Sepulang dari kpop store, Anna mengeluarkan beberapa barang yang dia beli. Gadis itu menbentangkan salah satu poster yang dia beli dan mencari titik yang cocok untuk poster miliknya ditempel. Mata gadis itu tertuju pada dinding meja belajarnya dan menempelkan poster miliknya disana.
"Ahh disini bagus !" Lirih Anna antusias.
"Gilaaaa, emang boleh ya Bangchan secakep ini ! Gabisaaaaa, gue harus beli poster Bangchan pokoknya."
Ditengah kehebohan Anna pada pernak-pernik kpop miliknya, sepasang mata berwarna biru tengah mengawasi gadis itu dengan bibir tersenyum gemas. Bagaimana tidak, melihat Anna yang sangat heboh melihat satu-persatu barang-barang kpopnya dan tak tanggung-tanggung memuji setiap wajah para member stray kidz dengan antusias membuat sosok yang tengah mengawasinya itu benar-benar heran dan sedikit merasa miris.
"Beruntung sekali hidup dijaman sekarang, orang tampan sangat dikagumi," Cetus sosok yang tengah mengawasi Anna.
Dia sosok laki-laki remaja berdarah Belanda. Laki-laki itu memiliki paras yang sangat rupawan. Bermata biru dengan gaya rambut ala remaja Belanda pada tahun 90–an serta berperawakan tinggi dan putih. Meski begitu, dia tetaplah sosok tak kasat mata yang tidak nyata. Wajahnya pucat dengan luka dibagian kaki kanannya. Matanya terlihat sendu dengan raut wajah penuh trauma.
Anna sedikit terkejut dengan kehadiran sosok disebelahnya. Tapi gadis itu mencoba tenang dan tetap diam melanjutkan aktivitasnya menghias dinding meja belajar dengan pernak-pernik yang dia beli. Setelah selesai gadis itu berniat mandi dan beristirahat karena hari sudah mulai petang. Selesai mandi, Anna duduk di kasurnya sambil mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk.
Gadis itu mencuri-curi pandang pada sosok hantu tampan yang tengah duduk di atas lemari sambil menunduk dengan raut wajah sedih. Sebenarnya Anna sangat penasaran dan ingin berkomunikasi dengannya. Tapi jika dia nekad maka pocong di balkon dan mba kunti di dekat pintu kamar mandinya akan tau kalau dirinya bisa melihat mereka.
"Ngerjain tugas aja kali ya," Cetus Anna beranjak ke meja belajarnya.
Anna mencoba fokus mengerjakan soal matematika walaupun pikirannya masih penasaran dengan sosok hantu tampan itu. Anna berhasil mengerjakan tugasnya dan beberapa kali mengecek kembali di beberapa nomor yang dia rasa ragu dengan jawabannya.
"Nomor tiga itu salah hasilnya" Bisik sosok hantu tampan itu ikut mengoteksi jawaban Anna.
Anna terdiam kaku. Dia mencoba membuat ulang soal nomor tiga dan ternyata benar saja yang di katakan sosok hantu tampan itu. Entah sejak kapan sosok itu berada di belakang Anna. Membuat gadis itu sedikit merinding. Anna mulai berpikir bahwa sosok hantu tampan ini baik dan tidak menganggu. Membuat dia bertekad menyapa sosok itu.
"Lo siapa ?" Lirih Anna samar-samar.
Sosok itu sontak menoleh ke arah Anna dan menatap gadis itu. Dia penasaran apakah gadis di depannya ini benar bisa melihatnya. Tiba-tiba mba kunti yang ada di dekat pintu kamar mandi Anna terkejut dan langsung memutar tubuhnya mengahadap tembok sambil menunduk menunduk.
"Lo ? Itu bahasa apa ?" Tanya sosok hantu tampan itu polos.
"Aku memang bisa berbahasa Indonesia, tapi aku tidak pernah mendengar kata " Lo" selama hidup," Imbuhnya.
Anna menghelas nafas dan beranjak dari kursinya menghampiri sosok itu.
"Kamu hidup di era berapa ?" Tanya Anna lembut sambil manatap sosok di depannya.
Rasa penasaran Anna teralihkan kala menatap wajah sosok hantu tampan itu dari dekat. Sosok didepannya itu memang sangat tampan meski dengan kondisi wajah pucat. Mata itu....
-
TBC
cerita ini di angkat dari kisah nyata
“Anna Tasyia“
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE
HorrorBukan cerita horor ! Ini tentang Anna Tasyia yang dipertemukan dengan sosok fatamorgana bernama Lucanne lewat mata batin nya. Tanpa disadari benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya. Mungkinkah mereka untuk bersama ataukah harus saling melepaskan...