Part 4

14 3 0
                                    

Waktu salat asar telah memanggil dari sebuah masjid tidak jauh dari kediaman Nisha. Abhi yang sudah tiga jam menunggu di depan pagar bergegas mencari sumber suara azan untuk menuntunnya ke masjid.

Penjaga rumah Nisha yang sejak tadi mengamati gerak-gerik dari dalam pos penjagaan buru-buru menelepon majikannya. Sebelumya, penjaga keamanan rumah itu sudah bertanya kepada Abhi, apakah dia ingin bertamu ke rumah itu atau ada keperluan lain? Sayangnya, penjaga keamanan itu tidak bisa Bahasa Inggris maupun Bahasa Hindi. Abhi hendak menerjemahkan ucapannya di Google translate, tetapi, ponselnya kehabisan baterai. Jadilah, tidak ada kesinambungan komunikasi. Dengan isyarat, Abhi berusaha menjelaskan bahwa dia datang untuk menemui Nisha. Dan saat nama putri majikannya disebut, penjaga keamanan itu mulai paham.

Abhi berjalan tergesa. Selain melaksanakan salat asar, dia bisa menyempatkan waktu mengisi baterai ponsel.

Tidak butuh waktu lama, dia telah tiba di sebuah masjid bercat putih dan hijau. Disambut iqamat yang berkumandang nyaring, dia melangkahkan kaki sembari mengagumi kemegahan masjid tersebut.

Buru-buru Abhi mengambil air wudu bersama jamaah yang juga baru datang. Dia masuk ke dakam masuk setelah berwudu, dia dibuat terpana akan interior masjid itu, penuh nuansa putih dan hijau yang meneduhkan, ditambah lampu gantung besar yang menghiasi langit-langit masjid.

Salat belum dimulai, dia memanfaatkan waktu untuk mengisi baterai ponsel. Tak ketinggalan, Abhi menyimpan kopernya di dekat pintu masuk, dekat dirinya melaksanakan salat. Tak lupa dia menaruh tasnya di atas koper.

Salat asar berjamaah dimulai dengan lantunan takbir dari seorang imam. Dada Abhi bergetar, dia tidak pernah merasakan senyaman ini beribadah di masjid. Entah mengapa, walaupun di negaranya dia beribadah sama-sama di masjid, tetap saja, rasanya sangat berbeda. Ketika keningnya menyentuh karpet hijau, dia khusyu’ memuji asma Allah dengan suara bergetar. Tidak ada nikmat yang mengalahkan nikmat bisa beribadah dengan tenang. Luar biasa. Itulah yang dirasakan Abhi saat ini.

Salat ditutup dengan salam. Ketika selesai salam, Abhi baru menyadari tas dan kopernya tidak ada di tempatnya. Dia menelisik sekitar, apakah  tadi salah meletakkan. Tetap tidak ada, hanya ada angin lalu yang keluar masuk pintu. Seketikanya, dia panik bukan main. Kepanikan Abhi rupanya diendus jamaah lain yang berusaha menanyakan apa yang terjadi. Abhi berusaha menjelaskan kepada jamaah lain dengan Bahasa Inggris bahwa dia kehilangan tas dan kopernya yang dia taruh di dekat pintu.

Seorang jamaah yang berdiri tepat di belakang Abhi mengatakan. “Tadi aku melihat seseorang mengambil tas dan kopermu, Nak. Aku pikir, itu milik pria berjaket hitam itu. Aku sedikit menoleh dan dia malah lari begitu saja.”

Abhi melihat pria yang tadi sempat menanyainya menggunakan Bahasa Inggris. Pria itu pun segera menerjemahkan ucapan jamaah yang sempat melihat  pencuri tas Abhi.

“Bagaimana jika kita cek CCTV masjid saja dan lapor ke polisi. Kasihan bule ini, bagaimana?” Usul pria yang sempat memergoki pencuri tas dan koper milik Abhi.

Akhirnya, Abhi dibawa ke ruang CCTV dan ditampilkan bagaimana gerak-gerik pria berjaket hitam tengah mengendap-endap mengambil tas dan koper Abhi saat semua jamaah tengah rukuk. Abhi berdecak sebal atas kemalangan yang menimpa dirinya. Dia sungguh dibuat marah, bagaimana bisa tempat sesuci ini dijadikan tempat mencuri? Sama saja, itu sebuah penghinaan kepada Allah.

Jika saja, di dalam tas dan kopernya tidak ada barang-barang penting seperti paspor, visa, tanda pengenal lain dan tentu uangnya.  Abhi tidak masalah memberikan tas  dan kopernya, tapi tidak dengan isinya. Sekarang, dia tidak tahu kemana dia akan tinggal saat tanda pengenalnya raib digondol maling.

Satu- satunya barang yang dapat dia andalkan saat ini hanyalah ponsel dan charger.

“Tenang saja, pihak masjid akan membantu melaporkan kasus ini ke polisi,” ujar penjaga keamanan masjid yang langsung diterjemahkan oleh seorang pria yang juga ikut mengecek CCTV.

Dekh Lena [END] (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang