6

14.5K 1.8K 29
                                    

Song of the day: Gubahanku by Deddy Damhudi

"Pernikahan kami tidak bisa dihindari, Jenaka. Ini adalah yang terbaik. Ini yang diinginkan oleh semua orang."

Jenaka tidak mengerti akan keteguhan Raden Ajeng yang terus-terusan memeluk duri berbahaya yang pastinya hanya akan melukainya di kemudian hari? Juga! Nama kakeknya buyutnya yang Jenaka ingat bukan Raden Panji Aryadiningrat! Nama kakeknya buyutnya adalah Jati! Jati Aryadiningrat.

Raden Ajeng harus menikah dengan Jati! Bukan menikah dengan Raden Panji Aryadiningrat ini.

"Memangnya siapa Raden Panji Aryadiningrat ini? Mengapa sulit sekali bagimu untuk mengatakan tidak."

Raden Ajeng masih terisak. Ia menyeka sisa air mata kemudian melihat kelambu yang bergantung di atas.

"Dia adalah calon bupati yang akan menggantikan ayahnya. Dia adalah orang yang kuat dan memiliki pengaruh yang luas. Raden Panji juga memiliki pengikut fanatik yang setia. Kami tidak bisa mengatakan tidak ketika bupati datang sendiri untuk melamarku."

Jenaka berdecih. Menertawakan bagaimana bisa pria tua bangka berusia empat puluh lima tahun datang membawa ayahnya untuk melamar anak berusia tiga belas tahun. Sangat tidak masuk akal!

Namun apa yang bisa Jenaka lakukan? Jenaka tidak buta akan perbedaan kultur serta nilai moral antara zaman mereka. Raden Ajeng terus menjelaskan apa yang terjadi padanya.

Ayahnya hanyalah seorang wedana setempat. Dimana ketika seorang bupati menawarkan hubungan kekeluargaan, pria itu langsung menerima dalam sekejap mata tanpa memikirkan bagaimana keinginan dan pendapat Raden Ajeng yang masih anak-anak.

Kemudian tujuh tahun yang lalu, Raden Ajeng mencoba meminta waktu, meyakinkan Raden Panji Aryadiningrat bahwa ia ingin melanjutkan sekolahnya terlebih dahulu ke HBS. Karena Raden Panji adalah seseorang yang digadang-gadang menjadi calon bupati untuk menggantikan ayahnya kelak, Raden Panji menyetujui calon istrinya untuk melanjutkan sekolahnya agar Raden Ajeng bisa bersosialisasi dengan banyak teman-temannya yang bukan hanya berasal dari pribumi.

Raden Ajeng mengatakan bahwa selama empat tahun masa sekolahnya, Raden Panji begitu baik kepadanya. Pria itu menyediakan semua keperluan sekolah. Sangat jarang anak seorang wedana yang melanjutkan sekolah ke HBS terutama seorang pribumi dan perempuan. Dan sekarang keluarga Raden Ajeng semakin berhutang budi kepada keluarga bupati.

Setelah masa sekolahnya, Raden Ajeng mencoba mengulur waktu lagi dengan alasan dirinya ingin belajar menjadi seorang istri. Belajar memasak, menenun, melahirkan hingga cara merawat anak. Karena kasih dan cinta Raden panji yang besar kepadanya, Raden Panji memberikan dengan syarat mereka bertuangan terlebih dahulu. Raden Ajeng mengangkat tangannya untuk menunjukkan cincin yang dikenakannya.

"Maka dari itu saya tidak bisa menolak permintaan keluarga regent (bupati) lagi. Saya juga tidak bisa menghindar dari takdir saya. Kami sudah menunda ini selama bertahun-tahun dan saya harus menjalankan tugas saya sebagai seorang perempuan."

"Memangnya apa tugasmu sebagai seorang perempuan?"

Raden Ajeng memiringkan tubuhnya kepada Jenaka. Perempuan itu tersenyum simpul. Wajahnya masih basah tapi ia sudah tidak menangis lagi.

"Jenaka, saya tidak tahu kehidupan di masamu. Tapi saya memiliki tugas sebagai seorang anak untuk menuruti perintah orang tua. Kami perempuan sudah dicetak untuk menjadi seorang istri dan memiliki anak. Saya juga bertugas untuk mendidik anak-anak saya kemudian menjadi kan mereka orang yang lebih baik."

"Jangan berbicara seperti itu. Itu hanya membuatku semakin kesal."

"Maaf, Jenaka. Tapi itu cara satu-satunya untuk saya mempertahankan harkat martabat ayah saya."

Surat Untuk Jenaka (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang