"Gue rasa si Daren suka sama lo, Na" Bisik Karin sambil menatap Daren yang tengah makan di meja depan.
"A–Apasih Rin, gue sama Daren itu temenan dari kecil" Elak Anna gugup.
"Cih, naif banget lo"
"Coba lo pikir, Daren itu ganteng, tinggi, baik, ngga sombong, humble lagi"
"Banyak cewek yang caper ke dia, tapi ngga pernah dia respon"
"Ya mungkin belum ada tipenya Daren" Jawab Anna singkat.
Karin menghela nafasnya kasar. Dia mencoba mengode sahabatnya itu. Tapi, sepertinya Anna sama sekali tidak peka dengan apa yang ingin Karin sampaikan. Karena kesal Karin akhirnya melanjutkan makan siangnya.
Disaat Karin dan Anna sedang fokus melahap makanannya, tiba-tiba Daren datang menghampiri mereka. Laki-laki itu meletakkan dua box masker dan satu box vitamin C. Sontak Karin dan Anna mendongakan kepala dengan kompak. Daren terkekeh menanggapi ekspresi konyol dua gadis di depannya itu.
"Stock masker sama vitamin buat lo"
"Covid lagi marak-maraknya, jaga kesehatan"
Daren pergi setelah menyampaikan tujuannya.
"Cieeee, dapet perhatian dari bestie rasa ayang" Ledek Karin menyenggol-nyenggol lengan Anna.
Anna memutuskan menyelesaikan makan siangnya. Dia berdiri mengambil masker dan vitamin pemberian Daren. Satu box dia berikan pada Karin sebelum akhirnya dia pergi menuju kelas meninggalkan temannya itu.
Sepulang sekolah dia bertemu Daren di gerbang. Laki-laki itu hanya diam menatap gedung sekolahnya dengan ekspresi yang Anna tidak mengerti. Gadis itu menghampiri sahabatnya karena penasaran.
"Hayoloh ! Ngapain si berdiri di gerbang ?"
"Mau gantiin Pak satpam ?" Ledek Anna beecanda.
"Engga Na, cuma lagi liatin sekolah aja"
"Dih aneh"
"Awas aja lo kangen sama gue" Kata Daren melirik gadis di sampingnya.
"Lo ada waktu ngga weekend ini ?"
"Kenapa ?"
"Nyokap pengen ketemu katanya" Jelas Daren.
Anna mengangguk menyetujui. Sudah lama dia tidak bertemu orangtua Daren. Mungkin ini kesempatan bagus untuk Anna untuk berterimakasih juga.
Anna tersenyum tipis ketika sampai di lorong kamar rusun miliknya. Sosok yang dia kenal tengah berdiri di depan pintu sambil menatapnya. Itu Lucanne, gadis itu berlari menghampiri hantu tampannya.
Lucanne tidak pernah bosan menunggu kepulangan Anna. Dia dengan tulus selalu menyambut kedatangan gadis itu. Setelah mandi dan mengganti pakaiannya, Anna berniat menyiapkan makan malam. Dibantu Lucanne, mereka memasak bersama sambil bercanda.
"Kalo masak tumis dikasih air dikit biar sayurnya layu" Sahut Misky tiba-tiba.
"Memang kamu tahu masakan yang kami buat?" Tanya Lucanne.
"Gue sering masak-masakan bareng ayang gue dulu, secara gue pinter masak" Jelas Misky menyombongkan diri.
"Ayang ?"
Anna terkekeh menatap Lucanne.
"Ayang itu sebutan untuk sepasang kekasih"
"Itu bahasa gaul jaman sekarang"
Lucanne mengangguk, menatap Misky dan memberi dua jempol.
"Capek juga liat mereka berduaan, bisa-bisa gue gamon sama mantan"
Dalam sekejap Misky menghilang. Lucanne dan Anna melanjutkan acara masak-memasak mereka. Sesekali bercanda sambil bercerita kesehariannya gadis itu di sekolah. Meski Lucanne tidak bisa makan atau minum, dia selalu menemani Anna saat makan. Lucanne selalu bertanya tentang bagai mana rasa masakan yang bernama tumis, sup atau makanan apapun yang belum dia lihat.
-
TBC
cerita ini terinspirasi dari kisah nyata "Anna Tasya" dengan beberapa perubahan dalam ceritanya.
"RHEA"
KAMU SEDANG MEMBACA
LUCANNE
HorrorBukan cerita horor ! Ini tentang Anna Tasyia yang dipertemukan dengan sosok fatamorgana bernama Lucanne lewat mata batin nya. Tanpa disadari benih-benih cinta tumbuh di antara keduanya. Mungkinkah mereka untuk bersama ataukah harus saling melepaskan...