cass? Haha." tanya seseorang. Saat aku melihat ke samping kananku ternyata Mark, teman dekat Asa dan juga teman sebangkunya Asa.
"Sialan lo. Kaget tau."
"Haha ya maaf Cass." katanya.
"Minta maaf kok sambil tertawa. Ikhlas ngga sih?" sindirku.
"Ye, ikhlas lah." balasnya. "Cass sendirian aja? Jomblo ya haha." ejek Mark kepadaku.
"Ngejek mulu nih orang. Ngaca dong mblo. Udah ah udah sampai kelas. Dah Mark." pamitku.
"Yoo Cass." jawabnya. Setelah Mark menghilang dari koridor depan kelasku, aku pun masuk ke dalam kelas. Ternyata kelas sudah ramai.
"Woy nyontek dong!"
"Etdah bentar lagi ini."
"Please 10 menit lagi bel, aku belum ngerjain satu pun. Pinjem dong elah."
KAMU SEDANG MEMBACA
April in Fly // a.b
Teen FictionAsa Butterfield. Cowo di sekolah yang identik dengan sifatnya yang sedingin es. Entah apa maksudnya ia selalu memasang tampang dingin kepadaku. Dan itu semualah yang membuatku penasaran akan sosok dirinya. Hingga pada bulan April, bulan yang membuat...