memulai II

39 6 0
                                    


Happy reading 🦋

“Aku punya salah apa sama kalian?” Tanya Raysa dengan suara yang bergetar.

“Banyak, mata gw sakit ngelihat badan lu yang gendut itu.” Ucap Elle.

“Ho'oh bikin iritasi,” sambung Chesya.

“Yaudah lah girls, gak usah di bullying juga. Dia kasian banget njirr.” Sahut Farryshol.

“Dih, alay.” Jawab Harryson.

“Yang dibilang Farry itu benar,” imbuh Afgerond.

“Yaudah deh, kita bebasin aja lah.” Tambah Airefly.

“Padahal ini ngasah mental loh, tapi karena lu gak kuat mental yaudah lu bebas aja. Muka-muka di kasihani,” jawab Harryson

“Yuk bubar, kita ke kantin aja, gw laper banget ini,” Kata Zidan.

“Lu bisa lolos dari mereka, tapi gak dari gw Cebar,” Gumam Samuel.

Sesudah berhasil merundung Raysa, kini mereka berkumpul di kantin untuk mengisi perut mereka.

“Gw bakso, sama teh manis dingin”

“Samain”

“Lu bakso?”

"Anjir lu pada, bukan gitu maksudnya," ucap Harryson

“Lah, ngambek.”

“Kenapa ya gw pengen banget bullying tuh si cebar ?” Ucap Samuel tiba-tiba.

“Ha?”

“Lah, ngapain dibully ? Emang dia salah apa” tanya Afgerond

“Pengen aja,” jawab Samuel enteng.

“Boleh tuhh,” sambung Gabrielle.

“Abanggg, Sya mau bakso yang banyak,” teriak Chesya.

“Nih, ambil punya gw aja.” Jawab Samuel

“Telimaaciiii,”

“Gw juga mau El,” kata Zidan sambil mengedipkan kedua bola matanya

“Najiss Jing”  bukan Samuel yang menjawab tetapi Airefly

“Apasihh kalian, ribut banget anjing,” kata Gabrielle

“Lu cewek, mulutnya dijaga anjing,”ucap Harryson pada Gabrielle

“Suka-suka gw lah. Alice bawain tas gw, males, gak mood makan.” Ucap Gabrielle sambil meninggalkan tempat tersebut

“Kenapa tuh bocah?” Tanya Farryshol yang baru datang dari kamar mandi.

“Bonyoknya ribut pasti,”sambung Yuxa

“Udah tua bangka juga, seneng banget bikin anak susah” jawab Airefly

“Orang tua gw gak ribut, cuma diem-deim baek aja meresahkan,”ucap Samuel

“Kek gw lah, gak punya bapak” sambung Zidan

“Gw gak punya emak,” jawab Farryshol

“Gw YATIM-PIATU b aja tuh,” Sambung Yuxa yang sudah muak dengan ocehan teman bangsatnya ini.

“Iya, bener b aja,” ucap Alice menyetujui ucapan Yuxa

Kini tatapan mereka hanya tertuju pada dua insan, ya Airefly dan Chesya. Adik Abang ini memang memiliki keluarga Cemara di antara teman yang lain. Tak pernah kekurangan, bahkan nyaris di katakan keluarga sempurna.

“Napa lu pada ngelihatin kita ?” Tanya Chesya

“Jangan iri,” sambung Airefly


🌎

“Huh, kak Vivian dimana sih? Lama lagi gak,ya?” Gumam Raysa

“Heh Cebar ngapain lu?” Tanya Samuel sedikit menekan kata 'cebar'. “Gw tau, lu pasti mau maling, kan?. Masih siswi baru, miskin, ngapain di parkiran kalau bukan maling.”

“Jangan sok akrab, kita gak kenal.” Jawab Raysa dengan wajah datar. Mantap! Wkwkw

Orang-orang yang berada di sekitar Raysa, spontan senyum-senyum tak jelas, bahkan sebagian ada yang tertawa secara terang-terangan.

Samuel yang melihat hal tersebut langsung memaki Raysa dalam hati, “Cewek badan melar sialan.”

Suasana di parkiran yang sedari tadi riuh, kini bak kuburan. Siswa-siswi kini berpulangan, tapi ada sepasang siswa yang tertinggal di parkiran.
Ya, mereka ada Raysa dan Samuel.

Plak...

Ini buat lu yang udah berani ngelawan gw,” ya Samuel sengaja menunggu sekitarnya sepi, supaya ia leluasa menyiksa Raysa.

Plak...

“Ini buat lu yang sok benar, nona Cebar!” Sambung Samuel yang kini menampar pipi sebelah kiri Raysa. Tak hanya pipi, kini Samuel menjambak rambut pendek Raysa.

“M-maaf, aku m-minta maaf,” Lirih Raysa yang kini tengah merintih kesakitan, akibat jambakan dari Samuel. Sungguh! Ini sangat menyakitkan.

Samuel tetap saja menghiraukan tangisan Raysa,
“Lemak lu nih, melar-melar. Segini doang mah mana sakit, yekan?. GW INGETIN SEKALI LAGI.
LU MISKIN, LU JELEK, LU KAYAK BABI, DAN YA, LU GAK LAYAK SEKOLAH. HM, LU NGEBUAT ORANG YANG DI SEKITAR LU KURANG NYAMAN, KARENA TAKUT NGELIHAT BADAN LU YANG YAAA LU TAU LAH.”

“CUKUP,” Teriak Raysa.

“Aku salah apa? Aku siswi baru disini. Aku gak tau salah aku dimana?, Kenapa kalian jahat samaa aku? Kenapa? Apa karena fisikku? Ap-”

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Samuel sudah langsung meninggalkan Raysa dan berteriak pada dirinya. “NAJIS LU BANGSAT.”

Sambil melihat kepergian Samuel, Raysa bergumam, “AKU JUGA TIDAK INGIN MENJADI SEPERTI INI. AKU INGIN SEPERTI KALIAN. KENAPA? KENAPA HARUS AKU? APA AKU SALAH MEMPUNYAI BADAN SEPERTI INI?.”

🌎

“Akhirnya sampai juga, heh! Lu kenapa sih, melamun mulu. Mata lu nih sembab, makanya kalau makan bakso jangan makan cabe banyak-banyak, gini kan jadinya.” Omel Vivian.

Kurang lebih tujuh menit sesudah kejadian yang menyeramkan itu, Vivian datang menjemput Rasya dan meminta maaf karena sudah terlambat menjemputnya. Vivian yang mendapati Raysa dengan wajah memerah, dan kondisi yang kurang menyedapkan mata pun langsung bertanya pada Raysa. Namun, Raysa hanya mengatakan bahwa dirinya tadi mengonsumsi cabai dengan jumlah yang sangat banyak, sehingga dirinya sakit perut dan berakhir menangis.

“maaf kak,” Jawab Raysa

“Kak, Raysa ke kamar dulu ya, mau ganti baju” Sambungannya dan di anggukki oleh Vivian

“JANGAN LAMA-LAMA, KITA MAU MAKAN MALAM DI LUAR,” Teriak Vivian

“Gak usah teriak-teriak kak,”

Setibanya di kamar, Raysa langsung bergegas mengganti baju. Dan kini dirinya tengah menatap  sosok yang ada di pantulan cermin itu. Mengapa? Setidak layak itukah? Siapa yang mau menjadi seperti ini?.

“Aku percaya, di dunia ini tidak ada manusia yang sempurna. Siapa yang tak pernah melakukan kesalahan?, Fisik salah ? Apakah ini salah dirinya yang tidak becus merawat tubuh? atau salah mereka yang menilai tanpa memahami?,” Batin Raysa.

“Huh, hari yang melelahkan,” Ucap Raysa.

Ada pesan untuk Raysa?

Pesan untuk Samuel?

Pesan untuk Vivian, maybe?

Selalu bersyukur untuk sesuatu yang telah terjadi, kita hanya manusia biasa dan Jangan lupa berterima kasih untuk dirimu. Dirimu hanya titipan, semua akan kembali pada Sang Pencipta. Jalani hari-harimu dengan sukacita.

Jangan lupa vote nya, teman-teman .🌻


Semangat untuk hari ini 🌷

RUANG WAKTU Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang