Air mata tak dapat lagi dibendung,kini cucunya yang dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan cinta akan meninggalkan nya. Cucunya harus bersekolah, masa depan yang cerah, serta memperbaiki perekonomiannya kelak saat dirinya sudah tidak ada lagi di dunia ini. Sudah cukup sampai disini penderitaan yang dialaminya dan juga cucu nya ini.
Raysa Zeline merupakan cucu dari nenek Rumi,mereka tinggal disebuah desa kecil yang dimana mereka hanya tinggal disebuah rumah,eh lebih tepatnya sebuah gubuk. Bekerja sebagai petani, yang luas lahannya tak seberapa.
"Sudah nek, Raysa akan baik-baik disana. Raysa bakalan jaga diri Raysa disana, Raysa bakalan sering telepon nenek buat menanyakan kabar nenek"
"Raysa akan melangkah mencari masa depan yang kita impikan selama ini nek. Raysa akan menaikkan derajat nenek"
Bukannya berhenti menangis, sang neneknya justru semakin banyak mengeluarkan air matanya. Rasa haru dan sedikit tidak ikhlas melepas cucu nya ini.
"Tidak sayang, cukup kau menjadi dirimu sendiri yang mengarah positif , menjadi Raysa Zeline yang bertumbuh dengan senyum kebahagiaan walaupun nanti kau melewati banyak pergumulan hidup. Tak perlu membuktikan apa-apa sayang, kau cucu ku yang paling hebat dan cantik. Pendidikan itu penting,maka selalu belajar untuk menggapai harapan mu." Jawabanya.
"Nenek, apakah dunia luar seburuk itu?"
"Hm, itu ibarat sebuah obat. Jika sudut pandang mu mengatakan bahwa obat itu tidak enak dan tidak baik maka, sebagian orang akan berfikir obat merupakan salah satu cara yang cukup untuk memberikan kesehatan bahkan kesempatan hidup untuk mereka yang sakit."
"Aku tidak mengerti,tapi apapun itu akan ku jalani dengan semangat yang membara" ucap Raysa.
"Ya,itu harus sayang. Kelak jika kau rapuh dan tidak bersemangat, maka kau harus menciptakan semangat baru untuk bangun dan terus melangkah" jelas sang nenek.
"Tentu,Raysa akan selalu mengingatnya nek" jawabannya dengan senyum kebahagiaan.
"Sudah tidurlah,besok pagi kau harus bersiap-siap untuk berangkat ke kota. Barang mu sudah kau persiapkan,bukan?"
"Sudah nek,kalau begitu Raysa tidur dulu ya"
"Tuhan,jika kelak aku sudah tiada maka tolong lindungi cucuku. Tuntutan langkahnya, kuatkan hati dan lapangkan dada saat pergumulan hidup menghampiri nya" Batinnya
🌍
Matahari sudah mulai menerangi tempat persinggahan sementara mahkluk hidup. Angin sepoi-sepoi yang menambah keheningan desa ini.
Lagi dan lagi air mata ini menetes pada pipi yg tirus, air mata haru dan rasa sesak bersatu padu sehingga menimbulkan rasa yang tak karuan."Ini alamat rumah tante Ansel,kamu simpan di tas ini supaya tidak hilang. Kamu jaga diri disana ya,fokus sama tujuan kamu." Kata nenek Rumi
"Raysa pasti akan merindukan nenek" ucap Raysa dengan air mata yang sudah tidak dapat lagi dibendung.
"Jangan lupa beribadah,dan ingat pesan-pesan nenek ya sayang ya"
"Siap nek" ucap Raysa sambil memeluk erat nenek Rumi. Tak lupa menghapus air mata nenek Rumi, Raysa juga mencium pipi sang nenek.
"Raysa pamit nek" ucapnya sambil menaiki bus yang akan membawa nya menuju kota.
"Aku akan selalu menelpon nenek,jaga dirimu baik-baik nek. Raysa akan selalu merindukan nenek" teriak Raysa dari dalam bus sambil melambaikan tangan nya.
"Iya" jawab nenek Rumi dengan senyum. Disela-sela Keheningan setelah kepergian bus tersebut, langsung saja bisik-bisik tetangga bermunculan.
"Jeng lihat deh, cucu nya Bu Rumi katanya bakalan pergi ke kota untuk melanjutkan sekolah nya"
"Saya gak yakin Bu, selagi kan badan nya yang gendut dan kedekilan itu pasti akan menjadi bahan Bullyan di kota"
"Iya Bu, takutnya mentalnya rusak eh malah bunuh diri lagi" tambah ibu-ibu yang berada disebelahnya
"Ya gakpapa dong Bu, daripada ngejalang" kata ibu- ibu yang lain.
"Yang penting gak gelandang aja Bu,iya gak ?" Sambung ibu-ibu yang lain
"Dia pikir ke kota enak kali ya"
"Huss,udah Bu jangan ngegosip mulu".
"Gendut, kulit hitam, emang di kota mau jadi apa ?"
"Gak jadi apa-apa Bu, kita semua kan tetap menjadi manusia"
"Astaghfirullah,bukan gitu konsepnya Bu"
"Mending bahas yang lain aja deh Bu,ngeri kalau bahas soal begituan"
Begitulah kurang lebih bisik-bisik tetangga, yang harus didengar oleh nenek Rumi. Ini adalah satu faktor yang mendorong nenek Rumi harus mengikhlaskan kepergian Raysa ke kota supaya diri nya dapat keluar dari lingkungan toxic ini .
Tapi tidak ada yang tau bagaimana nanti jadinya,jika lingkungan kota yang di diami oleh Raysa adalah lingkungan yang toxic juga.
Entahlah, nenek Rumi hanya dapat memanjadkan doa untuk cucunya itu.
🌍
"Aduh,gak sabar banget pengen ngerasain jadi anak kota, disini kan jaman sudah semakin maju pasti teman Raysa nanti bakalan banyak.""Pendidikan juga pasti lebih berkembang di kota bukan ?, Berarti nanti teman-teman Raysa pasti gak malu punya teman kayak Raysa yang gendut dan comel ini. Tapi semoga aja deh" monolog nya.
Disepanjang perjalanan, Raysa merasa sangat takjub dan bahagia. Dia dapat melihat banyaknya orang - orang yang berlalu lalang,mobil dan sepeda motor yang begitu banyak, sangat berbeda dengan keadaan yang di desa.
Hingga mata lelah menatap indahnya ciptaan sang pencipta, akhirnya ia pun tertidur.Gimana ceritanya? Manarik ?
💌 :Oh iya,kalau ada penulisan/ketikan yang salah di komen aja ya, sekalian dikasih tau perbaikannya.eheheh
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG WAKTU
Teen Fiction"MENTAL DAN FISIKKU RUSAK, NAMUN TIDAK BEGITU HANCUR." "𝐇𝐚𝐭𝐢𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 '𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐠𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐌𝐚𝐭𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 '𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐭𝐞𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫𝐦𝐚𝐭𝐚 𝐌𝐮𝐥𝐮𝐭𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 '𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐮...