Part 10

11 3 0
                                    

Aarvi memegang kedua pundak Abhi sebagai tumpuan saat dirinya berdiri di belakang, menyapa angin yang melesat lembut menerpa rambutnya. Dia mulai mendendangkan lagi berjudul “Hawayein" yang merupakan salah satu soundtrack film Jab Harry Met Sejal. Sebuah film yang diperankan oleh Shah Rukh Khan dan Anushka Sharma.

Karena sedikit tahu lirik lagu yang dibawakan Aarvi itu, Abhi sesekali ikut bernyanyi dengan suara yang tak kalah merdu. Mereka bersenandung riang menikmati jalan yang mulai kehabisan aspal. Tapi, itu tidak menyurutkan riuh nyanyian.

Ketika melewati warga sekitar, Aarvi tidak segan menyapa dengan senyum dan lambaian tangan. Manis sekali. Sampai-sampai, Abhi yang melihat dari spion kehilangan fokus dan motor mereka hampir kehabisan jalan. Beruntung, Aarvi bertindak cepat menyadarkan Abhi.

“Sekarang ke mana? Belok kanan atau kiri?” Abhi bertanya setelah  menemui dua belokan.

Dengan yakin. “Kanan,” jawab Aarvi.

Abhi yang tengah mengerem motor itu pun menoleh. “Kau yakin?”

“Wanita selalu benar. Ikuti saja, apa susahnya?”

“Kalau salah?”

“Ya sudah,” jawab Aarvi enteng.

Antara yakin tidak yakin, Abhi terpaksa menuruti ucapan Aarvi. Toh, bila salah arah, mereka tinggal balik lagi.

“Apa masih jauh?” tanya Abhi menengok ke belakang sebentar.

“Di ujung jalan sana ada lapangan, lalu belok kiri,” balas Aarvi mengangkat satu tangan, memberi arahan.

Abhi menurut saja, lagi pula dia ingin membuktikan kebenaran ucapan Aarvi itu. Setelah melaju lima menit, dia disuguhkan lapangan hijau dan di ujungnya ada belokan ke kiri. Persis seperti ucapan Aarvi.

Mendadak, Abhi menghentikan motor di tengah jalan. Dia memutar punggung.

“Mengapa, seolah kau pernah datang kemari?”

“Ah, kau akan tahu nanti. Ayo, jalan saja! Kau ingin cepat bertemu perempuan itu ‘kan?” urai Aarvi bersungut.

Tidak mau ada perdebatan lagi, Abhi mengiyakan saja apa yang perempuan itu mau. Dia kembali memutar tuas gas perlahan.

Motor yang mereka tumpangi berbelok ke kiri, melewati deretan rumah-rumah berhias hamparan jagung kuning di pelataran rumah. Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan anak-anak yang baru pulang sekolah menggunakan sepeda mereka. Aarvi menyapa mereka dengan lambaian tangan.

Aarvi menepuk-nepuk pundak Abhi cukup lama. “Itu rumahnya!” Dia mengarahkan telunjuknya ke sebuah rumah dengan pagar besi yang melingkar di sisi-sisi rumah berlantai dua itu.

Aap kaise karte hai ....”Abhi tidak meneruskan bicara. Dia sungguh dibuat penasaran, kenapa perempuan di belakangnya itu seolah tahu  seluk-beluk desa itu. (Bagaimana kamu ....)

“Jangan banyak bicara. Nanti kau juga akan tahu. Parkirkan motor di bawah pohon mangga itu saja.” Suruh Aarvi yang turun dari motor.

“Hei, jangan diam saja. Parkirkan motornya, Abhi.”

“Oh, baiklah.”

Tepat seperti ucapan Aarvi, motor yang mereka tumpangi sudah berteduh di bawah pohon mangga di samping rumah. Abhi menghampiri Aarvi yang sedang melompat-lompat di depan pagar, mengintip ke dalam. Mengetahui seseorang membuka pintu, Aarvi mengangkat tangan tinggi-tinggi.

“Mami!” Aarvi berteriak kencang, memanggil wanita yang baru menginjakkan kaki ke luar rumah.

Wanita berumur hampir enam puluh tahun itu sontak berlari ke pagar setelah menyadari ada tamu spesial. Dia buru-buru membuka pintu.

Dekh Lena [END] (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang