"Minggu depan kita akan praktek bersama cadaver" ucapan dosen tersebut membuat semua mahasiswa di ruangan kaget, dan mulai membicarakan terkait cadaver-cadaver yang mereka ketahui, hal itu membuat suasana kelas menjadi ribut, namun tidak dengan Aina, ia tidak tertarik berbicara apapun diluar konsep pembelajaran, jadi dia hanya diam memikirkan apa yang akan terjadi di minggu depan.
Tak... tak.... Tak.....
Suara ketukan tangan yang bersentuhan dengan meja mengalihkan atensi seluruh ruangan ke sumber suara.
"Kalian harus menyiapkan fisik yang kuat, dan juga persiapkan mental kalian, nilai kalian tergantung dengan kondisi kalian minggu depan nanti, mengerti?" Tanya dosen terebut
"Ya, kami mengerti" jawab mereka semua
.
.
.
.
Kelas hari ini telah berakhir, Aina yang beruntung masih memiliki beberapa jam untuk melanjutkan paruh waktunya, ia memutuskan untuk makan siang di kantin."Apa kau takut dengan cadaver?" Tanya Bae Moon entah dari mana, mengagetkan Aina
"HAH, kau mengagetkan ku" jawab Aina kaget
"Hahaha... maafkan aku" ucap Bae Moon sambil mengambil tembpat duduk dihadapan Aina
"Aku tidak takut pada siapa pun" lanjut Aina sambil menyuap makanan ke mulutnya
"Benarkah? Humm apa yang kau pikirkan agar tidak takut?" Tanya Bae Moon penasaran
Aina yang mendengar pertanyaan Bae Moon mengerutkan keningnya
"Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau takut ya?" Tanya Aina curiga
"Siapa bilang? Justru aku mengkhawatirkan mu nanti, jangan sampai kau pingsan ditengah-tengah kelas nanti. Akan sangat merepotkan" jawab Bae Moon terlihat panikMendengar jawaban Bae Moon ditambah dengan mimik wajahnya yang menunjukkan bahwa ada keraguan dalam dirinya dengan menutupi rasa takutnya, Aina hanya diam melanjutkan makannnya.
.
.
.
1 minggu kemudian, hari ini adalah hari yang cukup mendebarkan bagi kelas bedah. Bagaimana tidak? Sebentar lagi mereka akan menghadapi cadaver secara langsung, beberapa dari mereka mulai merasa tegang bahkan sudah keringat dingin. Padahal mereka kasih berada di luar ruangan, belum dipersilahkan masuk.Sedangkan Aina? Ia justru sibuk bersandar dibangku paling ujung dengan kedua earphone yang terpasang di kedua telinganya sambil menutup mata.
"Baiklah, ruangan sudah siap, kalian boleh masuk asalkan jangan memegang benda apapun didalam kecuali sudah dipersilahkan, mengerti?" Ucap dosen
Mendengar hal itu, mereka semua tiba-tiba diam dan mulai menegang, belum masuk saja hawanya sudah kurang enak. Mungkin begitu anggapan mereka saat dosen mempersilahkan mereka memasuki ruangan. Dan Aina mempersilahkan teman temannya untuk masuk duluan, ia memilih paking terakhir karena tidak ingin berdesak desakan.
Setelah semua mahasiswa kelas bedah sudah memasuki ruangan, bahkan sudah berdiri di tempatnya masing masing bersama kelompoknya yang sudah dibagikan, beberapa dari mereka sudah banyak yang tidak nyaman dengan aroma yang cukup menyengat dari cadaver-cadaver yang terbaring dihadapan mereka.
Belum juga mulai, beberapa dari mereka memutuskan untuk keluar ruangan, merasa tak sanggup berlama lama diruangan ini. Aina yang melihat hal itu hanya bisa menghela nafas. Bukannya Aina tidak merasakannya, namun aina sudah mengetahui bahwa hal ini akan terjadi kalau sudah satu ruangan dengan cadaver. Aina menahan semua itu, karena dia sangat menyukai kelas bedah.
"Baiklah, kalian akan memulai latihan pembedahan. Pertama bagi mereka yang menyumbangkan mayat mereka demi pertumbuhan dan pengembangan dibidang medis, kami akan menunjukkan rasa hormat" ucap dosen memulai pembelajaran
Semua mahasiswa menundukkan kepala memberi penghormatan pada cadaver yang ada dihadapan mereka. Aina yang masih menunduk sambil mengucapkan terima kasih didalam hatinya, melihat tangan Bae Moon yang cukup gemetar.
"Kau baik-baik saja kan?" Tanya Aina ragu
"Huh? Tentu saja" jawab Bae Moon gugup"Selesai"
Semuanya kembali menegakkan kepala,
KAMU SEDANG MEMBACA
dr. Aina || Dr. Romantic side story
AcciónJeon Ai Na merupakan seorang gadis remaja yang dikenal dengan kecerdasannya, mempunyai IQ 187 membuatnya memasuki perguruan tinggi di usia yang cukup belia. Namun kepintarannya membuat orang-orang menjauhinya, namun Aina tidak peduli dengan hal itu...