Abhi mengucapkan kalimat perpisahan seraya melambaikan tangan, tak terkecuali Satya yang masih urung melepas pelukam dari kedua putri.
“Ayah pergi sebentar, ya. Ayah dan Paman Abhi akan membawa Bibi Aarvi pulang,” tukas Satya. Dia mengusap air mata Kirana dan Kinara. “Udah, jangan nangis.”
“Iya, Ayah.” Kompak Kirana dan Kinara.
Usai berpamitan kepada istri dan mertuanya, Satya menarik Abhi pergi dengan segera sebelum rasa rindunya pada keluarga kecilnya tidak tertahankan. Abhi menepuk-nepuk bahu Satya, dia tahu, pasti perpisahan dengan putri kecilnya sangatlah berat. Apalagi, bagi Satya, ini perjalanan terjauh yang pernah dia catat selama menjadi suami Meera.
Abhi membiarkan Satya tertidur sesampainya di kabin pesawat. Sedangkan dirinya, dia lebih memilih menikmati kepungan awan yang mengapung di langit. Dulu, dia datang ke Indonesia untuk menjemput cinta Nisha tanpa tahu siapa itu Aarvi dalam hidupnya. Namun kini, dia datang ke India untuk menjemput cinta Aarvi tanpa tahu siapa itu Nisha dalam hidupnya. Kecelakaan yang terjadi tempo hari telah merenggut sebagian memorinya. Yang tersisa hanyalah kenangan-kenangan manis bersama Aarvi selama perjalanan ke kampung halaman Nisha itu. Memorinya tentang Nisha satu pun tidak ada yang tersisa, sekalipun wajahnya. Hanya wajah, senyum, suara, sorot mata Aarvi yang masih meletak di ingatannya.
“Aku datang Aarvi.”
Setelah berhasil mendapatkan informasi dari pihak kepolisian tentang catatan penerbangan Aarvi yang menuju India. Tanpa banyak membuang-buang waktu lagi, Abhi memutuskan untuk kembali ke negaranya mencari Aarvi. Karena kondisi kesehatan Abhi yang belum sepenuhnya pulih, Anita yang mencemaskan dirinya pun meminta tolong pada Satya untuk menemani Abhi. Seperti inilah sekarang, perjalanan mengejar cinta harus Abhi jalani dua kali.
***
“Mengapa kau seceroboh itu, Aarvi?! Apa kau tidak memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi padamu, ha?” sungut Hans. Padahal, perempuan itu baru saja siuman.
“Baru kali ini aku bertemu perempuan seceroboh dan sebodoh dirimu! Kenapa kau begitu keras kepala melindungi cinta orang lain dan membiarkan dirimu hampir tiada. Cinta macam apa yang kau perjuangkan itu, Aarvi?!”
Aarvi hanya mengangkat kedua bahu. “Jangan pikirkan kondisiku. Aku baik-baik saja. Kau ingin segera tahu di mana Nisha berada ‘kan?” Kemudian, dia menyerobot ponsel yang dipegang Hans. Dia membuka Google Maps, mengetik sebuah alamat. Setelah muncul alamat lengkap rumah Abhi, dia menyerahkan pada Hans. “Nisha ada di rumah ini. Kali ini, aku tidak berbohong. Aku sendiri yang menyuruhnya ke sana. Kau bisa mempercayaiku, Hans.”
Hans menatap layar ponsel, kemudian menatap Aarvi dengan sorot terima kasih.
“Tapi, kau?”
“Aku bukan anak kecil yang akan menangis saat kau tinggal. Sudah, pergi sana. Aku sudah muak dengan drama ini. Pergilah!”
Tentu, Hans tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu. Dia bergegas ke alamat rumah yang Aarvi berikan. Di waktu bersamaan, Aarvi mengangkat diri dari hospital bad- nya. Meskipun tubuhnya belum pulih betul, dia tidak mau kecolongan. Dia harus memastikan sendiri apakah Abhi dan Nisha sudah menikah atau belum. Jika sudah, dia yakin, Hans tidak mungkin membawa Nisha pergi.
Aarvi berlari menyusuri koridor rumah sakit. Sangking terburu-burunya, dia sampai kehilangan keseimbangan dan menabrak bahu seorang perempuan. Mata Aarvi beradu dengan perempuan yang dia tabrak.
“Aarvi?”
“Nisha?”
Cepat-cepat Nisha membantu Aarvi yang terhempas ke lantai rumah sakit. Lalu, dia memeluknya hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekh Lena [END] (SEGERA TERBIT)
RomanceJuara 1 Wrileto Penerbit CMG Bekasi 03 [ROMANCE || RELIGI] *** Aarvi tidak pernah berhenti mengejar cinta Abhi. Dia tidak peduli seberapa besar cinta Abhi pada Nisha, perempuan yang ternyata sahabat lama Aarvi. Bahkan, Aarvi rela menemani Abhi memp...