Insiden menguntungkan

80 4 4
                                    

"Mungkin ada benarnya juga buku - buku itu bilang. Orang - orang yang jatuh cinta terkadang terbelenggu oleh ilusi yang diciptakan oleh hatinya sendiri."

-Tere Liye, Berjuta Rasanya-

Sang penyanyi unggul telah selesai dari nyanyiannya. Begitu pula sang pemetik gitar,telah selesai dari permainannya. Bus yang membawa mereka ketujuan juga sudah sampai. Menyuguhkan sesuatu yang menyegarkan mata. Memompa oksigen yang sehat keseluruh tubuh. Setelah udara yang menyesakkan ditengah kota. Pemandangan yang disuguhkan,terpampang jelas sebagai ciptaan Tuhan.

Mereka telah sampai di Garut,dengan disajikan gunung Papandayan tepat didepannya. Gunung yang akan mereka taklukkan esok. Setelah peristirahatkan yang melelahkan sekarang.

"Semua barang,harap diturunkan. Kita akan berkemah disini malam ini. Besok,subuh-subuh sekali kita akan mendaki gunung Papandayan". Seru kak Dimas selaku ketua penjelajahan pada studytour.

Semua anggota mulai mengikuti intruksi sang ketua. Membangun tenda karena hari sudah mulai sore dan dingin. Sedangkan sekretaris dalam acara ini sibuk mengabsen setiap orang yang ikut. Memastikan kembali, kalau-kalau ada yang yersesat ketika menuju bawah kaki gunung Papandayan ini.

"Semua lengkap kak,50 orang peserta,serta 10 orang panitia" seru kak Sera lantang.

Disisi lain,Clara kepayahan membangun tendanya. Tentu saja, ini pertama kalinya ia berkemah diluar. Teman setendanya malah tidak hadir di tour kali ini. Memaksanya mau tak mau ia tidur sendiri. Namun,itu tak mematahkan semangatnya untuk mengikuti kegiatan ini. "Kemana sih,si Kara pengganggu itu. Disaat aku membutuhkannya dia entah kemana." Umpatnya dalam hati.

Namun,tampaknya gerutuan si gadis mungil tampak jelas oleh raut wajahnya. Dan sesosok laki-laki berwajah ketimuran mendadak datang menghampirinya. "Lo butuh bantuan?" Tanyanya.

"Menurutmu?" Jawab Clara datar tanpa menoleh. Orang yang ditanyai malah berbalik dan hendak pergi,merasa ulurannya tak ditanggapi dengan baik. Clara yang sadar bahwa orang itu adalah Dika,sontak berdiri kaget dan memanggilnya. "Dika,tunggu." Panggilnya cepat. "Sorry,aku tadi gak sadar kalo itu kamu. Aku butuh bantuan. Bolehkan?" Tanyanya hati-hati.

Dika pun tersenyum dalam hatinya. Merasa Clara mau menerima bantuannya. Dika oun berbalik,berjalan kearah Clara dan mulai mengerjai tenda yang masih tergeletak ditanah.

Namun,saat tengah mendirikan besi menyangga. Dika berkata pelan kearah Clara,"Ra,ada pasaknya lagi gak? Kurang deh kayaknya."

"Aduh,aku gak ngerti nih." Jawabnya pasrah.

"Yaudah,ayo kita cari dihutan" ucap Dika sambil menarik lembut Clara. Clara hanya mengikutinya dari belakang,dan berjalan sedikit cepat agar mensejajarkan langkahnya bersama Dika.

Hari sudah menjelang sore,waktu sudah menunjukkan waktu pukul 5 sore. Dika semakin mempercepat langkahnya,agar tak kemalaman dalam membangun tenda untuk Clara. "Dika,pelan kek jalannya,aku susah ni." Rengek Clara. Ia tampak jalan berhati-hati setengah berjinjit diantara rumput-rumput liar pendek yang sedikit basah.

Dika hanya diam,memang seperti itukan sifatnya? Diam,dingin dan tenang. Clara yang merasa dicuekin menggerutu kesal dalam hatinya. "Ni orang niat bantu gak sih? Jalannya cepet banget lagi." Gerutunya. Namun,jelas tak terdengar. Ia mengatainya dalam hati.

*

Disisi lain,seseorang tampak panik. Sudah satu jam ia tak melihat gadis mungilnya. Kemana dia? Padahal aku baru meninggalkannya sebentar. Ya Tuhan..

Pandangannya menyapu segala manusia yang ada didepannya. Mencari sosok yang dikenalinya, namun tak juga ia temukan. Entah kemana rimbanya iapun tak tahu. Ini kan hutan,kemana aku harus mencarinya?. Sudah frustasi ia mencarinya,akhirnya ia menemui teman Clara. Bodoh,mengapa tak terfikirkan, gerutunya.

Pelangi setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang