Aarvi mengencangkan jam tangan, mengatur posisi topi hitam di depan cermin. Dia tersenyum pada dirinya sendiri.
“Terkadang, cinta harus berkorban. Kau pasti bisa melewati semuanya, Aarvi. Kau, pasti bisa!” Dia menyemangati diri sendiri.
Diambil tas yang tergeletak di atas tempat tidur. Dia bersiap menemui Abhi yang sudah menunggu di bawah. Aarvi menuruni tangga seraya mengumbar senyuman hangat pada perjalanan panjang yang akan dia tempuh untuk mengejar cintanya.
Setibanya di bawah, Aarvi melongo. Dia kaget melihat semua orang juga telah berkemas, hendak ikut serta dalam perjalanan Abhi mengejar cintanya.
“Ka-kalian?” tanya Aarvi. Jari telunjuknya menunjuk satu persatu enam orang yang berdiri berjajar.
“Kami tidak tega membiarkanmu pergi sendirian. Kami tahu, perjalanan ini akan sangat menyakitkan bagimu, Ibu tidak ingin, saat kau terjatuh, kau merasa sendiri, Aarvi. Maka dari itu, kami memutuskan untuk bergabung,” ujar Anita.
“Ta-tapi, Ibu ....” Padahal, aku ingin menghabiskan waktu berdua dengan Abhi selama perjalanan ini, batinnya.
“Apa yang dikatakan Ibu benar, Kak. Bagaimana pun, kami tidak bisa membiarkanmu melewati semua ini sendiri.” Tina menambahi.
Aarvi mengambil tangan adik bungsunya. “Tina, kau tidak usah ikut saja, ya? Apa kau lupa, kau sedang hamil muda, Galang akan sangat marah padaku bila terjadi apa-apa padamu.”
Tina tersenyum. “Aku sudah izin pada suamiku, Kak. Tenang saja. Lagi pula, aku juga ingin liburan.”
“Ini bukan liburan, Tina. Tapi.”
Meera menyela. “Sudahlah, Kak. Kirana dan Kinara juga sedang libur sekolah, tapi aku janji, mereka tidak akan menganggu waktumu dan Abhi.”
Setelah nama pria itu disebut, Aarvi mengedarkan pandangan. “Di mana Abhi?”
“Dia sedang salat dhuha,” jawab Satya.
Segera, Aarvi melarikan diri dari ruang tamu menuju mushola di rumah itu yang berada di lantai dua. Kurang dari lima menit, dia telah tiba di depan pintu mushola yang sengaja dibiarkan terbuka. Terlihat, Abhi tengah khusyu’ berdoa.
Aarvi menunduk kecut. “Apa ada namaku dalam doamu? Sesekali, sebut namaku dalam doamu, sekalipun itu dalam amarah, aku tak masalah.”
Abhi bangkit dari duduknya, tersenyum pada Aarvi yang berdiri saja di depan pintu.
“Kenapa kau kemari?”
“Abhi, kenapa kau malah memberitahu semua orang tentang kesepatakan kita?” Aarvi balik memberi tanya.
“Tidak. Aku ... ya, hanya Satya.”
“Aish! Pasti Satya memberitahukan semuanya ke Meera lalu sampai ke telinga Ibu.” Aarvi berkacak pinggang kesal. Dia yakin, Satya sengaja melakukan itu agar dia tidak bisa menghabiskan waktu berdua dengan Abhi.
“Baiklah, semua orang sudah menunggu. Ayo!”
“Iya.”
***
“Aku menganggap diriku seberutung orang yang memenangkan lotre sampai detik ini. Berkali-kali aku diberi pilihan oleh orang-orang, tapi tidak ada yang bisa mengalahkan pilihanku sendiri. Setiap saat, mataku tidak berhenti menghitung bibirmu yang tidak pernah padam akan senyuman. Abhi ... pernahkah namaku terbersit di hatimu, meskipun sesaat?”
Rambut Aarvi beterbangan dihantam angin yang melesat di luar jendela. Dia sengaja menyembulkan setengah kepalanya agar dapat melihat wajah Abhi yang berada di kaca spion. Wajah pria itu begitu serius ketika menyetir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dekh Lena [END] (SEGERA TERBIT)
RomanceJuara 1 Wrileto Penerbit CMG Bekasi 03 [ROMANCE || RELIGI] *** Aarvi tidak pernah berhenti mengejar cinta Abhi. Dia tidak peduli seberapa besar cinta Abhi pada Nisha, perempuan yang ternyata sahabat lama Aarvi. Bahkan, Aarvi rela menemani Abhi memp...