Chapter 13

148 27 3
                                    

Setelah berminggu-minggu mengalami insomnia dan beberapa gejala psikosomatis, akhirnya Build memberanikan diri untuk pergi ke psikolog kampusnya.

Jurusan psikologi cuma beda satu lantai di atas lantai jurusannya. Dia minta kontak lembaga P2T ke kakak tingkat di kosannya. Cowok itu gak mau self diagnose walaupun di BK dia juga sempat belajar hal-hal yang berkaitan dengan ini. Dia mau tau apa yang salah dengan dirinya dan gimana caranya agar dia dapat treatment untuk hal itu.

Build juga udah ngobrol sama temen-temen deketnya, dan bilang untuk beberapa sesi awal dia pengen ngobrol sendiri dulu sama psikolognya. Dia udah janjian lewat chat dan udah milih juga mau ketemu psikolog laki-laki atau perempuan. Build milih untuk konsul dengan psikolog perempuan karena ya… pengen aja sih.

Dia udah ketemu sama admin kontak P2T kampusnya, dan diminta duduk di sofa sambil nunggu psikolognya dateng. Disana disediakan permen, cemilan, sama air mineral cup. Build udah ditawarin sih tadi, tapi dia malu aja gitu masa baru kesini udah celamitan minta segala (walaupun emang udah disediakan).

Sekitar 15 menit kemudian, ada ibu-ibu seusia mamanya masuk ke ruangan admin dan ngobrol sama adminnya. Mereka ngobrol dan ibu-ibu itu sempet noleh terus senyum sama Build. Habis itu kakak adminnya mempersilakan Build buat masuk ke ruangan konseling.

Di ruangan konseling ada beberapa hiasan dinding, ada solo sofa juga kursi kerja yang dibatasi sama meja. Diatas meja ada kotak tissue sama air mineral. Kalau di film-film kan biasanya ada kursi panjang gitu ya buat konselinya berbaring, tapi Build tebak itu mungkin cuma buat yang hipnoterapi? Atau itu cuma ada di film aja? Entahlah.

Psikolognya memperkenalkan diri begitu juga dengan Build, setelah perkenalan mereka mulai ngobrol tentang gimana harinya. Setelah itu, mereka masuk ke sesi konseling dan Build mulai cerita tentang apa aja yang dialaminya. Dia kira cerita ke psikolog akan sama aja rasanya sama waktu dia cerita ke temen deketnya, tapi nyatanya enggak. Build jadi emosional dan akhirnya nangis. Dia sempet berhenti cerita dan disuruh nangis sampai lega sama psikolognya.

Bermenit-menit Build cerita sambil nangis, dia gak tau kenapa dia bisa sampai seemosional ini. Mungkin karena ini pertama kalinya (selain temen deketnya) dia cerita tanpa menutupi apapun? Memperlihatkan apa yang dirasakannya sebagai kelemahan tanpa takut untuk dijudge?

Psikolognya gak terlalu banyak ngomong dan cuma menanggapi sedikit-sedikit, lebih banyak dengerin dia cerita.

Setelah merasa cukup lega (nangis dan ceritanya), psikolog mengakhiri sesi konseling hari itu. Build balik lagi ke ruangan admin, mau ngurus pembayaran sesi konseling pertamanya. Satu sesi dihitungnya satu jam dan memakan tarif seratus lima puluh ribu, dan karena konselingnya kali ini memakan waktu satu setengah jam, Build bayar dua ratus dua puluh lima ribu. Sambil nunggu kakak admin nyari kuitansi, cowok itu main hp sambil ngabarin temen-temennya.

 Sambil nunggu kakak admin nyari kuitansi, cowok itu main hp sambil ngabarin temen-temennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
20 something || biblebuildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang