Pagi ini Aina berada di depan gedung rumah sakit, sambil memandangi kartu nama di tangannya. Ia berniat mengunjungi pak boo untuk mengucapkan terima kasih, Aina merasa perkataan pak boo beberapa waktu yang lalu memang benar adanya, orang sepertinya cocok dengan kedokteran, entah apa alasannya. Yang jelas Aina merasa tertarik.
Syukurlah hari ini Aina shift malam, tidak perlu khawatir terlambat lagi."Permisi, aku ingin bertemu dengan dokter boo yong joo" tanya Aina pada perawat
"Oh, dokter boo sedang mengoperasi pasien, kau bisa menunggunya kalau mau" jawab perawat
"Baiklah" Aina memutuskan untuk menunggu2 jam
4 jam
"Huhhh, apa dia mengoperasi hingga malam?" Keluh Aina
Akhirnya ia memutuskan untuk menulis surat ucapan terima kasih, dan menitipkannya pada perawat disana.
.
.
.
.
"Aina bagaimana dengan kuliahmu?" Tanya rekan kerjanya, saat mereka sudah beberes didapur
"Aku sudah mendaftar beasiswa, besok tes ujiannya" jawab Aina dengan singkat
"Kalau begitu apa yang kau lalukan sekarang? Bukankah kau harus belajar? Hentikan itu, biar aku dan yang lain membersihkannya, kau pulanglah cepat" ucap rekan kerjanya dengan semangat
"Tenanglah, Aina saja bersikap tenang, padahal dia yang akan ujian besok, hahaha" ucap rekannya yang lain,
"Tidak perlu, aku akan menyelesaikan bagianku" jawab Aina singkat
.
.
.
.
.
Sementara di waktu yang sama namun di tempat yang berbeda, pak boo melangkahkan kakinya menuju ruang kerjanya setelah seharian menangani pasien, namun seorang perawat menyapa dan memberikannya selembar kertas, yang di titipkan Aina tadi
"Dokter boo, maaf aku baru bisa memberikanmu surat ini, ada seorang gadis yang menitipkannya padaku" ucap perawat seraya memberikan selebaran itu ke penerima
"Baiklah terima kasih" jawab pak booTanpa ditanya, ia pasti sudah tau bahwa surat itu pasti dari Aina.
Terima kasih pak boo, berkat brosur yang kau berikan padaku waktu itu aku bisa menemukan jawaban dari semua pertanyaan yang ada di kepalaku.
Kau benar, aku tertarik dengan dunia kedokteran ini, ditambah lagi peristiwa kemarin tidak akan pernah ku lupakan.
Ohiyya... aku ingin menjadi dokter bedah saraf terbaik, seperti dokter kim. Suatu saat nanti kita akan menjadi rekan kerja dan aku pasti akan melampauimu-Jeon Ai Na
Dokter Boo membacanya dengan dengan tersenyum
"Ternyata kau mengikuti jejak bedah saraf kim"
Ia menyimpan surat Aina dengan rapih kedalam lacinya.
.
.
.
Keesokan harinya sudah tiba, tes ujian yang akan dilalui Aina pagi ini tidak membuatnya gugup, bahkan Aina bersikap dengan santai, bahkan saat dibus sekalipun, ia hanya duduk di bangku paling belakang memandangi pemandangan di seberang jendela dengan memakai earphone sambil mendengar lagu, sedangkan orang orang di sekitarnya sibuk mengulang kembali pelajaran-pelajaran, berharap bisa menjawab ujian nanti dengan lancar.Di meja ujian sekali pun Aina dengan wajah datarnya mengerjakan dengan tenang dan lancar, sedangkan orang orang di sekitarnya terlihat pusing beberapa dari mereka memegang kepala dengan wajah lesu. Namun bagi Aina, ujian ini tidak susah sama sekali, sebab pertanyaannya kebanyakan sudah dipelajari ke waktu sekolah dulu, jadi menurutnya ini hanya ujian sekolah biasa.
Seperti biasa, Aina orang pertama yang mengumpulkan kertas hasil ujiannya dan masih dengan wajah dinginnya. Orang orang di ruangan tersebut cukup terkejut, tak menyangkan bahwa gadis itu telah menyelesaikan semua pertanyaan. Termasuk seorang pria yang sedari tadi memperhatikannya, ia memandang Aina dengan kagum.
Tak lama berselang waktu, tes ujian telah selesai dilaksanakan. Para peserta ujian berkumpul sambil menceritakan sesusah apa soal soal yang diberikan tadi, sedangkan Aina hanya duduk dibangku taman dengan earphone di kedua telinganya. Melihat itu, sang pria yang sedari tadi memperhatikan Aina, memberanikan diri untuk menyapa wanita dingin itu.
"Hai, kau masih mengingatku?" Sapa pria itu, namun volume musik yang Aina dengar dengan earphone itu cukup besar, sehingga ia tidak mendengar bahkan tidak menyadari kehadiran sesosok pria didekatnya.Merasa diabaikan, akhirnya pria itu memutuskan untuk duduk di samping Aina, sambil menepuk bahu sang gadis, Aina yang menyadarinya akhirnya menoleh sambil melepaskan salah satu earphone di telinganya.
"Aku?" Tanya Aina memasktikan
"Ya.. kau tidak ingat padaku?" Jawab pria itu sembari tersenyum
"Tidak" jawab Aina dingin, kembali memasang earphone nyaMelihat itu pria itu dengan santainya mengambil salah satu earphone yang ada di telinga Aina , lalu memasangkannya di telinganya. Mereka berdua terlihat seperti sepasang kekasih dengan berbagi earphone.
Aina yang menyadari itu mengerutkan keningnya, ia merasa terganggu dengan kehadiran pria ini.
"Pergilah, berhenti mengganggu ku" usir Aina
"Aku ingin berteman dengan mu" jawab pria itu sambil menyodorkan tangannya, berniat untuk salaman
"Bae Moon Jeong" lanjutnya memperkenalkan namaMelihat itu, bukannya membalas jabat tangan, Aina malah menatapnya dengan sinis, ia memutuskan untuk berpindah tempat, berniat menghindari pria di dekatnya itu.
Namun pria itu justru terus mengikuti Aina melangkah, dengan terpaksa Aina menghentikan lngkahnya, lalu berbalik menghadap pria itu
"Kenapa kau terus mengikutiku?!" Tanya Aina dengan jengkel
"Aku hanya ingin berteman dengan mu, nama ku Bae Moon Jeong, kau Jeon Ai Na kan? Mana mungkin kau melupakan ku?" Jawab pemuda itu
"Ada banyak peristiwa penting yang lebih berguna untuk diingat dibanding dirimu" jawab Aina dengan dingin, sambil berjalan menjauh
Mendengar itu, Bae jutru mengatakan "bahkan kau melupakan saat kau hampir terjatuh ditangga dan aku menolongmu?"
Aina menghentikan langkahnya, kemudian berbalik dengan wajah bingung sambil mengingat apa yang dikatakan pria itu.
Akhirnya ia mengingat bahwa mereka pernah bertemu ditangga saat Aina ingin menaiki lantai paling atas tempat ia tinggal, namun karena kelelahan ia hampir saja jatuh, syukurlah pria itu bisa menahan badannya yang lemas itu."Bagaimana? Kau sudah ingat?" Tanya Bae sambil tersenyum manis melangkah mendekati Aina
"Iya, terima kasih waktu itu" jawab Aina singkat dan dingin
Aina pun kembali melangkahkan kaki, menuju halte berniat untuk pulang
"Tunggu, kau sudah mengingatnya, tapi kau terlihat datar datar saja, aku ingin menjadi teman mu, kuharap kita bisa dekat kedepannya" ujar bae sambil berjalan disamping Aina.
"Terserah" jawab Aina putus asa
.
.
.
.
Jangan lupa vote 🔪😊
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Aina || Dr. Romantic side story
ActionJeon Ai Na merupakan seorang gadis remaja yang dikenal dengan kecerdasannya, mempunyai IQ 187 membuatnya memasuki perguruan tinggi di usia yang cukup belia. Namun kepintarannya membuat orang-orang menjauhinya, namun Aina tidak peduli dengan hal itu...