berdamai?

24 4 0
                                    

Happy reading 🌻


Sinar matahari menyinari tempat persinggahan para mahkluk hidup. Susana tenang malam terganti dengan aktivasi-aktivitas manusia yang mengundang suasana ricuh.

Kemarin Raysa sudah di perbolehkan untuk pulang, dan sekarang dirinya sudah berada di rumah dan ya, selang infus masih ada di tangannya. Ia hanya berbaring di tempat tidur, dirinya bosan. Ia menangis dalam diam. Dirinya kalah, tak pernah menang dalam hal apapun.
Kapan? Kapan waktu yang di impikan akan terwujud?. Masalah selalu berdatangan padanya, semakin hari masalahnya semakin berat. Kelopak matanya yang indah selalu mengeluarkan buliran air mata.

Ia merenung, apa yang akan terjadi selanjutnya? Apa yang akan dirinya akan lakukan? Selama ini ia memang selalu menerima perundungan, umpatan, serta makian. Tetapi, tak pernah ia mendapat kekerasan fisik seperti ini. Dirinya takut, dirinya khawatir, dirinya ragu untuk melangkah. Dia hanya memiliki tubuh ini sebagai teman, jika ia kehilangan tubuh ini, Siapa? Siapakah yang akan mau berteman dengan dirinya lagi?.

Menjadi gadis cantik, memang impiannya sedari dulu. Ia selalu berangan-angan tentang dirinya yang cantik, kulit putih, hidung mancung, rambut hitam pekat dan lebat, tinggi badan yang netral, serta bentuk badan bak gitar spanyol. Tapi apa? Dirinya hanya mempunyai kenyataan. Kenyataan bahwa dirinya tak seindah angan-angan, kulitnya hitam manis, hidungnya pesek, rambutnya pendek dan tips, badannya pendek, dan ya bentuk badannya yang besar dan monoton dan tak berbentuk.

Pikiran negatif selalu berkembang di dirinya.
Lingkungan ternyata mengubahnya sejauh ini.
Ia rindu, ia merindukan kampung halamannya, ia merindukan neneknya. Sangat rindu!

“Kak Vi, aku merindukan nenek. Aku ingin berbicara dengan nenek.”

“Telpon aja lah, apalagi”

Tut...Tut...Tut...

Hallo, dengan mbak Siti yang cantik dan baik hati. Ada yang bisa saya bantu? Ucap Siti, menirukan suara resepsionis.

“hahahha, baiklah mbak. Saya ingin berbicara pada nenek Rumi, cucu mungil dan imutnya ini sedang merindu.”  jawab Raysa dengan suara yang dibuat-buat sedih.

“Ah, sebentar ya mbak. Nenek Rumi sedang di dapur. Kabar kamu gimana disana Ray?” tanya Siti yang sambil berjalan menuju dapur.

“Raysa baik mbak.”

“Halo Ray, ini nenek.”

“Hi nek, Raysa rindu banget tau. Aku alihkan ke video call yaa.”  ucapnya sambil mengalihkan arah video call.

Nenek Rumi dan Siti sedikit syok, melihat wajah putih Raysa. Tunggu! Putih atau pucat?
“Ray kamu pake sincer ya?” tanya Siti

“Ha? Sincer? Maksud mbak film sincan?”

“Bukan Ray, itu loh untuk perawatan kulit.  Biar bisa grow ”

“Perawatan kulit? Grow?.  Perawatan kulit sama bertumbuh sangkut pautnya apa mbak?” tanya Raysa

“itu loh sincer yang bikin growing. Buktinya wajah kamu langsung putih.”

Raysa yang mulai paham maksud Siti, sedikit mengukir senyum di bibirnya. Mbak Siti lucu!
“Ohhh, Raysa paham. Maksudnya mbak Siti skincare yang bikin glowing kan?”

RUANG WAKTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang