07

4.2K 166 4
                                    

Sepasang mata itu bertemu. Menimbulkam keheningan sesaat diantara keduanya. Anna benar-benar terlena dengan mata sosok didepannya itu. Bagaimana bisa ? Wajah ini terlalu indah dan nyaris sempurna ! Bahkan wajahnya terlihat begitu menawan meski dalam keadaan pucat tanpa raga yang nyata.

"Lucanne" Bisik sosok itu memecah keheningan.

Anna sedikit salah tingkah dan mencoba tetap tenang. Mereka saling memperkenalkan diri masing-masing untuk awal pertemuan mereka. Tidak sampai disitu, mereka juga banyak bertukar cerita sampai tak sadar jam sudah menunjukkan angka dua tengah malam.

"Jadi... Kamu beneran pernah hidup ? Maksudku, kamu bukan hantu lalu menyerupai wajah manusia kan" Tanya Anna penasaran.

"Aku benar memang pernah hidup dengan wajah ini, Anna. Kamu tahu, ayahku adalah salah satu tokoh ternama pada masa itu" Jelas Lucanne.

"Terus kenapa kamu bisa mati diusia remaja ?"

"Semua berjalan baik, aku menjalani kehidupanku seperti biasa sampai dimana Jepang masuk ke Indonesia dan melawan membantai kami untuk merebut Indonesia dibawah kekuasaan mereka." Lucanne terdiam sejenak.

Seakan memori kematiannya kembali terlintas dibenaknya. Raut wajah Lucanne berubah menjadi sendu mengingat hari dimana dia disiksa dan dibantai tanpa belas kasihan. Bahkan dadanya masih merasakan sesak saat mengingat bagaimana air laut masuk kedalam tubuhnya dan menyumbat saluran pernapasan laki-laki itu.

flasback Lucanne tragedi >>>>

DOR

Suara tembakan itu terdengar nyaring. Tak lama kemudian suara dobrakan pintu terdengar jelas disusul dengan suara beberapa pasang kaki memasuki rumah Lucanne.

Laki-laki itu berlari menuju ruang tengah. Betapa terkejutnya Lucanne menyaksikan ibunya disiksa dan dibunuh di depan matanya. Rintihan sang ibu terdengar menyakitkan dan membuat hati sang anak tersayat.

"Moeder ! stop, martel haar niet. (Ibu ! Berhenti, jangan menyiksanya)." Teriak Lucanne menuruni tangga untuk menyusul ibunya.

Lucanne memeluk ibunya yang sudah sekarat. Tak lama kemudian Ibunya berhenti bernafas. Dia begitu terpukul atas kematian sang Ibu. Tak sampai disitu, laki-laki itu diseret paksa oleh para tentara Jepang dan dibawa pergi. Dia mengikuti langkah kaki para tentara dengan pikiran kosong. Ingatannya masih tertuju untuk Ibunya. Bagaimana nasib mayat sang Ibu ? Bahkan dia tidak sadar bahwa saat ini dia berada diatas kapal besar dengan beberapa tawanan seusianya.

DOR

Lucanne terduduk bersama para tawanan lainnya. Mereka menunduk sambil ketakutan. Entah apa yang akan terjadi pada mereka. Pikiran mereka kosong dengan hati yang pasrah. Tidak ada jarak antara mereka dengan maut. Lucanne bahkan sudah sangat pasrah bila hari ini memang adalah hari kematianya. Mengingat sang ibu yang sudah tiada, laki-laki itu tidak punya alasan untuk hidup. Bahkan sang Ayah entah kemana, Lucanne benar-benar sudah pasrah atas hidupnya.

Beberapa saat kemudian para tawanan di seret. Mereka disiksa ! Dipukul, ditendang, dihajar dan dibantai habis-habisan tak terkecuali Lucanne. Bahkan kaki kanannya dirantai dengan alat pemberat dan diseret kepinggir kapal. Matanya menatap kebawah dengan ngeri. Dia tahu bahwa posisi kapal ada ditengah laut dengan kedalam yang cukup dalam. Dari arah belakang seseorang menendang punggungnya sampai dia terjatuh.

Lucanne berusaha berenang keatas, tapi alat pemberat dikakinya terus menyeret tubuhnya kebawah. Membuat laki-laki itu kehabisan nafas dan saluran pernapasannya juga terpenuhi oleh air laut.

Mata Lucanne menatap keatas, langit terlihat begitu cerah untuk menyaksikan kematian tragisnya. Lucanne menutup matanya, untuk selamanya...

Dan laut memeluk raganya sebagai tempat peristirahatan terakhir.

-
TBC
cerita ini di angkat dari kisah nyata
“Anna Tasyia

LUCANNETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang