Jackpot

82 4 2
                                    

Kau tahu rasanya mendapatkan jackpot didalam permainan kartu remi? Kau tahu rasanya menenggak segelas penuh air dingin dari pegunungan langsung? Segar dan senang bukan? And i get it!

-unknown-

Author's POV

Sudah 3 hari berlalu, sejak kejadian malam itu. Dan sudah 3 hari juga Kara tak kunjung menemuinya. Ia bingung,bahkan heran. Apa yang membuat Kara tak menemuinya lagi. Sudah berhari-hari juga ponselnya tak kunjung aktif. Tapi, tunggu dulu. Bahkan sampai saat ini,Clara tak seperti biasanya,merengek seperti anak kecil ketika ditinggal Kara. Bahkan kini ia tengah bersiap-siap untuk berangkat bersama teman-teman SMA nya untuk melakukan study tour. Clara,bukannya memikirkan kuliah,malah sudah mau pergi main-main. Itulah yang diucapkan mamanya. Namun ia tak terlalu menggubrisnya,ia hanya ingin menikmati udara sejuk dikawasan Bandung. Tepatnya di Garut.

Kini ia sudah siap berangkat,topi koplo rajutan diatas kepalanya,rambutnya yang panjang ia biarkan tergerai kesamping-samping telinganya. Tak lupa Clara menggunakan sepatu spot kesayangannya. Ungu muda. Memakai jaket rajutan favoritenya. And then,tas ransel teddybear coklatnya. Dan ia sudah berlalu dari kamarnya,menuruni tangga. Meminta izin kepada mama dan papanya. Menaiki mobil bersama pak Amin supirnya.

"Kita kemana non?" Tanya pak Amin.

"Kesekolah pak,soalnya mereka pada kumpul disana" jawab Clara singkat. "Non kok gak sama den Kara? Biasanya selalu bareng toh" logat pak Amin sangat Ketara Jawa.

"Nggak tau tuh dia kemana pak, udah 3 hari handphone nya gak aktif,mau gimana lagi." Jawab Clara cemas.

Pak Amin hanya ber-oh ria saja. Dan kembali fokus mengemudikan mobil. Tak perlu waktu lama Pak Amin dengan cepat melajukan mobil,membelah jalanan kota yang sepi kali ini. Tak berapa lama pak Amin dan Clara sudah sampai disekolah Clara. Clara turun dan pamit kepada Pak Amin. Dan berlari menuju sekumpulan teman-temannya.

Clara's POV

Aku sudah sampai disekolah,walaupun baru beberapa hari meninggalkan sekolah ini,rasanya aku sangat kangen. Terutama pada teman-teman kelas ku yang gila. Yah,mereka orang yang lucu. Namun,sedari tadi ada orang yang sangat-sangat kutunggu. Kara. Bukankah dia anak HIPAPALA? Terus dia kemana sih?

Mataku mulai menyusuri,menyorot semua kerumunan para siswa-siswi yang ikut dalam rombongan perpisahan sekolah. Yah,sebenarnya sangat terlambat untuk perpisahan. Namun,mengingat sekolah baru mengizinkannya sekarang. Satu-satu kuamati punggung-punggung mereka,mencari sosok yang sudah tiga hari menghilang. Bagaimana pun juga,aku butuh Kara. Siapa lagi yang akan menjagaku, satu-satunya orang yang kupercaya hanya dia.

Sudah limabelas menit aku duduk termangu dibawah pohon disekolahku. Menatap panitia yang sibuk lalu-lalang mempersiapkan segala peralatan. Tak juga kutemui Kara.

Akhirnya aku putuskan berjalan kebelakang taman sekolah,bus berangkat masih satu jam lagi. Karena banyaknya barang-barang yang akan dipersiapkan.

Tak berapa lama,disinilah aku berjalan mendekati pohon dibelakang sekolah,disana juga terdapat ayunan,tempat biasa aku bermain dengan Kara. Namun,kurasa aku tak sendiri disini. Tampak sekelebat bayangan yang tengah bersandar di pohon beringin kecil ini. Bayangan itu tampat familier dimataku. Aku mengenalnya. Berjalan mendekat, tentu saja. Itu si Kara pengganggu. Ternyata kau disini Ka. Gumamnya dalam hati.

Berjalan mengendap-endap,berharap bisa mengejutkan Kara. Langkahku terkesan seperti angin dan nyaris tak terdengar. Bagaimanapun aku merindukan Kara. Satu,dua,tiga. Dooor. Teriakku.

Kara sontak kaget dan punggungnya menabrak batang pohon secara kasar. Sedangkan aku yang memandang hanya tertawa puas. Puas berhasil mengejutkan Kara. "Sudah puas tertawanya nona kecil?" Decaknya kesal.

Pelangi setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang