1.OVERTHINKING

37 7 0
                                    

"Disaat kamu terbangun hanya untuk

memulai kehidupan yang pahit".


Pencemaran udara yang semakin hari semakin meningkat disebuah kota yang super sibuk. Suasana jalanan yang begitu sesak dipagi hari, membuat nafas siapapun terhenti sesaat.

"hai nenek" liza menyapa tia sambil mengendarai sepedanya. "Hai inun, gimana belajar untuk persiapan simulasi bulan ini?"tia membalas sapaan liza sambil sesekali memalingkan pandangnnya ke depan agar bersepedanya aman.

"Aku sudah siap menyaingimu kali ini, akan kupastikan nilaiku diatas mu kali ini" sombong gadis yang bernama liza itu. Dari cara pembicaraan liza dan tia bisa dilihat bahwa mereka sudah sangat dekat satu sama lain.

"Teruslah berusaha, peringkatmu akan tetap dibawahku, seperti sebelum-sebelumnya, dan peringkat pertama akan tetap menjadi milikku" tia membalas liza dengan kesombongannya yang apik.

"Ok, kita liat nanti" sepertinya liza mau menantang tia.

"Ok, siapa takut".

Ditengah-tengah pembicaraan mereka, sebuah bus melewati tia dan liza yang sedang mengendarai sepeda. "Semangat ya anak-anak ambis!!!, aku duluan" seru seorang gadis lainnya yang menyapa liza dan tia dari jendela bus. Seorang gadis dengan tubuh sedikit gembul, kulit sawo setengah matang, lesung pipi yang menghiasi senyumnya dan rambut yang menyentuh bahunya.

"Ara!!" tia dan liza melambaikan tangan kiri mereka dengan serentak. Tiga gadis ini adalah para murid terbaik disekolah mereka. Tia, ara, dan liza sudah bersahabat sejak lama. Dan perlu diingatkan di circle ini tidak berlaku nama asli, mereka akan memanggil nama satu sama lain dengan sebutan seenak jidat mereka.

****

Tiga gadis itu_ tia, ara, dan liza sampai disekolah. Sekolah besar yang bernama "SMA GARDA SCHOOL", sekolah menengah atas yang berisikan para bibit unggul bangsa, tidak ada kata murid bodoh disekolah ini, mereka semua saling bersaing mati-matian hanya demi nilai.

Baru selangkah memasuki kelas, semua mata tertuju kepada mereka. "Akhirnya para murid jenius kelas ini tiba, gimana sarapan paginya , masih mampu untuk makan kan?" sindir nana_ salah satu anggota gang pembully dengan volume suara yang besar. Liza, tia, dan ara tidak memperdulikan bullyan murahan mereka, bagi tiga gadis itu_liza, tia, dan ara hal itu sudah sangat wajar dan tetap tidak acuh untuk merespons.

Satu kelas tersebut memang tidak terlalu akur dengan liza, tia, dan ara. Karena cuma mereka bertiga yang berasal dari keluarga tidak mampu, tapi terus-menerus berhasil menepati posisi peringkat 1.2, dan 3. Jelas hal ini membuat para anak orang kaya yang menghabiskan banyak uang untuk mmasuki les terbaik terus-menerus kalah dengan anak yang berasal dari keluarga kurang mampu, yang tidak pernah mengikuti les apapun, tetapi terus-menerus bisa mendapat nilai tertinggi.

****

"Nenek.." panggil liza dengan nada lembut . Tia menoleh ke arah asal suara.

"Apa?" datar tia.

"Nenek..., bagiin soal yang semalam dipelajari dong" minta liza dengan menunjukkan puppy eyesnya.

"Iya aku juga mau " ara juga ikutan meminta sambil menompang dagunya diatas meja tia.

"Nih ambil" ucap tia yang tertekan sambil memberikan buku soal yang ia pelajari semalaman.

Ditengah pembicaraan, guru masuk ke kelas, dan membagikan soal simulasi. Semua mengerjakannya dengan serius.

****

"Huh, akhirnya simulasi bulan ini sudah berakhir"lega liza sambil menghela nafas panjang. "Iya, ujiannya saja yang sudah berakhir, tapi nilainya belum berakhir" sahut ara dengan pandangan terus ke buku yang sedang ia baca. "Iya kamu benar ara, aku takut peringkatku akan turun" kini ekspresi wajah tia berubah menjadi murung.

Liza memukul bahu tia, sehingga membuat tubuh tia yang sedikit gemuk itu terhuyung ke samping.

"Sakit tau"ucap tia dengan tangan kanan yang terus-menerus mengelus bahunya itu.

"Siapa yang akan mengambil peringkatmu?, aku saja frustasi sendiri mau nyaingin kamu, liat wajah aku udah penuh dengan jerawat karena stres" jawab liza yang disertai dengan sedikit bumbu keemosian. "Sudah, tenang, tenang, jangan panik, simpan tenaga kalian untuk kelas olahraga sebentar lagi" celetuk ara sambil menyodorkan keripik kentang untuk tia dan liza.

****

WCFATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang