Jadian

18 3 0
                                    

Happy reading 💢

"Maaf ya, kamu nunggu lama ya"

"Masuk."

"I-iyaa." ucap gadis itu bergegas masuk ke dalam mobil.

Tak memakan waktu lama, mereka sampai di suatu tempat yang sepi dan hening. Hanya ada rumah pohon yang dihiasi oleh lampu kelap-kelip, danau kecil yang dihiasi oleh terang lampu putih yang memantulkan indahnya bintang-bintang dan bulan di langit malam.

"Wahh,ini serius tempatnya ini? Kok cantik banget? Aku belum pernah ketempat ini. Makasih ya Samuel." Ucap Chesya kagum.

Samuel tersenyum,"Cantik, seperti dirimu."

"Ishhh apasih, gombalannya biasa aja." Ucap Chesya malu-malu.

"Pipinya kok merah-merah tomat gitu?" Goda Samuel.

"Ihh Samuel. Aku malu, tau ahhh aku ngambek."

Samuel tertawa lepas, "sejak kapan orang kalau ngambek di beberin?".

"Maa syaa Allah, ganteng banget." Batin Chesya yang kini membuka sedikit mulutnya karena menatap kagum tawa lepas dari calon kekasihnya ini.

"Iya, aku tau aku tampan. Awas tar nyamuk masuk loh." Cecar Samuel.

Chesya yang menyadari hal tersebut, langsung menutup mulutnya rapat-rapat. Rasa canggung menghampiri dirinya.
"Duh.. aku malu banget plis." Chesya menunduk sambil menutup matanya.

Samuel mendekati Chesya, dan mengangkat dagu Chesya, "Matanya jangan ditutup."

Jangan tanyakan keadaan Chesya, jantungnya jedag-jedug. "S-Samuel, wangi banget." ungkapnya.

"Apanya yang wangi?"

"Nafas kamu."

Jleb....

"Ehhh, Astaghfirullah." Ucap Chesya yang mendorong tubuh Samuel.

Cup!

Bibir ranum milik Samuel berhasil mendarat tepat di kening milik Chesya. Kedua insan ini diam terpaku, dengan posisi tangan Samuel merangkul pinggang Chesya. Ekhem!

"Jantung gw Kenapa anjing, kok goyang-goyang." batin Samuel.

"M-maaf." Ucap Samuel memecah keheningan.

"Ahhh iyaa, tadi tujuan kamu bawa aku kesini buat apa? Kita gak jadi dinner?" tanya Chesya menjauhi Samuel dan mendekati danau untuk mengurangi rasa gugupnya.

"Kalau kamu punya masalah kamu boleh datang ketempat ini."

"Oooohhh oke-oke, terimakasih banyak untuk rekomendasinya."

"Aku laper, ayo cari makan." sambungannya.


🌎

"Kita kok jauh banget Sam, padahalkan cuma makan."

"Aku mau cari tempat istimewa, untuk seseorang yang istimewa."

"Sam, kamu suka sama aku?"

Hening, Samuel tak mengerti dengan isi pikirannya. Ia mencintai atau sedang mengagumi saja? Tapi saat melihat dan berdekatan dengan Chesya jantungnya tak karuan. "Fiks, gw suka sama Chesya" batinnya.

"Iya, a-aku sedari dulu memang udah suka sama kamu."

Jawabnya cukup membuat hati Chesya menghangat, dan lihat pipinya sekarang seperti kepiting rebus. "Aaah begitu ya." Ucapnya gugup.

"Chesya Arfira Atmajaya, detik ini juga kita resmi pacaran."

"Aku g-ga..."

"Sya, aku gak lagi nawar dan aku gak butuh persetujuan dari kamu."

Deg....

"Aaaaa Samuel tadi panggil aku apa? Sya? Tolonggg gak kuatt. Ini kek di novel-novel banget loh, tapi kok gak ada penolakan gitu, aturannya kan dia bilang 'Aku gak terima penolakan' biar sweet. Tapi gakpapa, aku salting nih."batinnya.

"Sya, kok bengong. Ini kita dah sampai."

"Tunggu, biar aku bukain." Sambung Samuel yang menggenggam tangan Chesya.

"Wahhh, serius ini di desain khusus untuk aku? Ini ide siapa ? Kreatif banget." Ucap Chesya yang kini mulai menangis karena haru.

"Mataharinya aku jangan nangis, aku gak suka."

"Aku sayang Samuel banyak-banyak." Isaknya sambil memeluk Samuel.

"Yok, kita duduk disini. Sambil nunggu pelayan bawain makanannya." kata Samuel yang memapah Chesya dalam pelukannya.

"Sam, perlu kamu ketahui kalau ini pertama kalinya aku pacaran. Aku gak pernah deket sama cowok manapun selain abang Airefly. Aku seneng banget, ada cowok yang memperlakukan aku semanis ini. Makasih banyak Samuel sayang." Lirihnya.

Cup...

"Chesyaku."

🌎

"Kak, ini tempat kerja kakak ya?"

"Iya."

"Wahh, bagus banget. Tempatnya kek di novel-novel gitu, ramai lagi."

"Makanya kakak sengaja ngelamar kerja disini, karena gajinya lumayan gede juga."

Raysa dan Vivian sekarang berada di cafe tempat bekerjanya Vivian. Vivian sengaja mengajak adiknya itu karena mereka akan bekerja disini. Bukan keinginan Vivian, tetapi kemauan Raysa. Mereka sama-sama ingin menabung dan ingin membuat usaha sendiri.

"Semangat selalu buat kita."

"Harus ini mah."

"Setelah selesai bekerja, kita makan enak disini."

"Jangan boros dulu kak, inget tujuan awal kita."

"Gakpapa, ini buat ngerayain karena kamu udah diterima bekerja disini."

"Aaa kakak Vivian, cocwit." Ucap Raysa sambil memanyunkan bibirnya dan berjalan mendekati Vivian untuk memeluknya. Lucu!

"Kakak sayang Raysa."

Peluk beda dimensi sama Raysa dan Vivian.

Sebenarnya Vivian se-hebat itu prend :)
Gak punya keluarga, bertumbuh dan berkembang di lingkungan yang begitu luas hanya seorang diri. Tak pernah merasakan hangatnya keluarga. Bertemu dengan Raysa membuatnya sedikit bahagia, karena dapat merasakan serpihan sebuah keluarga. Ia senang dipanggil kakak, meskipun bukan keluarga kandung, ia akan tetap menyayangi Raysa.

Ada yang nungguin cerita ini up?

RUANG WAKTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang