Feeling

220 33 0
                                    

Sudah larut malam namun Aina masih memandangi se lembaran kertas digenggamannya itu.
"Pendaftarannya akan dimulai besok ya?" Tanyanya sendiri
Ia pun menghela nafas sambil merebahkan badannya ke kasur dan memutuskan untuk tidur.

Keesokan harinya Aina memutuskan untuk mengunjungi perguruan tinggi yang ia pikirkan dari kemarin-kemarin. Untung saja hari ini Aina diizinkan untuk tidak bekerja, jadi ia tidak perlu khawatir terlambat bangun lagi. Syukur Aina karna lingkungan tempat ia bekerja sangat mendukungnya untuk melanjutkan pendidikan, ia mendapat banyak dukungan dari rekan kerja bahkan bosnya juga mendukungnya.

"Hummm apalagi ya?" Gumam Aina sembari menyiapkan barang barang yang ia bawa kedalam tasnya
"Baiklah semoga ini hari keberuntungan ku" ucapnya meyakinkan diri

Aina pun berjalan keluar kamarnya sembari menuruni tangga, ia memutuskan untuk menaiki bus karena tempat tinggalnya lumayan jauh dari kampus yang akan ia kunjungi.

Didalam bus Aina mendengar percakapan sekelompok remaja seusia Aina dengan memakai seragam sekolahnya,
"Kau tau tidak? Festival tahunan sekolah akan segera diadakan" ucap gadis itu antusias
"Benarkah?!? Kalau begitu, Aku akan menampilkan nyanyian ku di festival nanti" jawab gadis yang lainnya dengan semangat
"Wah, pasti akan banyak stand makanan. Itu pasti menyenangkan. Aku tidak sabar"
"Kau ini, didalam kepalamu hanya makanan"
"Hahahahahahha" mereka tertawa bersama

Aina yang duduk di bangku paling belakan melihat langusng tersenyum, ia membayangkan bagaimana kalau Aina menjadi bagian dari mereka, jika saja ia tidak lulus dengan cepat mungkin saja Aina bisa menikmati masa masa indah itu. Namun senyumannya manisnya luntur menjadi kecut, ia lupa bahwa tidak ada yang ingin berteman dengannya, tidak akan ada yang ingin tertawa bersamanya. Entah bagaimana Aina sampai dibenci hanya karena kepintarannya itu. Selama ini siswa siswa yang berbicara padanya hanya ingin nilai yang instan dengan memanfaatkan kepintaran Aina, yang justru membuatnya kurang nyaman. Ditambah lagi sepupunya yang selama ini terus menjelekkan Aina.

Tak lama setelah itu bus yang mereka tumpangi telah sampai, semua penumpang telah turun. Termasuk Aina, ia berdiri cukup lama di depan gerbang perguruan tinggi tersebut, sembari menatap gedung di depannya itu. Ia pun mengambil selebaran kertas yang Ia bawa, kemudian mencocokkan dengan papan informasi didepannya itu.

Aina pun melangkahkan kakinya memasuki lingkungan kampus itu, ia cukup terkesan dengan lingkungan disekelilingnya namun ia merasa bingung sebab tempat ini cukup sepi sedangkan di brosur yang ia baca, hari ini adalah hari pendaftaran. Sesampainya di gedung yang ia tuju, Aina pun masuk menuju meja resepsionis
"Permisi, aku ingin bertanya mengenai pendaftaran kuliah" tanya Aina
"Silahkan, aku busa membantumu nona"
"Aku mendapatkan brosur ini, dan pendaftarannya
Dimulai hari ini, namun sepertinya aku orang terakhir ya?" Tanya Aina ragu
"Tidak, kau tidak terlambat, brosur yang kau dapat itu untuk pendaftar dengan jalur beasiswa, jadi berbeda dengan pendaftaran biasa, kalau kau ingin mendaftar dengan jalur yang lain, silahkan kembali besok lusa" jelas resepsionis
Mendengar itu Aina membulatkan mata tak percaya, ia tak menyangka bahwa petunjuk yang diberikannya itu untuk orang yang membutuhkan beasiswa seperti dirinya,
"Tidak, aku ingin mendaftar dengan beasiswa kebetulan aku membawa berkas berkas untuk keperluan beasiswa ku, kau bisa cek terlebih dahulu" jawab Aina sembari memberikan map dari tasnya
"Baiklah kau bisa duduk untuk menunggu pengecekan nya"
.
.
.
.
Tak lama Aina menunggu,
"Nona jeon ai na" Aina yang mendengar namanya dipanggil, langsung menghampiri sumber suara

"Kau terlalu muda untuk mingikuti beasiswa ini,.." mendengar itu Aina langsung berkecil hati
"Namun, dari nilai-nilai semua pelajaran mu sangat tinggi, jadi kau bisa mengikuti beasiswa berprestasi" lanjut wanita itu
Aina yang awalnya terlihat kecewa, membulatkan mata tak percaya dengan apa yang ia dengar.
"Benarkah? Kalau begitu apa yang harus kulakukan selanjutnya ?" Tanya Aina semangat
"Untuk selanjutnya kau akan mengikuti ujian tes terlebih dahulu, ini selebaran formatnya, silahkan isi lalu bawa format itu saat ujian nanti. Kalau kau lulus di ujian tes, kau bisa mendapatkan beasiswa dari kami, lalu kau bisa memasuki jurusan yang kau minati. Ujiannya akan dimulai besok lusa" jelas wanita itu
Aina pun menerima se lembaran itu, lalu pamit
"Baiklah, terima kasih"
.
.
.
"Wah,, bagaimana bisa paman itu tau kalau aku butuh beasiswa, atau ia memang tidak sengaja memberikan ku brosur itu?" Gumam aina sembari berjalan dengan memandangi brosur ditangannya itu

Aina yang hanya fokus dengan kertas digenggamannya itu tidak memperhatikan jalan yang dilaluinya, ia pun tak sengaja menambrak seorang pria yang tubuhnya jauh lebih besar dari badannya

BUGH
"Aww.... " yap aina terjatuh
"Kau tak apa?" Tanya pria itu mendengar suara ringkih aina
"Ya.. hanya kaget saja" jawab aina
Pria itu mengulurkan tangannya membantu ania bangun dari jatuhnya itu.

"Sepertinya kita pernah bertemu..." ucap pria itu sambil memandangi wajah aina
"Oh... kau penyewa lantai paling atas ya??!" Lanjutnya dengan girang

Aina yang mendengarnya hanya memasang wajah datar, "baiklah, maafkan aku menabrakmu tadi, aku pulang dulu" pamit aina
"Tunggu, kau datang kesini untuk mendaftar kuliah ya?" Kalau begitu kita sama, aku juga datang untuk beasiswa nanti" ucap pria itu dengan semangat

"Ya.. aku sudah selesai, aku pulang dulu" jawab aina singkat

Pria itu memandang aina yang berjalan semakin jauh darinya, ia tersenyum manis, terlihat senang bisa bertemu dengan aina.
.
.
.
.
Sesampainya dirumah Aina langsung merebahkan badannya ke kasur. Menghela nafas sembil memikirkan apa apa saja yang ia lalui hari ini.
"Hah... bagaimana ini, aku tak percaya kalau sebentar lagi akan belajar lagi" ucapnya mengeluh

Ia tidak membenci belajar, justru Aina sangat menyukainya ia merasa belajar adalah aktivitas yang menyenangkan, namun selama ini setiap ia belajar di sekolah, Aina selalu merasa kesepian. Alhasil ia merasa bahwa harinya akan mulai membosankan kembali.

"Kurasa aku akan berterima kasih pada paman itu." Aina memutuskan untuk datang besok pagi ke rumah sakit pak boo bekerja.

dr. Aina || Dr. Romantic side story Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang