5 - Satu-satunya

91 7 0
                                    

"Kau tidak apa-apa?"

Mala menepis tangan Vicky yang menyentuh bahunya. Pengawal pribadi Gamma adalah orang yang akan membela kepentingan Gamma–bukan dirinya. Perhatian dari Vicky sejak lelaki itu membawanya tergesa meninggalkan rumah nenek Gamma hanya sekedar agar Gamma tidak mencelakainya.

"Untung saja koper itu tidak mengenaimu tadi," ucap Vicky sembari memindai wajah Mala. Mata bengkak dan sembab, tanpa make up dan rambut berantakan–tidak membuat Mala kehilangan kecantikannya. Vicky hanya bisa mengaguminya dalam hati. Meski majikannya sudah mengusir dan meneriaki Mala bukan istrinya lagi, dia tetap harus memperlakukan Mala sebagai istri majikannya.

"Aku tidak menginginkan warisan apapun," sergah Mala, beringsut pelan menjauhi Vicky. Vicky mengangguk, lalu mengambil jarak dari Mala. Sopir yang membawa mereka kembali ke rumah Mala, memberi kode kalau sebentar lagi mereka sampai.

"Aku akan menempatkan beberapa pengawal di rumahmu."

"Tidak usah! Kau dengar sendiri apa kata Gamma tadi." Air mata kembali meleleh dari sudut mata Mala. Vicky mengeluarkan sapu tangan dan menghulurkan pada Mala, namun wanita itu memilih menyusut air mata dengan punggung tangannya. "Jangan terlalu baik padaku. Kau pasti akan diusirnya pula."

Vicky menghela napas pendek. "Gamma sedang kalut. Dia tidak bisa berpikir jernih."

"Dia tidak akan melemparku dengan koper. Aku istrinya!" seru Mala akhirnya meledakkan emosinya. "Apa dia lupa kalau dia sendiri yang memintaku menikah? Aku terpaksa berhenti bekerja demi dia. Kini aku tidak punya apa-apa! Dan siapapun yang membunuh Papa Moreano, tidak ada kaitannya dengan ayahku. Ayahku tidak mungkin melukai Papa Moreano!"

Vicky memutar badan, berusaha mencari cara untuk menghibur Mala yang akhirnya meluapkan emosinya. "Semua sedang ditangani kepolisian. Jadi, kita sebaiknya menunggu hasilnya. Aku juga tidak percaya Jeff Hopkins akan setega itu ..."

"Ayah tidak mungkin membunuh Papa Moreano. Mereka sudah bersahabat sejak lama!"

Mala merasa dadanya begitu sesak. Diia hanya bisa memukul-mukul pahanya sendiri dengan marah. Sama sekali tidak menyangka Gamma akan melemparnya dengan koper dan mengusirnya begitu saja seolah dia pengemis yang berniat menggerogoti hartanya.

Sama sekali tidak ada dalam pikirannya, menikah dengan Gamma demi mendapatkan hak waris perusahaan Papa Moreano. Sejak lama ayahnya sebagai seorang Kepala Polisi Nashville, bersahabat baik dengan Lowkey Moreano. Meski rumor yang sempat terdengar beberapa tahun lalu, Moreano menyuap Hopkins untuk melancarkan bisnisnya–tapi Mala tak pernah tahu yang sebenarnya. Baginya dua lelaki itu begitu baik dan sayang padanya. Hingga ketika Gamma yang sudah menyelesaikan pendidikannya pulang ke Nashville dan bertemu dengan Mala–dan keduanya saling terpikat–maka jalan mulus bagi Moreano dan Hopkins untuk semakin mempererat hubungan baik mereka.

"Kau tidak tahu urusan orang tua."

Mala terdiam. Dia memang tidak banyak tahu selain kedua orang lelaki dewasa itu sampai mendirikan cafe bersama dan memberinya nama dengan singkatan nama mereka berdua : Jelow. Jeff-Lowkey.

Mala hanya mengetahui foto depan cafe itu saat diresmikan dengan kedua lelaki itu berdiri bersisian dan mengacungkan jempol. Bisa jadi cafe itu tidak pernah ada.

Mobil yang membawa mereka tiba di rumah Mala. Rumah itu tampak gelap, karena lampu-lampu belum dihidupkan. Vicky seperti biasa turun lebih dulu dan kemudian memutar untuk membuka pintu untuk Mala. Namun Mala sudah mendahului turun dari mobil dan berjalan tergesa menuju rumahnya.

Di teras, Vicky berhasil menjajari langkahnya setelah menapaki beberapa anak tangga dengan dua langkah saja.

Mala mengeluarkan kunci dari dalam tasnya, namun Vicky menghulurkan tangan. "Biar aku yang membukanya. Aku harus memastikan kau aman."

Mala mendengus, mengindahkan Vicky. Dia tahu, Vicky pasti mendapat perintah dari Gamma untuk melindunginya–sebagai pengawal. Tapi untuk apa setelah suaminya sendiri bahkan melemparnya dengan koper?

Mala tiba-tiba merasa dia harus menjauh dari Vicky. Lelaki di sebelahnya ini bisa jadi jauh lebih berbahaya dari Gamma. Dia lalu berpikir sejenak untuk menjauhkan diri dari Vicky.

"Bisa kau hidupkan lampu di depan pagar?" pintanya sambil menoleh ke arah pagar dan menunjuk tiang lampu dengan mengangkat dagu. Vicky mengangguk lalu menuruni anak tangga. Mala bergegas membuka pintu dengan anak kunci, dan sebelum Vicky mencapai pagar dia sudah menutup pintu, menguncinya kembali, memasang grendel dan merapatkan tirai.

"Mala!"

Mala tidak menggubris teriakan Vicky di luar sana. Bahkan ketika lelaki itu menggedor pintu, berkeliling rumah dan menggedor setiap jendela. Mala bergegas menutup semua tirai dan memastikan semua jendela terkunci rapat. Bila Vicky memaksa masuk, sudah pasti dia akan melakukan hal yang sama dengan Gamma–menyakitinya, bahkan tanpa dalih apapun.

Mala menuju telepon rumah. Mendial 911. Dia yakin, nomor rumahnya masih tersimpan di Kantor Pusat Kepolisian Nashville sebagai nomor mantan Kepala Polisi. Bahkan meskin ayahnya masih mendekam di sana–operator 911 tidak boleh mengabaikan laporannya.

"Halo, siapapun di sana. Aku Mala Hopkins. Seseorang menerorku, menggedor pintu dan jendela rumahku. Kalian bisa mengeceknya di CCTV."

Mala menutup telepon, lalu masuk ke dalam kamar. Dia akan menumpahkan semua tangis dan histerinya di sana.

***

"Kenapa kau kembali?" Gamma mendengus kesal. Dia masih berada di ruang tamu rumah neneknya–tentu saja dengan kondisi ruangan acak-acakan. Vicky yakin lelaki itu sudah mengamuk dengan melempar semua barang ke segala arah. Mengamuk tidak saja karena dia ternyata tidak mendapat warisan yang seharusnya dimilikinya, tapi juga karena Mala.

"Kenapa kau menyakiti istrimu? Itu tidak akan membuat situasi menjadi lebih baik." Vicky mulai memunguti barang dan menempatkan di tempat sebelumnya. Dia tidak begitu hafal letak barang-barang itu sebelumnya, tapi setidaknya kursi yang menjungkir di sana sini dia tahu di mana harus ditempatkan kembali.

Gamma tepekur, menumpu sikut tangan di kedua lutut–dan menjambak rambutnya sendiri. Sungguh dia tidak ingin menyakiti istrinya–tapi dia tidak bisa membendung kemarahan yang sudah ditahannya sejak mengetahui Jeff Hopkins berada di dalam sel.

"Siapa yang bersama Mala?"

Vicky menoleh ke arah Gamma sekilas. "Kau masih peduli padanya? Syukurlah."

"Pergilah, kau harus mengamankan dia. Setidaknya dari aku–blla aku menemukan bukti yang lebih penting lagi. Bila memang ternyata Hopkins membunuh Papa. Aku tidak ingin Mala terluka."

"Kurasa kau terlambat. Dia menelpon polisi untuk mengusirku. Mungkin dia akan meminta pengawalan pada mantan anak buah bapaknya."

Gamma mendengus. Mengangkat wajah dan memindai Vicky yang sudah membuat ruangan kembali ke layout semula. Tinggal beberapa barang yang pecah masih berserakan.

"Kau orang yang berada di Nashville saat kejadian, jadi harapanku satu-satunya ada padamu untuk membuktikan semuanya."

Vicky mengendik bahu. "Aku sangat paham bagaimana Lowkey Moreano bekerja untuk urusan seperti ini. Apa yang ingin kau buktikan? Bahwa Jeff bersalah atau tidak? Itu semua bisa diatur oleh Papamu–bila dia masih hidup."

Dendam Mantan IstriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang