Chapter 04: Jatuhnya. ⚠

5.8K 334 30
                                    

Kicauan burung dan juga cahaya di pagi hari yang menembus jendela membuat mata Kaiser terbuka perlahan. Pertama kali yang Kaiser lihat setelah membuka matanya adalah langit-langit kamarnya, tentu saja. Kaiser langsung terbangun mengingat apa yang sudah dia lakukan kemarin, ringisan terdengar saat Kaiser merasa sakit dibagian bawahnya terutama pinggang.

Tak ada siapapun, hanya ada dirinya dan tidak ada [Name]. Kaiser mencoba bangun tetapi pinggulnya terasa sakit, tubuhnya yang terlanjang bulat tak membuatnya berhenti untuk mencoba bangkit dari kasur. Dengan berpegangan pada salah satu nakas samping kasur, Kaiser akhirnya berdiri walaupun penuh perjuangan dan rintihan sakit.

"Pelayan! Ness!" Langkah kaki cepat terdengar. Pintu dibuka kasar dan memperlihatkan Ness yang terlihat khawatir menghampiri Kaiser yang telanjang.

"Tuan! Tunggu disini, saya akan mengambilkan baju untuk anda." Ness menekan pundak Kaiser agar kembali duduk di atas kasur, berjalan menuju lemari Kaiser dan mengambilkan baju untuk tuannya pakai. Tak lama pelayan datang sambil membawa teh herbal hangat di tangannya.

"Biar saya saja yang memakaikan baju untuk tuan muda." Seorang pelayan mengambil alih baju dari tangan Ness, laki-laki tersebut hanya menganggukkan kepalanya dan membiarkan pelayan wanita tersebut memasangkan baju untuk Kaiser.

Kaiser memegang kepalanya yang sakit, "dimana [Name]?"

Ness menghelakan nafas lalu berdecak kesal, "dia sudah pergi pagi-pagi sekali, dia memang tidak bertanggung jawab. Tolong berhentikan saja dia sebagai tangan kanan anda!" Kaiser mengerutkan keningnya sakit mendengar ucapan Ness yang penuh dengan rasa kesal.

"Jam berapa sekarang dan hari apa ini?" Tanyanya.

"Jam dua belas siang, hari ini adalah hari rabu," Jawab salah satu pelayan yang memasangkan baju Kaiser. Usai memasangkan baju dengan rapi, pelayan tersebut izin untuk pergi mengurus dapur. Seperginya pelayan Kaiser tiba-tiba menepuk keningnya, "pantas dia pergi pagi-pagi sekali, hari ini ada rapat dengan bagian pemasaran. Sial, aku harus ke sana sekarang."

Kaiser mencoba bangkit dari kasur sambil memegang tangan Ness yang mencobanya untuk bangun, tetapi sialnya pinggulnya masih sakit. Kaiser merintih kesakitan, Ness jadi panik dan kasihan serta bingung.

"Tuan, istirahat saja kalau begitu. Biarkan [Name] yang mengurusnya, dia yang membuat anda seperti ini, 'kan?"

Kaiser menggelengkan kepalanya dan akhirnya berdiri dengan tegak, "hari ini rapat dengan bagian pemasaran dari perusahaan lain dan mungkin atasannya juga hadir, tidak sopan jika aku sebagai pemilik perusahaan tidak menemui mereka. Antarkan saja aku ke sana sekarang." Ness menghelakan nafas dan akhirnya menganggukkan kepalanya, perintah Kaiser adalah mutlak baginya.

Membantu Kaiser berjalan keluar menuju mobil, semuanya melihat cara jalan Kaiser yang sedikit pincang, membuat para pelayan menebak-nebak apa yang dilakukan oleh [Name] sampai-sampai tuan muda di rumah ini pincang dibuatnya. Kaiser akhirnya sampai ke dalam mobil, masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh [Name].

"Tolong bawa aku secepat yang kamu bisa, Alexis." Ness menganggukkan kepalanya dan duduk dibagian kemudi, menyalakan mobil tersebut dan menjalankannya menuju perusahaan milik Kaiser. Sang tuan muda menyenderkan tubuhnya dengan nyaman, menghelakan nafasnya lalu menyibak poninya yang berterbangan karena angin.

Walaupun dia suka bermain dengan gadis, dia tetap bertanggung jawab di perusahaan yang diberikan oleh ayahnya. Kaiser mendapatkan posisi tersebut tidak mudah, makanya dia harus mempertahankan ini semua. Pinggulnya yang sakit tidak akan memutar balik mobil ini kembali ke rumahnya.

Ponsel milik Kaiser berdering, dia melihat kontak nama yang menelpon dirinya. Yang menelponnya adalah Hanna, Kaiser berdecak kesal lalu menghiraukan telepon tersebut. Ness melihat Kaiser yang sepertinya dalam suasana hati yang tidak baik dari kaca spion dalam mobil.

【Fanfiction Blue Lock】 Serendipity⚠ [Kaiser Michael]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang