14 - Mertua dan Menantu

97 5 0
                                    

"Kurasa kau sudah tahu apa yang sedang terjadi di luar sana, Jeff Hopkins."

Vicky menatap mertua majikannya dengan tatapan penuh tuduhan, namun yang ditatap tidak merespon apapun. Hanya duduk tenang menikmati salad yang dibawa oleh Vicky. "Kau bahkan tidak takut keracunan lagi seperti saat di Kantor Polisi."

Jeff menghentikan suapan, melirik Vicky tanpa ekspresi, lalu melanjutkan santapannya. Jarang-jarang dia bisa menikmati salad buah di dalam penjara. Apalagi dikirim oleh menantu yang menjebloskannya ke penjara. Entah apa yang ada dalam pikiran si menantu, tapi setidaknya dia telah berbuat baik dengan mengirim salad tanpa selai kacang.

"Setidaknya, tidak ada yang meracuniku di dalam penjara dengan keamanan maksimum seperti saat ini." Jeff tersenyum sembari mengunyah.

Vicky mendesah pelan. Jeff Hopkins dipindah ke dalam penjara Riverbend dengan keamanan maksimum bukan tanpa alasan. Selama penyidikan pembunuhan Lowkey Moreano, Gamma tidak ingin kehilangan tersangka utama pembunuhan Papanya. The Bones sudah mengincar Jeff Hopkins.Saat ini Moreano sedang mencari benang merahnya.

"Kau merasa aman di sini?" telisik Vicky. Dilihatnya, salad Jeff Hopkins sudah tandas. Dan lelaki dengan kepala yang nyaris dipenuhi uban itu tampak puas dengan salad yang dihabiskannya seorang diri. Dia mengusap sudut bibir dengan jempol tangan, lalu menjilatnya. Vicky berusaha untuk tidak berkedip, karena setiap gerakan tubuh Jeff harus direkamnya dalam ingatan.

"Tidak ada tempat yang aman bagiku–saat ini, Vicky. Kau lebih tahu dari aku. Tapi, terima kasih sudah menempatkanku di tempat ini. Aku senang bertemu dengan narapidana yang dulu kujebloskan di sini."

Vicky terkekeh. Jeff pasti mengalami malam yang kelam dan siang yang mengerikan selama beberapa hari ini. Meski tidak dilihatnya luka di tubuh Jeff, dia pasti terluka secara psikis. Namun tawanya terhenti ketika Jeff tiba-tiba tersenyum–mencibir.

"Kau pikir, mereka mem-bully-ku? Kau salah jika berpikiran demikian. Mereka semua mendukungku. Kau tahu kenapa?"

Vicky memajukan badan. Penasaran. Mustahil bagi seorang Kepala Polisi bisa selamat dari semua narapidana yang berada di Riverbend. Pucuk dicinta ulam tiba. Mereka sudah pasti menanti masa-masa indah menuntut balas pada polisi. "Katakan padaku."

"Aku tidak ingin ucapanku menjadi bukti di persidangan."

Vicky menarik sudut bibir. Jeff amat sangat berhati-hati dengan ucapannya. Dia bisa terpeleset lidah kapan saja, dan itu akan membuatnya menangisi masa tua di dalam penjara yang dingin–tanpa anak semata wayang tercintanya.

"Apakah para kriminal di sini memang menghendaki kematian Lowkey Moreano? Apa itu yang akan kau katakan? Dan mereka bersorak gembira ketika tahu bahwa kau sendiri yang membunuhnya? Aku tahu, Tuan Moreano tidak sebersih yang tertuang di media. Dia ..."

"Bagaimana kabar anakku?" tukas Jeff menatap Vicky tajam. "Apa dia baik-baik saja?"

Vicky menarik badan, lalu melipat tangan. Jeff memang bukan lelaki sembarangan. Dia pensiunan Kepala Polisi dengan prestasi segudang. Bisa dikatakan dia pensiun dengan kenangan terbaik, banjir penghargaan. Dan Moreano menjalin persahabatan dengan orang seperti Jeff pasti bukan tanpa alasan. Bahkan sampai berbesan dengannya–sudah pasti dalam perencanaan yang matang.

Mustahil hubungan mereka setulus hubungan persahabatan anak sekolah.

"Kuharap kau tidak bersedih. Atau kau memang sudah tahu semuanya?"

Jeff mengernyit kening. "Apa yang terjadi pada Mala?"

"The Bones menculiknya."

Jeff terkesiap. Sejurus kemudian–tanpa Vicky mengiranya–sebuah tinju melayan mengenai wajah Vicky. "Kalian memang tidak becus menjaga anakku!"

***

Gamma menatap punggung Jeff yang membelakangi jeruji besi. Dilihatnya, Jeff tidak terluka sedikitpun–padahal sudah seminggu berada di dalam neraka. Dia seolah Dewa para kriminal–yang diagungkan dalam penjara berkeamanan maksimum seperti Riverbend.

Gamma mengetuk jeruji dengan kunci mobil. Dilihatnya punggung Jeff bergerak pelan, lalu dia menoleh. Melihat Gamma di luar sel, dia mengubah posisi–duduk menyandar dinding. Tampak santai–tidak emosi ketika bersama Vicky tiga jam sebelumnya.

"Aku heran, kenapa Papa tidak menjadikanmu pengawal kepercayaannya? Kau lebih tangguh dari Vicky."

Wajah Jeff tanpa ekspresi.

"Dia kehilangan dua gigi dan bibirnya harus dijahit." Gamma memberikan laporan, hasil Jeff menghajar Vicky.

"Jangan katakan, semua pengawalmu seperti dia. Tidak heran, Mala sampai diculik." Jeff duduk tepekur. "Kupikir anakku menikah dengan lelaki yang akan melindunginya dengan jiwa dan raga–karena mencintainya. Ternyata aku salah."

Gamma menghela napas panjang. Menatap Jeff yang membungkuk di sudut sel dengan baju tahanan–membuat hatinya miris. Demi Mala–sungguh dia akan menyangkal Jeff telah membunuh Papanya dengan keji. Tapi penyelidikan sementara dari Detektif Taylor–Jeff tidak punya alibi sama sekali,

"Aku juga tidak percaya, akan mempunyai mertua yang membunuh Papaku sendiri. Apakah sedemikian rakusnya kalian pada harta dan kekuasaan kami? Sehingga hanya dengan membunuh, kalian akan mengusai semuanya."

Jeff tak bersuara beberapa saat. Hening–tapi Gamma tidak bisa menjadikan diamnya Jeff sebagai jawaban apalagi pengakuan.

"Aku tidak akan menjelaskan apapun," ucap Jeff kemudian. "Temuilah pengacaraku kalau kau ingin jawaban. Aku sudah tidak peduli apa yang akan terjadi padaku, toh aku juga tidak akan berjumpa dengan Mala–untuk selamanya."

"Kenapa kau seyakin itu?" tukas Gamma. "Aku akan mendapatkan Mala kembali. Kau pikir Moreano tidak bisa melakukannya?"

Jeff terkekeh. "Kau sudah menceraikannya, Gamma. Kau tidak punya kekuatan apapun untuk bisa mendapatkannya lagi. Kau akan melawan The Bones? Bahkan Papamu saja berusaha untuk menghindari mereka. Yang aku tahu saat ini adalah, tak ada yang bisa membuatku bertahan hidup–bila Mala tidak bisa kujumpai lagi, selamanya. Bersama The Bones, dia akan menjadi ..."

Gamma mengguncang jeruji besi di hadapannya. "Katakan, apa yang harus kulakukan untuk menemukan Mala!"

Jeff mengernyit kening. "Untuk apa? Kau sudah menceraikannya, bahkan mengusirnya."

Gamma menelan ludah. Itu hanya emosi sesaat yang kemudian disesalinya. Dia sungguh mencintai wanita yang baru satu bulan dinikahinya itu. Bahkan bekas-bekas sentuhan mereka masih terasa begitu nyata saat dia terjaga dari tidur. Bagaimana mungkin dia bisa mengindahkan bahwa Mala telah diculik oleh The Bones?

"Urusan warisan, bisa aku bereskan. Bila memang kalian menghendaki sebagian warisan Papa, aku akan memberikan."

Jeff terkekeh. "Kau mencintai anakku? Kurasa kau terlambat menyadarinya. Kau tidak tahu siapa The Bones. Sekali mereka memiliki jasadmu, maka mereka juga akan memiliki jiwamu. Kau sekarang paham kan, kenapa aku begitu yakin tidak akan bertemu Mala selamanya."

Jeff melirik Gamma. Dia tahu, mantan menantunya itu dalam kebimbangan. Antara menegakkan harga dirinya sebagai pewaris Moreano atau hati yang sudah terikat dengan Mala. Jeff membiarkan Gamma dalam kebimbangan, dia tidak akan menggiring lelaki itu untuk menemukan Mala, meski dia tahu Mala lebih sakit dan patah hatinya dari Gamma.

Apapun yang terjadi, bila bersama The Bones, maka Mala berada dalam keamanan level tertinggi–melebihi Riverbend. 

Dendam Mantan IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang