"Jika pagi ini kamu masih diberikan kesempatan bernafas, itu berarti kamu memiliki kesempatan untuk memperbaiki dirimu kearah yang lebih baik dan positif."
-ʀᴜᴀɴɢ ᴡᴀᴋᴛᴜTidak terasa kini sejuknya malam sudah berganti dengan kehangatan cahaya matahari. Jika Vivian tertidur dengan pulas, maka berbeda dengan Raysa yang tidak tertidur dari semalam.
"Eh, lu kagak tidur ? Lu nangis? " tanya Vivian.
Tak ada sahutan dari Raysa, jujur saja jangankan berbicara, bernafas saja rasanya susah. Tidak pernah terbesit di benaknya akan jadi seperti ini.
Sekolah nya ?, Impiannya?, Lantas sekarang aku harus apa ? ."Mata lu sembab gitu, mata panda, plis deh. Lu kagak capek ? Udah hidup di bawa santai aja. Daripada terdiam merenungi nasib, mending kamu berfikir bagaimana langkah selanjutnya? Apa yang perlu diperbaiki ?. Hidup gak selamanya berjalan sesuai dengan rencana kita." Ucap Vivian sambil tersenyum.
"K- kak, a-aku udah hilang arah. Aku gak tau lagi mau gimana?" Jawab Raysa
"Cup cup cup, Raysaku yang malang. Kamu tenang aja, anggap saja ini sebagai rumahmu.
Lakukan target mu sebelum kecelakaan kecil ini terjadi begini." Kata Vivian"Lagian kamu mau ngapain di rumah saudara, plis rasanya gak enak cuy. Apa bedanya rumah ini dengan rumah saudara mu itu ?, Sama-sama rumah kok. Disini kamu lebih bebas . Ayoo!, Kamu harus semangat pokoknya." Sambung Vivian.
"Benar juga sih" batin Raysa.
"Terimakasih banyak kak Vi." Jawab Raysa,dan di anggukkan sebagai jawabannya.
Matahari semakin menjulang tinggi, Sepoi-sepoi angin yang berhembus kencang menerpa rambut seorang gadis yang sedang berdiri di atas teras sebuah rumah.
"Nenek sekarang lagi apa ya?," monolog nya.
"Heii yuu, iyess yu yang badan besar"
"Saya?"
"Yess, Yu siape ? Kenaway yu ada di kontrakan ai ? Yu keponakan si Vivian itu kah ? "
"Ehh, bukan tante s-saya e-hm saya mau orang, eh maksudnya saya saudaranya kak Vivian, iya keponakan nya keponakan dari kak Vivian" Ucap Raysa gugup, soalnya yang dihadapi berbicara saat ini sejenis ibu-ibu tapi bukan ibu-ibu. Gaya pakaiannya kekinian tapi sangat mencolok, bibir dan kutek nya sangat merah. Dan jujur saja Raysa sedikit takut.
"Astaga dragon, yu bikin ai sick kepala, Cukup."
"Ada apa sih ini ribut-ribut ?" Ucap Vivian yang baru saja keluar dari dalam rumah.
"Ini ai mau nagih uang kontrakan, mana sini faster."
"Woahh, Sister Anggi Kusumadewi sungguh cantik luar biasa hari ini. Ini uang kontrakan nya, sekalian saya bayar buat 3 bulan berikutnya." Jawab Vivian.
"Nah, good girl. Karena yu menyenangkan heart ai maka bonus nya sampe 5 bulan uang kontrakan yu lunas." Ucapnya dengan centil dan tentu saja senyum kematian, karena baru saja mendapatkan pujian yang begitu manis menurut nya.
"Btw, she siapa ? " Sambungannya
"Dia adek perempuan gw, baru datang dari kampung." Jawabnya, Raysa yang sedari tadi diam kini membulatkan matanya, apa tadi ? Adek perempuanku ? Sungguh demi apapun rasanya nyaman dan menghangat. Raysa bahkan tersenyum cengengesan.
"Lah, tadi you say yu keponakan. Gimana sih, ohh tapi no problem yu gemuk dan ai takut. Jadi, terserah."
Jleb
"Maaf " cicit Raysa
"yuk, kita masuk kedalam" ucap Vivian sekaligus menggandeng tangan Raysa dan meninggalkan Anggi di luar.
"Kamu mandi dulu gih, tar kita bakalan bahas gimana selanjutnya." Ucap Vivian
"Iya kak." Jawab Raysa, Vivian yang mendengar jawaban tersebut hanya dapat tersenyum lebar, "kak ? Kakak ? Wahh jadi gini rasanya di panggil kakak, Seruu juga ya." Batinnya.
Tak butuh waktu lama, kini mereka berada di ruang makan. Saat Raysa mandi, Vivian menyempatkan waktu untuk memasak.
"Ahh, akhirnya kenyang." Kata Vivian
"Jadi langsung aja kita kembali ke pembahasan awal, jadi sebenarnya kamu itu siapa? Eh maksudnya mau kemana? Dan ala tujuan kamu selanjutnya? " Sambungannya.
"Huh, jadi sebelumnya perkenalkan kak," Raysa menarik nafas dan langsung menghembuskan.
"Nama aku Raysa Zeline, aku berasal dari pedesaan, aku sekarang sedang menempuh jalan memasuki Sekolah Menengah Atas kak. Aku yatim piatu, dan yang merawat ku sampai sebesar ini adalah nenekku, namanya nenek Rumi. Aku dipindahkan ke kota ini bertujuan untuk meningkatkan level sekolah ku kak. Aku ingin masuk ke sekolah yang bagus dan tentunya berkualitas, a-akuu..." Tak sempat menyelesaikan perkataannya Raysa sudah tidak tahan lagi, air matanya mengalir begitu deras."Sudah-sudah, nanti di lanjutkan. Sekarang bagaimana kabar nenek mu? Apa yang akan kau katakan?" Tanya Vivian
"A- aku juga bingung kak, apa yang akan aku katakan pada nenek nantinya. M-makanya sampai saat ini aku belum mengabari keadaanku pada nenek." Jawab Raysa.
"Tenangkan dirimu, lalu segera beri kabar pada nenek mu." perintah Vivian
"T-tapi..."
"Syuttt, tidak ada tapi - tapian. Lakukan segera," kata Vivian
Dringgg...... Dringgggg........
"Halo, mbak."
"Halo Ray, ini kamu kan ? Gimana? Enak tidak di kota ? Seru tidak ? Baru sehari kau pergi, kami sudah merindukan mu." Ucap Siti, tetangga Raysa saat di kampung.
"Ahh iya mbak, seru eheheh. Nenek ada gak mbak ? Raysa pengen bicara sebentar."
"Ohh bagus lah, sebentar ya. Mbak kasih dulu." Nenek, nenek Rumi ini telepon dari Raysa nek, begitulah kira-kira yang saat ini di dengar oleh Raysa.
"Halo Ray,"
"N-nenek, apa kabar ?"
"Puji Tuhan baik, kalau kamu gimana? Kapan kamu sampainya? Tante mu dimana ? Kamu baik-baik kan disana?" Tanya nenek Rumi secara beruntut.
"Ah iya nek, ini anuu Ray...."
"Katakan yang sebenarnya Ray," kata Vivian, namun Raysa menggelengkan kepalanya sebagai jawaban.
"Raysa disini baik nek, kalau soal Tante itu Tante lagi pergi belanja ke pasar." Jawab Raysa
"Oh begitu, kamu harus belajar bagus-bagus disana. Nenek doain yang terbaik buat kamu. Jaga kesehatan ya, jangan lupa beribadah." Nasehat nenek Rumi
"Siap nek, Raysa laksanakan"
"Sekarang nenek lagi apa?"
"Ini nenek lagi mau berangkat ke kebun"
"Ohh, hati-hati nek. Jaga kesehatan juga."
"Iyaa." Kata nenek Rumi sebelum memberikan headphone kepada Siti.
"Mbak Siti, Raysa titip nenek ya. Raysa minta tolong buat jaga nenek Rumi" ucap Raysa yang kini sudah menangis. Cengeng wkwkwk!
"Aman itu mah, Ray disana baik-baik sekolahnya. Jaga kesehatan juga, kalau masalah nenek Rumi tenang aja. Mbak Siti bakalan melakukan yang terbaik untuk menjaga nenek."
"Terimakasih banyak mbak"
"Aman, yasudah mbak tutup ya." Ucap Siti sebelum percakapan berakhir.
Semangat terus buat kamuu 🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG WAKTU
Teen Fiction"MENTAL DAN FISIKKU RUSAK, NAMUN TIDAK BEGITU HANCUR." "𝐇𝐚𝐭𝐢𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 '𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐠𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐌𝐚𝐭𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 '𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐭𝐞𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫𝐦𝐚𝐭𝐚 𝐌𝐮𝐥𝐮𝐭𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 '𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐮...