"Cassie!" panggil mom dari dapur. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan turun kebawah untuk menghampiri mom.
"Ada apa mom?" tanyaku.
"Kamu tidak ada acara hari ini?" tanya mom balik.
"Umm... Sepertinya tidak ada. Memangnya kenapa mom? Tumben bertanya seperti itu."
"Mom, dad, dan adikmu mau pergi jalan-jalan. Kau mau ikut? Atau nunggu di rumah saja?" tanya mom.
"Tentu aku ikut mom! Tunggu sebentar aku siap-siap dulu." teriakku lalu berlari keatas, menuju kamarku.
Aku bergegas ke kamar mandi karena sebenarnya aku belum mandi. Setelah 30 menit berada di kamar mandi, aku pun membuka lemari pakaianku dan memilih baju untuk dipakai hari ini.
Akhirnya pilihanku jatuh kepada dress bermotif bunga-bunga dan sebagai penutup lengannya aku memilih memakai cardigan coklat yang warnanya hampir senada dengan dressnya. Untuk sepatu aku memilih memakai docmart berwarna coklat pula. Dengan gesit aku memasukkan ponsel, dompet, dan power bank ke dalam tas selempang hitamku yang kecil. Lalu memakai sedikit bedak tabur, memoleskan lipbalm, dan menyemprotkan parfum aroma strawberry.
Setelah menutup pintu kamar, aku langsung berlari turun kebawah karena semua anggota keluargaku telah menungguku.
"Aku siap!" ucapku.
"Kau mau kemana sayang? Cantik sekali." puji mom. Aku cengengesan ke arahnya.
"Putri kecilku telah pubertas rupanya." goda dad sambil mengusap rambutku yang telah kutata.
"Ugh dad kau menghancurkan rambutku." ucapku sebal. Mom dan dad pun tertawa.
Setelah semua siap, aku segera naik ke dalam mobil dan kita pun setuju untuk makan siang terlebih dahulu.
***
Aku beranjak ke wastafel karena aku telah selesai makan siang. Setelah mencuci tangan lalu mengeringkannya aku berbalik dan hampir bertubrukan dengan seorang laki-laki yang tingginya sedikit diatasku."Duh maaf ya maaf." ucapku panik.
"Eh iya maaf juga. Gapapa kan?" tanyanya.
"Oh iya gapapa kok. Duluan ya." pamitku. Itu cowok ganteng banget! Tapi tenang, menurutku gantengan Asa kok.
Saat aku sampai di meja, terlihat dad sedang mengobrol dengan lelaki seumuran dad. Begitu pula dengan mom. Sementara adikku sangat asik bermain PSP-nya.
"Ehem." dehemku. Semua yang ada disana refleks melihat kearahku.
"Ini yang namanya Cassie? Cantik sekali seperti ibunya ya." puji wanita di sebelah mom. Aku hanya tersenyum menanggapinya.
"Duduk Cass jangan berdiri disitu terus." ucap dad. Aku mengangguk lalu menarik kursi di dekatku.
"Kenalin ini Om Hadi dan Tante Hilda. Om Hadi ini teman kerja dad waktu dulu. Dan ternyata kita bertemu disini setelah lama tidak bertemu." jelas dad. Aku mengangguk-angguk, lalu menyalami keduanya.
"Manis sekali kamu." puji Tante Hilda lagi. Aku tersenyum tipis. Setelah 5 menit berlalu, tiba-tiba datang seorang laki-laki memakai jeans, kaos, dan sneakers.
"Mom, dad aku mau melih---." Dia pun berhenti berbicara saat pandangannya jatuh kepadaku. "Lo cewek yang tadi menubruk gue kan?" tanyanya frontal. Ugh ada ya cowok yang sefrontal ini. Memalukan saja. Aku pun mengangguk dengan malu-malu.
"Oh jadi lo yang namanya Cassie Bell." lanjutnya lagi. "Ohiya kenalin gue Harris." katanya sambil mengulurkan tangan kanannya. Aku pun membalas jabatan tangannya.
"Cassie." ucapku lalu melepaskan jabatan tangannya.
"Jadi kalian udah saling kenal? Jodoh kali ya." goda Tante Hilda.
"Ugh apaan sih mom. By the way, aku mau lihat-lihat ke sana ya mom. Keren banget pemandangannya." izin Harris kepada Tante Hilda.
"Har, ajak dong Cassienya. Kasian daripada bosan disini." suruh Om Hadi. Aku yang sedang bermain ponselku, melihat kearah Harris.
"Eh?" kataku.
"Udah ikut aja sana daripada bosan." usul mom. Akhirnya aku mengangguk pasrah dan beranjak menyusul Harris yang sudah berada di depanku.
***
Setelah 10 menit kita berdua diam, akhirnya Harris membuka suara."Lo asli bandung?" tanyanya.
"Eh?" kataku.
"Orang nanya tuh dijawab kali." ucapnya sarkas.
"Iya aku asli bandung." jawabku ketus.
"Etdah jadi cewek jangan galak-galak amat kali." katanya menyebalkan. Aku mendengus keras.
"Jadi cowo jangan bawel amat kali." balasku. Dia pun tertawa.
"Kok malah ketawa sih?" tanyaku sebal.
"Lah lo lucu banget kalo lagi kesel."
"Makasih." kataku sarkastik.
"Jangan marah kali. Bercanda gue." pintanya. Aku hanya mengangguk. "Sekolah dimana?" tanyanya lagi. Ini anak rese juga ya. Udah bawel banyak tanya pula.
"Kepo amat." balasku.
"Dih gue tanya baik-baik malah nyolot." katanya. Aku memutar mata.
"Kamu asli jakarta?" tanyaku gantian.
"Ngga sih. Gue lahir di Bandung tapi ya bokap gue ditugasin ke Jakarta makannya pindah waktu itu." jelasnya. Aku manggut-manggut tanda mengerti.
"Balik yu. Takut dicariin." ujarku. Harris pun mengangguk lalu memimpin jalan di depan.
***
Setelah mengucapkan kata-kata perpisahan dan saling bertukar nomor telfon, kita semua pun pulang."Jadi gimana Harris?" tanya mom menggodaku.
"Ugh mom. Apaan deh." elakku.
"Ganteng kan?" goda dad.
"Nyebelin dad. Bawel banget anaknya." kataku kesal.
"Husss. Gaboleh gitu ah." pesan mom. Aku memutar mataku. "Ah mom tau, kan yang ada di hati kamu hanya Asa, Asa, dan Asa." goda mom lagi.
"Asa lagi, Asa lagi." kataku cemberut.
"Dad coba kalo ke sekolah Cassie, tanya ke wali kelasnya Asa Butterfield tuh yang mana. Biar mom tau anaknya." ucapnya kepada dad. Aku tercengang.
"Ngapain sih mom. Ga penting banget." kataku sambil memasang headset ke telingaku untuk menghindari godaan lainnya. Mereka berdua pun tertawa.
Saat sedang mendengarkan lagu Impossible-James Arthur, seseorang mengirim pesan lewat BBM.
Harris : PING!!!
Harris : CASSIE!
Gila ini anak. Baru aja kenalan udah brutal amat. Akhirnya aku membalas dengan singkat lalu terlelap di dalam mobil.
***
A/N : HAIIIIII!!!! GILA INI UDAH BRP LAMA GA DILANJUTIN. Maafinnn:((( tugas banyak amat susah mau update:((BTW WKT ITU AKU UDH NGETIK!!! CUMAN KE DELETE. PROMISE JUGA UDAH KU KETIK TP GA KE SAVE. K BYE.
Maaf yaa yg nunggu lama. Huehehehehe. Ini juga mumpung libur jadi bosen akhirnya buka wattpad dan ngelanjutin lg. Maaf gj ya part ini maaf garing. Maaf pendek pula. Next part tunggu aja okayyy.
With a lot of sorry,
And xoxo
KAMU SEDANG MEMBACA
April in Fly // a.b
Teen FictionAsa Butterfield. Cowo di sekolah yang identik dengan sifatnya yang sedingin es. Entah apa maksudnya ia selalu memasang tampang dingin kepadaku. Dan itu semualah yang membuatku penasaran akan sosok dirinya. Hingga pada bulan April, bulan yang membuat...