Halo ......
Jangan lupa vote, dan berikan komentar yang bersifat membangun yaa!
💌 :kalau ada penulisan/ketikan yang salah di komen aja ya, sekalian dikasih tau perbaikannya. Eeheheh
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, meninggalkan segalanya tanpa ampun. Kelopak mata indah ini terbuka karena usik- usik angin dan bisik-bisik para penumpang."Neng turun dulu,kita lanjutkan nanti perjalanannnya. Sekarang waktunya makan malam." Ucap Kernek bus
"Oh, duluan aja pak. Saya di dalam saja, soalnya saya bawa bekal." Jawab Raysa
"Ohh yaudah deh neng," ucap Kernek sambil meninggalkan Raysa
Raysa memperhatikan keadaan bus sudah kosong, yang tersisa hanya dirinya. Bukan hanya itu dia juga mengamati keadaan di luar dari kaca bus,Banyak lampu yang menerangi tempat persinggahan. Orang- orang berlewatan berlalu lalang.
"Tak butuh waktu lama, sebentar lagi aku akan mencari arah kompas ku yang sempat mati. Kira-kira nenek udah makan belum ya?, Nenek lagi apa ?,Kangen nenek." monolog nya.
Sejenak melamun,dia dikagetkan oleh kedatangan anak laki-laki kira-kira umur 7 tahun.
"Kak, tissu nya kak. Hanya delapan ribu aja" tawar anak itu.
Terdiam, Raysa masih bergelut dengan pikirannya. "Kenapa anak kecil seperti ini dibiarkan berjualan sampai malam hari?".
Di mana orang tua nya?. Apakah di kota seperti ini?"Kakak, kenapa melamun?" Tanya anak itu
"Eh, gakpapa. Nama kamu siapa?"
"Nama saya Laskar kak" jawabnya
"Orang tua kamu dimana?"
"Orang tua Laskar..." Belum sempat menyelesaikan ucapannya. Bus tersebut sudah mulai di nyalakan, penumpang juga mulai bermasukan.
"Nih,Kakak punya uang segini. Semoga jualannya segera habis ya" ucap Raysa sambil menyelip kan uang disaku Laskar.
"Terimakasih kak" belum sempat memberikan tissu nya, penumpang berhamburan masuk kedalam bus karena di luar gerimis. Alhasil Laskar terdorong, mau tidak mau dia harus segera keluar. Setelah berhasil keluar, dia melambaikan tangan nya mengarah kepada Raysa. Raysa hanya dapat tersenyum manis.
Pikiran nya kembali melayang tentang Laskar,mata anak itu menyiratkan betapa beratnya beban anak itu. Tak hanya itu, pikiran nya juga melayang tentang neneknya, Serta bagaimana nantinya dirinya hidup di kota?.
Perpaduan malam hari dengan hujan menambah tak karuan nya hati Raysa,"hawanya terasa sekali, berbeda dengan di desa" batinnya.
Lama menikmati indahnya malam, akhirnya bus yang ditumpangi oleh Raysa berhenti. Ya,dirinya sudah sampai ke kota."Ayo semuanya turun turun turun,kita sudah sampai" teriak Kernek
"Hei gendut,kau terakhir saja. Lihat badan mu begitu besar jadi tidak muat untuk kami berlewatan." Ucap salah satu penumpang
"Iya,kau terakhir saja." Tambah penumpang lainnya.
"Hm,iyaa baiklah. Saya akan keluar terakhir saja" jawab Raysa. Syok? Tidak terlalu,karena di desa dia juga sudah sering mendengar perkataan yang seperti ini, bahkan lebih dari ini. "Ku kira karena perkembangan lebih maju di kota,maka kesopanan dan tutur kata yang baik ada di kota. Ternyata aku salah,huh" monolog nya.
Tidak lebih dari 3 menit, akhirnya seluruh penumpang sudah turun. Raysa bergesas ingin keluar dan membawa tas miliknya. "Akhirnya,aku sampai juga" monolog nya.
"Terimakasih pak supir, hati-hati."
"Iya neng, terimakasih." Jawab supir sambil menjalankan bus nya.
"Akhirnya aku sampai juga,nenek Raysa sudah sampai. Kalau aku telepon nenek, ini udah terlalu malam. Nanti tidur nenek keganggu" pikirnya.
Fyi: Nenek Rumi gak punya handphone, jadi kalau Raysa mau telponan harus dari handphone tetangga.
"Permisi pak, apakah bapak tau alamat ini" tanya Raysa sambil menunjukkan selembar kertas.
"Oh ini. Neng tunggu aja disini nanti kalau ada angkot yang warna merah datang, eneng kasih aja alamat nya sama sopir" jawab orang tersebut
"Oh begitu ya pak, makasih yaa" ucap Raysa
"Eneng emang dari mana ?"
"Oh saya dari kampung pak"
"Ohh begitu, hati-hati neng ini udah malam. Mending hubungi saudara yang bisa menjemput, karena alamat yang mah kamu tuju agak jauh. Takutnya angkot warna merah datang nya agak lama"
"Hm, iya pak. Terimakasih banyak sarannya"
"Kalau begitu,saya pamit dulu ya"
"Oh iya pak, hati-hati"
Tak begitu lama menunggu, ternyata angkot berwarna merah sudah tiba. Raysa pun langsung menghampiri sopir angkot tersebut.
"Aduh mbak, ini alamat nya lumayan jauh. Mana saya belum makan malam lagi, emang mbak mau nungguin?"
"Hm, yaudah deh pak saya tungguin kok."
"Yaudah kalau begitu saya makan dulu mbak. Mbaknya udah makan belum? " Tanya sopir tersebut
"Belum pak".
"Yaudah sini saya teraktir satu porsi pecel lele, penumpang hari ini lumayan banyak mayanlah bagi-bagi sedekah"
"Saya ma-..."
Belum sempat menyelesaikan ucapannya, sopir tersebut melanjutkan kata-katanya.
"Tapi satu porsi udah cukup kan sama kamu ? Karena Kalau saya lihat badan kamu gemuk pasti makannya banyak, kalau gak saya traktir hanya gorengan aja deh, soalnya saya takut nanti kamu makannya banyak""Eh, terimakasih banyak atas tawaran nya pak. Tapi saya sudah kenyang pak." Jawabnya sambil tersenyum kikuk. Sejujurnya tadi Raysa ingin menerima tawaran tersebut. Namun karena perkataan yang terakhir, hati Raysa sesak tak karuan.
"Yaudah deh kalau begitu, tungguin aja di dalam angkot" suruh sopir angkot tersebut.
Kurang lebih tujuh menit, sopir tersebut akhirnya sudah menyelesaikan acara makan malamnya. Dan akhirnya mereka pun sudah berjalan menuju alamat yang tertulis di kertas tersebut. Namun, keberuntungan sepertinya tidak berpihak pada dirinya. Di tengah perjalanan ban angkot tersebut kempes dan sialnya tempat tersebut cukup gelap dan rawan terjadi begal"
"Aduh apes-apes, gara-gara mbak nih ban mobil saya kempes kan untung gak pecah" amuk sopir tersebut
"Loh,kok salah saya sih pak?"
"Badan mbaknya gemuk, angkot saya jadi gak kuat nahannya."
"Tadi bapak bilang penumpang bapak banyak kan,bisa jadi itu alasan ban angkot ini kempes,pak. Lagian di dalam angkot hanya ada saya dan bapak,massa angkot bapak langsung kempes ? Angkot bapak berarti butut dong." Jawab Raysa
"Mbak mulutnya dijaga ya, sekarang mbak keluar dari angkot saya. Sudah berbadan besar, tidak tau sopan santun, membawa musibah lagi." Ucap sopir sedikit meninggikan suaranya .
"Ya udah ,saya turun. Terimakasih tumpangan nya pak" ucap Raysa dengan senyum cemberut.

KAMU SEDANG MEMBACA
RUANG WAKTU
Teen Fiction"MENTAL DAN FISIKKU RUSAK, NAMUN TIDAK BEGITU HANCUR." "𝐇𝐚𝐭𝐢𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 '𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐫𝐚𝐬𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐠𝐚𝐫𝐢𝐬 𝐥𝐮𝐤𝐚 𝐌𝐚𝐭𝐚𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 '𝐭𝐮𝐤 𝐦𝐞𝐧𝐞𝐭𝐞𝐬𝐤𝐚𝐧 𝐚𝐢𝐫𝐦𝐚𝐭𝐚 𝐌𝐮𝐥𝐮𝐭𝐤𝐮 𝐭𝐞𝐫𝐛𝐮𝐤𝐚 '𝐭𝐮𝐤 𝐛𝐞𝐫𝐮...