Teman Lama

69 4 0
                                    

Kara berlari kearah posko kesehatan,melihat keadaan Clara yang pingsan. Ia tau,kalau Clara punya penyakit magh akut,jika terlambat makan,maka asam lambungnya akan kumat. Ia berlari dan membawa obat Clara yang Clara simpan dalam tas ranselnya. Kara panik,begitupun dengan Dika. Dika tak tahu menahu tentang Clara sakit.

Untungnya ada petugas kesehatan yang langsung membawa Clara ke posko kesehatan dalam study tour ini. Kara terus menatap tajut kearah Clara,ini salahnya tak menjaga Clara. Dika hanya tercenung menatap kekhawatiran Dika. Berulang kali Kara mengelus kepala Clara pelan. Dika menatapnya cemburu,ada rasa sesak bahwa ada yang memperhatikan Clara lebih dari dirinya.

Tak berapa lama,Clara sadar. Ia mengerejapkan matanya pelan. Mengusap matanya dengan tangannya. Melihat kesekitar, sudah ada Kara dan Dika disampingnya. Kara langsung menyambutnya hangat,menggenggam tangannya dan mengusap pelan kepalanya. Menyeka peluhnya dengan saputangan milik Kara. Sedangkan Dika hanya melihat pemandangan yang serasa membakar ulu hatinya. Perih.

"Ini minum dulu air hangatnya Ra." Kata Kara sambil menyerahkan segelas air. Kara mengangguk lemah dan berusaha duduk setengah tidur dan bersandar. "Lo belum makan kan dari semalam?" Tanya Dika tak tahan.

Clara menatapnya sejenak. Mengangguk pelan,ia masih mengingat sedikit kata-kata pengakuan dari Dika tadi. "Lo mau ini? Tadi gue ambil dari posko dapur umum." Ucap Dika memberi sepiring nasi. Dika pun ikut ambil bagian,ia menyuapi Clara dengan pelan. Dan sesekali tersenyum. Kini,gantian Kara yang cemburu. Huft,cinta segitiga yang rumit.

*

Bus yang mengantar para pendaki sudah sampai dihalaman sekolah,menurunkan satu-persatu orang didalamnya. Begitupun dengan Clara,Kara dan Dika. Masih dengan posisi yang sama,keduanya berlomba-lomba memapah Clara. Tak jarang Clara mendengar umpatan serta bisik-bisik iri para peserta study tour. Bagaimana tidak iri,dua cowok paling ganteng dan kaya disekolahan sedang berlomba-lomba mencari perhatian Clara. Clara yang mungil,Clara yang cantik,Clara yang pintar disekolahnya dulu.

Namun,perhatian-perhatian yang membuat para gadis sekolahan menatap jengah kearah mereka segera berakhir. Dikarenakan pak Amin,supir Clara sudah menjemputnya. Wajah Dika dan Kara, kini terlihat bodoh. Melihat Clara yang melepaskan tangan mereka dan berlari kearah Pak Amin. Clara tersenyum simpul,membuat dua lelaki didepannya. Sekejap melting karena senyumnya yang manis. Tak ingin lama-lama Clara segera masuk dan menutup mobilnya. Clara menurunkan kaca mobilnya, dan menatap kearah laki-laki disamping mobilnya.

"Clara duluan ya Ka,Dik?" Ucap Clara. Keduanya hanya melambai dan tersenyum. "Cie,kompak. Makasih ya sahabat-sahabatku?" Ucap Clara tulus sekaligus mengejek mereka. Yang diejek hanya tersenyum kecut satu sama lain.

Ha? Sahabatan sama dia?
Oh tidak!

Mobil Clarapun segera meluncur pergi,meninggalkan dua laki-laki yang ganteng dan lucu-lucu ini. Namun,wajah dingin mulai menghinggap kembali diwajah keduanya. Stay cool,right?

"Lo liatkan? Clara mulai nganggap gue sahabatnya? Ternyata gak butuh waktu bertahun-tahun kayak lo." Ucap Dika sinis. Kara tersulut marah,namun badannya terlalu lelah untuk bertengkar. Ia berjalan meninggalkan Dika yang masih menatap sinis kearahnya.

Lo liat aja ntar. Ucap Kara dalam hati.

*

Clara menghempaskan tubuhnya keranjang. Rasanya sangat lelah selama 3 hari berkemah diluar. Otot-otot kakinya sudah sakit dan sangat lelah. "Makan dulu gih sayang,setelah itu baru mandi." Ucap mama Nita sambil mengelus pelan kepala Clara. Clara yang manja langsung meringsut kedada mama Nita dan memeluknya. "Mama.. Clara kangen." Ucap Clara manja. Yang mengundang gelak tawa Papa Clara yang tengah membaca koran hariannya.

Pelangi setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang