"Dimana dia sekarang?" Tanya Aina sambil memegang selembar kartu nama ditangannya
Malam ini hujan cukup deras, bahkan tidak ada pelanggan yang berkunjung di cafe saat ini. Alhasil Aina memanfaatkan waktu untuk beristirahat, sudah seseminggu terakhir ini ia berkeja lebih keras, waktu berlalu sangat cepat tanpa disadari sudah mau ujian saja. Aina juga harus pintar-pintar membagi waktu.
Sekarang ia duduk dibangku dekat jendela, menurutnya suara hujan sangat menenangkan pikirannya. Namun saat ini ia terlihat gelisah memikirkan orang yang ada di kartu nama itu. Sudah bertahun tahun sejak terakhir mereka bertemu, sampai sekarang ia tak pernah melihat batang hidungnya lagi.
"Apakah paman itu sudah mati?" Tanya Aina
"Sedang apa kau?" Tanya rekan kerjanya menghampiri Aina
"Huh? Tidak ada" jawab Aina singkat
"Kalau tidak ada kenapa dari tadi kau menghayal bahkan berbicara sendiri? Kau membuatku takut saja" ucap rekan kerjanya mengambil tempat duduk dihadapan Aina
"Aku hanya mencari seseorang, beberapa tahun lalu dia selalu kesini"
"Benarkah? Kau sangat pintar ya sampai-sampai bisa menghafal pelanggan kita"
"Bukan itu maksudku, ia yang memberikan ku kartu namanya, lalu membuatku tertarik dengan dunia kedokteran, aku tidak sempat berterima kasih secara langsung padanya. Sampai sekarang aku tidak menemukannya" jelas Aina
"Hmmm aku mengerti perasaan mu. Tapi kau tidak perlu cemas, kau harus belajar dengan giat agar bisa menjadi dokter yang kau impikan. Dia pasti akan bangga padamu" ucap rekan kerja menyemangati Aina
"Hmm, terima kasih" ucap Aina
"Tentu,.. kalau begitu ayo kita siap-siap pulang"Mereka pun segera membereskan ruangan dan peralatan-peralatan dapur. Tidak membutuhkan waktu lama untuk memeberkannya, sebab untuk hari ini pelanggan mereka cukup sedirit di karena kan cuaca.
"Kau yakin menunggu bus sendiri?" Tanya rekan kerjanya saat melihat Aina di halte
"Yakin, kau duluan saja" jawab Aina
"Benarkah? Maaf ya, aku tidak bisa mengantar mu, anakku rewel dirumah. Aku tidak tega meninggalkan mu"
"Tidak masalah, anakmu sangat merindukanmu, segeralah pulang"
"Baiklah, hati hati ! Kalau ada apa-apa segera telpon aku ya"
"Iya"Sudah sat jam ia menunggu, namun bus belum datang juga. Aina yang sudah kedinginan itu mulai merasa gelisah. Di tambah lagi hujan yang belum mereda.
"Apa aku telpon Moon Jeong saja?"
Aina memutuskan untuk minta tolong pada teman satu satunya itu.Tin....
Tin....
Tin....Sementara itu di waktu yang sama, pria yang bernama Bae Moon Jeong masih sibuk bercerita dengan teman-temannya saat ini sambil makan daging panggang yang ada dihadapannya. Teman teman Bae moon mengajaknya untuk merayakan ekstrakurikuler mereka yang baru saja terbentuk, awalnya Bae moon menolak. Namun teman temannya memaksa untuk ikut dalam perayaan tersebut.
Kini ia sudah hanyut dalam suasana ditambah lagi cuaca diluar sedang hujan deras, sampai sampai tidak mendengar suara dering teleponnya yang sudah berkali kali berbunyi.
Nomor yang anda hubungi sedang sibuk, mohon hubungi kemba- TIT
"Huhh,,, dia sibuk atau sudah tidur sih?" Tanya aina sambil mematikan telepon
"Kalau begini aku bisa sampai pagi" omel aina sendiriAkhirnya aina memutuskan untuk menerobos hujan yang deras itu, sambil berlari menuju apartemennya.
.
.
.
.
.
"Huuhhhh, ini sudah larut malam, bagaimana kalau kita pulang saja? Besok kan ada ujian" ucap salah satu teman Bae moon"Kau benar, aku pulang duluan yah"ucap Bae moon sambil melihat jam tangannya, menyadari bahwa sudah larut malam
Dengan hati-hati ia mengendarai mobilnya sebab hujan semakin deras, membuat penglihatannya cukup terganggu, sesampainya diapartemen dan memarkirkan mobilnya, Bae moon tak sengaja bertemu dengan aina yang basah kuyup dan napas yang tak teratur
"Hei kau tidak apa-apa? Kenapa kau basah? Kau menerobos hujan ya?" Tanya Bae moon kaget
Aina yang ditanya tidak langsung menjawabnya, dan masih mengatur napasnya yang memburu, ia berlari kencang dengan jarak yang lumayan jauh, ditambah dengan hujan deras membuatnya sangat lelah.
"Busnya tidak ada" jawab aina singkat
"Kalau begitu, kenapa kau tidak menelpon ku? Aku bisa menjemputmu, kalau begini kau pasti akan sakit" omel Bae moonMendengar omelan Bae moon, Aina melotot pada pria disampingnya itu merasa tidak terima,
"Kalau begitu cek hp mu" ucap aina dingin, sambil berjalan menuju tangga meninggalkan pria itu.
Bae moon yang tidak mengerti dengan jawaban yang dilontarkan aina, akhirnya mengambil ponsel genggamnya,
Matanya membulat tak percaya, lalu mengalihkan pandangannya menuju sang gadis yang sudah menaiki tangga. Ia kembali menatap layar ponselnya dengan wajah menyesal.
15 panggilan tak terjawab dari Aina❄️
"Matilah aku" ucapnya sambil menatap lurus layar ponsel.
.
.
.
.
Keesokan harinya Aina terbangun dengan kepala terasa berat, semalam adalah hari yang sangat melelahkan bahkan sangat menyiksa."Huuuuuhmmm, bagaimana ini? Ujian hari ini sangat sangat penting. Aku harus lulus aku tidak ingin mengulang" keluh aina sambil memijit kepalanya yang terasa berat
Aina yang tetap memutuskan untuk datang ke kampus terlihat lebih pucat dari biasanya. Jalannya yang terlihat lemas, membuat orang orang melihatnya dengan heran.
Dia lebih terlihat seperti mayat hidup
Itulah yang diucapkan orang orang saat melihat aina"Hei kau tidak apa-apa, kau terlihat sangat pucat" sapa Bae Moon saat melihat Aina dari lorong kampus
Gadis uang ditanya tidak menjawab dan tetap melangkahkan kakinya menuju ruang ujian. Sedangkan Bae Moon yang diabaikan itu justru semakin merasa bersalah. Seharusnya ia menjemput Aina namun karna terlalu terbawa suasana hingga lupa waktu, Aina jadi sakit.
"Aina, maafkan aku, aku tau kau sangat kesusahan semalam, maafkan aku tidak menyadari telponmu" ucap Bae Moon sambil menyusul Aina
Namun tidak ada sahutan ataupun jawaban dari sang gadis, bahkan sampai ujian selesai tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutnya, Bae Moon yang masih setia disamping Aina merasa khawatir.
"Kau boleh memarahiku, tapi jangan mendiami ku" Bae Moon membuka percakapan sambil menahan lengan Aina
"Tidak perlu" jawab Aina dengan suara lemasnya. Berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Bae Moon
Merasakan suhu tubuh Aina ditambah lagi suaranya yang parau, Bae Moon dengan sigap meletakkan punggung tangannya ke dahi Aina.Ia membulatkan matanya tak percaya bagaimana bisa gadis ini bisa berjalan di suhu tubuh yang sangat panas,
"KAU DEMAM AINA" kaget Bae Moon setelah merasakan suhu tubuh gadis didepannya
"Ayo kerumah sakit" ucapnya seraya menarik Aina
"Tidak perlu, aku hanya butuh tidur beberapa jam lalu mandi. Setelah itu aku bisa ke Ca-" belum selesai ia membalas Bae Moon, aina sudah pingsan tak bisa menahan rasa berat dikepalanya.
Melihat aina yang sudah kehilangan kesadarannya, dengan sigap langsung menarik aina kepelukannya lalu menggendongnya menuju mobil.
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Aina || Dr. Romantic side story
AcciónJeon Ai Na merupakan seorang gadis remaja yang dikenal dengan kecerdasannya, mempunyai IQ 187 membuatnya memasuki perguruan tinggi di usia yang cukup belia. Namun kepintarannya membuat orang-orang menjauhinya, namun Aina tidak peduli dengan hal itu...