13

1.4K 57 9
                                    

Seminggu berlalu, Lucanne masih belum menampakkan dirinya pada Anna. Entah kemana laki-laki itu. Bahkan Pakcong dan Misky hanya diam di tempat tanpa bicara apapun. Anna tidak ambil pusing dan fokus pada ujian kenaikan kelasnya.

Sampai saat ujian itu datang, Lucanne kembali. Dia datang dengan wajah tersenyum dan membuat Anna terdiam sejenak. Wajah itu, gadis itu sangat merindukan wajah itu. Sudah hampir sebulan Anna tidak melihat si tuan hantunya.

"Lucanne" Lirih Anna menatap sosok di depannya itu.

Lucanne tersenyum.

"Semangat ya ujiannya biar dapat nilai bagus !"

"Kamu masih marah?"

"Aku tidak marah Anna, aku menghilang hanya agar kamu fokus pada belajarmu"

"Aku tahu jika aku terus bersamamu, kamu hanya akan bercerita tentang banyak hal"

Senyaman itu sosok Lucanne bagi Anna. Dia bisa menghabiskan banyak waktu hanya untuk bercerita, tentang apapun. Gadis itu tersenyum lega mendengar perkataan Lucanne. Dia berpamitan pada Lucanne, Misky dan Pakcong. Mereka bertiga melampaikan tangan pada Anna. Gadis itu membalas lambaian mereka dengan perasaan bahagia.

Di kelas, Anna bertemu dengan karin. Dia menghampiri teman sebangkunya itu. Karin yang tersenyum sambil heran melihat wajah Anna yang berseri-seri pagi ini menyenggol lengan gadis itu.

"Lo kenapa Na ?" Tanya Karin dengan tatapan menggoda.

"Maksudnya ? Perasaan gue biasa aja"

"Biasa apanya, lo sumringah banget tau nggak" Jelas Karin membuat Anna salah tingkah.

"Lo kasmaran ?" Tanya Karin curiga.

"Ngawur !" Elak Anna singkat.

"Ngaku nggak ! Oouhh, atau jangan-jangan karena Daren"

Belum selesai menghujani Anna dengan banyak pertanyaan, bel sekolah berbunyi. Anna menghela nafas lega bisa terbebas dari pertanyaan Karin.

Hari-hari berlalu dengan penuh kesibukan. Anna benar-benar sibuk dan berusaha keras belajar. Hubungannya dengan Lucanne juga kembali membaik. Namun, Lucanne tak lagi sering muncul dihadapannya. Bukan tanpa alasan, laki-laki itu hanya tidak mau menganggu kegiatan belajar gadisnya. Dia bahkan meminta agar Pakcong dan Misky juga tidak usil pada gadis itu.

Sesekali Lucanne muncul untuk mengingatkan Anna untuk makan, sholat atau hanya sekedar beristirahat dan tidak tidur terlalu larut. Lucanne benar-benar berhati-hati dan berusahan semaksimal mungkin agar tidak sampai menganggu.

Setelah Anna terlelap, Lucanne, Pakcong dan Misky berkumpul di balkon kamar. Hanya sekedar berbincang karena mereka juga jarang berinteraksi satu sama lain.

"Ngga nyangka ya udah setahun aja kenal" Kata Misky menatap langit.

"Dramatis kali kau ini" Sahut Pakcong sinis.

Misky menghela nafas kasar dan menatap Pakcong dengan sinis.

"Ngancurin vibes melow malam hari aja si tua"

"Vibes ? Itu nama penyakit kan"

"Tipes anjir, udah tua mana ngerti bahasa gaul" Kata Misky sinis.

"Iya iya si paling anak jaksel"

"Kalian kenapa selalu berantem ? Nanti jodoh mau ?"

"Ogah !" Jawab Misky dan Pakcong kompak.

Lucanne terkekeh melihat keduanya. Meski usia mereka terpaut sangat jauh tapi nyatanya mereka behenti diusia itu. Mungkin tahun ke tahun akan berganti, tapi usia tidak akan berubah.

"Mana mau gue sama bapak-bapak bangkotan" Kata Misky dengan sadis.

"Aku mati usia 45, mana ada bangkotan"

"Lo sama gue aja selisih 10 tahun"

"Ngga masalah kalo spek suggar daddy, lah ini ? Udah kurus, botak lagi"

"Sekate-kate banget mulutnya" Sahut Pakcong kesal.

"Sudah-sudah, jangan ribut-ribut terus" Lucanne berusaha melerai keduanya.

LUCANNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang