"Hari yang menyedihkan selalu datang tidak terduga,
disitulah diperlukan mental yang kuat"
"Kita harus memberi pelajaran kepada mereka, beb, kamu harus bantuin aku y" ucap moana dengan nada manja kepada ramawi. "Iya ram, bantuin kami" kompor nana.
"Gue ketua OSIS loh, kalian merintahin gue untuk ngebantu kalian ngebully orang?, gak salah lo pada?" sahut ramawi. "Iya gue tau ram, tapi lo kan pacar gue ram, masa gak mau ngebantu" sambung moana yang mulai menunjukkan ekspresi cemberut nya.
"Iya, iya, gue bantuin. Udah, cantiknya rama gak boleh cemberut lagi ya" rayu ramawi.
****
Setelah mengikuti kelas tambahan, ketiga gadis itu_ liza, tia, dan ara pulang mengendarai sepeda mereka, Ara diboncengi liza, karena rumah mereka berdua memang searah. Suasana jalanan di malam hari yang sedikit lebih tenang dari pada di pagi hari memang sangat cocok menjadi momen menenangkan pikiran terbaik.
"Kamu berat banget ara" keluh liza yang kesusahan mendayung sepedanya.
"Aku gak berat, tapi kamu nya aja yang terlalu kerempeng" bantah ara.
Memang benar, liza memang bertubuh sangat kurus daripada ara dan tia. Jadi, mereka bertiga kalau jalan bareng itu kayak anak tangga, terus apalagi kalau liza yang berdiri ditengah, itu vibesnya udah kayak dihimpit oleh dua gunung.
"Oi, berantam terus!, kalau jatuh nanti aku gak ikutan ya" celetuk tia.
Ditengah-tengah pembicaraan mereka, tiba-tiba ponsel tia berdering. Mereka bertiga langsung menghentikan sepeda mereka di tepian jalan . "Halo?" awal tia. "Halo tia, ini gue moana" jawab dari seberang telpon yang rupanya adalah moana. Mata tia seketika langsung terbuka lebar. "Siapa?" tanya liza dan ara sambil mengisyaratkan dengan mulut mereka.
"Moana" jawab tia tanpa suara melainkan dengan aba-aba mulut. "Hidupin speaker" isyarat ara yang heboh. "Sebenarnya gue mau minta maaf sama lo pada" ucap moana dengan nada lemah lembut. Mendadak liza, ara, dan tia syok.
"Boleh ketemuan gak?, gue mau minta maaf dengan tulus" sambung moana. "Eee, boleh" jawab tia dengan terbata-bata. Siapa yang tidak syok jika orang yang biasa ngebully mereka tiba-tiba entah kenapa minta maaf. "Oky, kalau gitu gue sharelock sekarang" sahut moana dan langsung mengakhiri panggilannya.
"Ni anak kesambet apa?, tiba-tiba aja mau minta maaf" bingung liza.
"Mau mati kali dia, jadi keingat semua sama dosanya " sahut ara sembarangan.
"Udah, kita samperin aja dulu" ajak tia.
****
Mereka bertiga menuju ke tempat yang sudah di sharelock oleh moana. Sesampainya mereka disebuah tempat yang entah apa namanya itu, sudah ada moana, nana, vira dan ramawi yang tengah berdiri dengan kedua tangan yang sudah mereka lipat di dada. Dengan wajah yang tertunduk, tia berjalan mendekati ramawi. "Maaf" ucap tia.
"Lo ngapain minta maaf tia?, lo gak salah kok, kami sengaja menggil lo pada kemari karena kami mau minta maaf dengan tulus" sahut moana.
Moana, nana, dan vira memasang ekspresi wajah penuh penyesalan sambil tertunduk, persis seperti posisi pada saat mengheningkan cipta waktu upacara bendera setiap hari senin. Ramawi mendengus. " Baru pertama kali gue nunduk, is ogah banget sumpah" cicit ramawi. Moana menekan kepala ramawi agar ia ikut menunduk.
Tia mulai menarik nafas panjang, sedangkan ara, dan liza daritadi memasang ekspresi penuh kecurigaan. Entah mengapa dua gadis itu tidak mau percaya dengan pertaubatan gangnya moana.
"Aku udah maafin kalian kok" jawab tia yang memaafkan. Setelah tia melontarkan kata-kata tersebut, moana langsung tertawa terbahak-bahak , yang pastinya diikuti oleh para antek-anteknya. Tia, ara, dan liza menatap mereka dengan ekspresi bingung. Nana maju selangkah ke hadapan tia.
"Woi bodoh, lo pikir kami mau banget minta maaf sama lo pada, ogah anjir" hina nana sambil mendorong kepala tia, sampai-sampai kepala tia terhuyung ke belakang. "Sudah ku tebak, gak bakalan nih manusia laknat mau minta maaf" gumam ara.
Nana beberapa kali mendorong kepala tia. Ara menghela nafas berat. "Ara tahan, please, don't angry" batin ara sambil menggepal erat kedua tangannya. ''Udah cukup" ucap moana sambil berjalan ke arah tia dengan tangan yang dilipat. "Hei jalang, lo pikir gue mau banget minta maaf sama manusia hina seperti kalian " hina moana.
"No girl, jangan pakai kekerasan" liza akhirnya angkat bicara, ia memberikan tatapan tajam, dan sedikit menggerakkan alisnya. Vira juga ikutan angkat bicara. "Seharusnya sadar diri dikit lah sebelum berani menatap kami" vira menekan bahu liza dengan sangat kuat, sehingga liza terduduk ditanah. "Nah, posisi ginian cocok buat lo, dibawah" perkataan vira sangatlah sadis, memang gadis itu jarang angkat bicara dan bertindak, namus sekali bertindak, gadis itu lebih menyeramkan dari moana dan nana.
Vira mencapit keras kedua pipi liza, sampai-sampai membuat liza mendongak ke arah vira. "Mau gue bikin makin cantik wajah lo?" tanya vira denga tatapan psikopatnya itu. Nana memberikan pisau lipat yang dia ambil dari sakunya kepada vira.
"Kalian mau ngapain?" liza mulai memberontak. Nana dan moana langsung memegang erat tangan tia, mereka tau betul tia lah yang bakalan bertindak jika liza kenapa-kenapa. Vira mengarahkan pisau ke pipi liza, sekuat tenaga liza berusaha berontak, tapi vira jauh lebih kuat. Dengan cepat vira langsung menyayat pipi liza. Secara bersamaan liza langsung berteriak histeris, rasa perih dan nyeri menjadi satu. Tentunya nana dan moana sudah tertawa puas.
Geng pembuli yang satu ini memanglah sangat psikopat, apalagi vira. Tidak ada yang berani melapor ataupun mengadu ke guru, karena para murid emas ini selalu berlindung dibalik nama orang tua mereka.
"TIDAKKKK !!!" teriak tia histeris sambil memberontak. Saat itu ara tengah memejamkan matanya sambil menghela nafas beberapa kali, tangannya sudah menggepal erat, diiringi dengan keringat dingin yang terus bercucuran, jantungnya sudah tidak bisa dikendalikan , serangan paniknya kambuh. Dimana gadis itu tidak bisa berfikir jernih di saat seranagan paniknya kambuh, ia bisa saja melukai dirinya sendiri di saat penyakit itu datang tiba-tiba. Seolah otaknya berubah kendali, bahkan ara sendiri tidak tau jelas apa nama penyakitnya itu.
Ara mengeluarakan bolpen tekannya, lalu berlari ke arah vira dengan tatapan layaknya psikopat. Dengan cepat ara langsung menusuk punggung tangan vira dengan bolpen itu. Sontak semua terkejut, apalagi kini vira berteriak histeris melihat bolpen itu menembus punggung tangannya. Tangan ara bergetar kencang, ia terus- menerus mengacak--acak rambutnya karena efek dari penyakit tesebut.
Nana dan moana sudah heboh karena bolpen tersebut sudah tertancap tembus di tangan vira. Sedangkan liza masih menunduk sambil menangis karena wajahnya sudah cacat. "Ara atur nafasmu dengan perlahan" tia mencoba menenangkan ara sambil memeluknya, karena kalau sudah seperti itu keadaannya, ara hanya perlu tenang agar penyakitnya kembali stabil.
Ara sudah mulai bisa mengontrol emosinya kembali. "Sudah, tidak apa-apa" tia masih mendekap ara dipelukannya.
"Sialan lo anjir" umpat moana dan langsung berjalan menampar ara.
Keadaan sangat kacau balau, tapi berbeda dengan ramawi, ia sibuk menikmati rokoknya sambil menyaksikan sinetron kisah nyata yang terjadi tepat di hadapannya. "Ini akan sangat lama" gumam ramawi sambil mematikan rokoknya. Pria itu berjalan dan menarik rambut ara dan tia secara bersamaan, sangat kencang, sampai-sampai rambut tia dan ara hampir terlepas. Dengan sembarangan menarik, ramawi mendorong tia dan ara ke arah mobil.
"Udah cepat, bawa tu sisa satu lagi" suruh ramawi setelah selesai mendorong ara dan tia masuk kedalam mobil tanpa plat nomor itu. Dengan cepat mereka langsung mendorong liza untuk segera masuk ke dalam mobil juga.
****

KAMU SEDANG MEMBACA
WCFA
AçãoSiapa sangka dibawah perairan laut Indonesia terdapat sebuah pusat agensi rahasia, yang dimana pangkalannya tersebar di seluruh dunia. Bahkan keberadaanya tidak terlacak oleh satelit manapun. .... Sebuah agensi yang bernama WCFA (word crime fighting...