4.HARGA DIRI, HARGA MATI!

21 5 1
                                        

"Merelakan identitas demi harga diri

itu penting"



     Tia, liza, dan ara sudah terduduk dalam sebuah mobil tanpa plat nomor. Dari keadaan mobil tersebut bisa dilihat bahwa mobil tersebut masih baru tanpa goresan apapun. "Aku tidak takut kita akan berakhir seperti ini" ucap tia  yang terduduk dengan pasrah dan tangan yang sudah terikat oleh tali.

   "Huh, ini semua karena kita terlalu bodoh dan lugu" sahut liza dengan mulut yang sedikit ia buka, karena kesulitan berbicara akibat goresan dipipinya. Ara memejamkan matanya seolah sudah sangat pasrah dengan keadaan, gadis itu berusaha untuk tenang ditengah-tengah  momen antara hidup dan mati.

     "DUBRUK!!!"

 Suara bantingan pintu mobil yang dibuka asal oleh moana. "Gue kasih waktu lima menit untuk lo pada minta maaf sama kami. Kalau lo pada masih gak mau minta maaf, mobil ini bakalan gue bakar, dan lo pada bakalan dead" ucap moana.

    Moana kembali menutup pintu mobil, membiarkan para gadis itu berfikir. Sementara tiga gadis itu hanya terdiam selama lima menit, tidak ada yang berani bicara atau membuka topik, bagi mereka harga diri lebih penting dari apapun,  pola pikir mereka yang tidak mau kalah dari para pembuli yang membuat mereka bertahan sampai sekarang. 

   Moana kembali membuka pintu. "Oky, waktu habis, berarti lo pada lebih milih mati" ucap moana dan kembali menutup pintu mobil dengan suara bantingan yang membuat tiga gadis itu terkejut. 

"Aaa, nenek, gimana nih?, ayo kita minta maaf" liza mulai ketakutan sambil merengek seperti biasanya, dan pastinya sasaran utamanya adalah neneknya "tia". Tia sangat stres memang menghadapi temannya yang satu ini.  Liza sudah beberapa kali mencoba menyenggol paha tia, sedangkan tia,  dari tadi  tenang sambil menyenderkan tubuhnya. "Kalian berdua kenapa sih, mau mati ya?, bisa-bisanya kalian tetap tenang ditengah ambang kematian"" sambung liza.

    "Harga diri, harga mati, lebih baik mati daripada tidak mempunyai  harga diri" sahut tia yang daritadi masih memejamkan matanya.

"Tidak apa-apa jika kita mati sekarang, yang penting kita mati bersama" jawaban ara membuat liza semakin panik. 

  Memang gadis yang satu ini lebih mudah panikan daripada tia dan ara, bahkan pernah ada satu momen dimana liza  sampai sakit selama dua minggu karena panikan nilai matematikanya  turun satu angka, mau heran tapi ini liza_ si paling manja, gadis yang memiliki watak otak remaja yang lebih sering mencerna sel panikan, dan sel emosi dalam otaknya.

    "Kalian udah gila?" bentak liza, kini ia tidak memperdulikan sobekan dipipinya.

"Shuttt, udah diam, sebentar lagi perjalanan ke alam baka akan dimulai" celetuk ara.

"Apa salahku tuhan, sehingga kau memberiku dua sahabat ginian model. Hiks" cicit liza sambil menangis kesal. "Padahal aku belum sempat pergi ke konser  blackpink, malah keburu mati duluan" sambung liza lagi sambil menangis.

"Aku juga belum ke fans metttingnya sehun, tapi malah keburu mati duluan juga" celetuk tia.

"Aku juga belum pernah ke turki, padahal aku kepingin banget makan kebab turki bareng kalian berdua" sambung ara.

    Mendengar jawaban tia dan ara, akhirnya liza pasrah dan mengikuti perjalanan ke alam baka bersama dua sahabatnya, sepertinya definisi hidup dan mati bersama sangat dihayati oleh cicrle ini.

   Geng moana membakar mobil tersebut. "Yok cus kita cabut, bahaya kalau ada yang liat" ajak ramawi sembari berjalan ke arah mobilnya satu lagi. Moana, nana, dan vira tertawa puas melihat musuh mereka hancur tepat dihadapan mata mereka.

****

   Tepat setelah mobil ramawi pergi, datanglah sosok pria yang memakai blezer hitam panjang, matanya menatap serius mobil yang terbakar dihadapannya. "Cepat selamatkan mereka, selesaikan barang buktinya, dan jangan meninggalkan jejak!" perintah pria itu kepada para bodyguardnya.

******

    

WCFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang