Vicky membawa Gamma ke rumah yang sudah disiapkannya. Mala berulang kali menelpon Vicky karena Gamma mematikan ponselnya. Gamma tidak mengijinkan Vicky menerima telepon dari Mala.
Tidak untuk saat ini.
"Dia pasti panik. Aku khawatir dia nekad menuju rumahmu."
Gamma menggeleng. Dia yakin Mala akan patuh padanya. Tidak akan meninggalkan hotel sebagaimana pesannya sampai dengan Gamma kembali pulang ke hotel. "Kirim saja pesan padanya, aku akan menyelesaikan semuanya malam ini."
Vicky menatap Gamma yang sedang merebahkan diri di sofa ruang tamu. Rumah pengungsian yang disiapkan Vicky adalah rumah mendiang nenek Gamma. Tidak ada yang menempati rumah ini sejak nenek Gamma meninggal sepuluh tahun yang lalu. Sedianya rumah ini akan diberikan Gamma untuk Mala sebagai hadiah pernikahan mereka. Sepulang dari bulan madu, Gamma berencana memberikan surprise pada Mala.
Namun semuanya menguap begitu saja.
"Aku belum membersihkan kamar utama, karena baru tadi pagi berhasil menemukan kunci rumah ini. Sebentar lagi pelayan akan datang untuk menyiapkan segala keperluanmu."
Gamma tidak merespon. Vicky pasti berurusan dengan notaris Papa Moreano untuk mendapatkan kunci rumah ini. Karena rumah tempat Papa Moreano dibesarkan ini akan diwariskan pada Gamma setelah dia menikah.
"Tidak usah ada pelayan. Aku ingin sendiri."
Vicky mengangguk. "Aku akan belanja beberapa keperluan."
Gamma mendengus kasar, lalu mengubah posisinya. Dia duduk dengan menumpu tangan di lutut. Sorot matanya masih menunjukkan amarah yang berusaha ditahan. Vicky sangat memahami temperamen majikannya. Sebagai asisten pribadi Gamma, dia tahu apa yang bisa memicu kemarahan Gamma dan apa yang bisa meredakannya.
Untuk situasi saat ini, Vicky tidak akan banyak bicara. Apalagi tentang Mala.
"Kirim pesan pada Mala, aku akan ke hotel besok pagi."
Vicky mengangguk, lalu mengeluarkan ponselnya. Setelah mengirim pesan ke Mala, dia mengirim pesan pada seseorang dengan nomor tak bernama. "Amankan hotel dan rumah Tuan Gamma malam ini. Aku tidak ingin media mengetahuinya."
"Ceritakan padaku, kenapa Tuan Hopkins bisa menjadi tersangka."
Vicky menatap Gamma yang menyorot tajam ke arahnya. Lelaki di hadapannya berusaha keras untuk bisa memilah antara cinta dan amarah. Bagaimanapun juga, Mala sudah jelas terseret dalam kasus ini, karena pernikahan mereka berdua bukan pernikahan biasa.
Jeff Hopkins adalah pensiunan Kepala Polisi di Nashville. Selama dia menjabat, Lowkey Moreano selalu dalam status aman berkat perlindungannya. Gamma sempat mengendus, Papanya mempunyai bisnis rahasia, tapi tak pernah mendapat pernyataan resmi dari Morenao. Apalagi bukti yang mengarah ke sana. Hopkins seperti biasa selalu melindungi Moreano.
Hingga ketika Jeff Hopkins pensiun, dia dan Moreano bersepakat menjodohkan Gamma dengan Mala. Gayung bersambut, karena ternyata setelah Gamma dan Mala dikenalkan, mereka saling jatuh cinta.
Banyak pihak mengendus, pernikahan Gamma dan Mala adalah pernikahan dengan maksud terselubung. Jeff memerlukan pensiun untuk masa tuanya, dan Moreano memerlukan jaminan keamanan untuk bisnis rahasianya.
Namun Gamma dan Mala tak peduli dengan semua itu, karena mereka sudah mabuk asmara.
Kini Vicky melihat, Gamma seolah tersadar dari hipnotis asmara Mala. Kematian Moreano dengan Jeff sebagai salah satu tersangka, pasti terkait dengan pernikahan mereka berdua.
"Kenapa Papa mengirimku ke Maldives? Apa yang terjadi selama aku pergi?"
Vicky masih belum menjawab. Dibiarkannya semua isi kepala Gamma dimuntahkan padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Mantan Istri
Mystery / ThrillerBulan madu tidak selamanya manis, apalagi terpaksa diakhiri karena tewasnya si Papa tercinta. Mala dan Gamma sedang berbulan madu, ketika Papa Gamma dibunuh dengan keji. Semua bukti mengarah pada Ayah Mala-meski Ayah Mala menyangkal. Tapi Gamma tida...