Fani's POV

137 4 3
                                    

Kadang-kadang langit bisa kelihatan seperti lembar kosong. Padahal sebenarnya tidak. BINTANG kamu tetap disana. BUMI hanya sedang berputar.

-Perahu Kertas-

Aku mengerang dan menggeliat diatas kasur. Berbalik menatap Clara yang masih tidur,sahabatku yang paling aku sayangi dihidupku. Aku bergegas kekamar mandi dan bersiap-siap akan ke kampus. Mengingat aku akan membantu dosen lagi untuk mengoreksi hasil ujian yang berlangsung kemarin.

Hari ini cukup cerah,matahari tak terlalu panas menyengat. Langit biru tanpa awan,hal yang sangat kusukai. Karena dengan begitu kemungkinan bintang akan muncul nanti malam. Dan aku akan bisa bebas menatapnya dengan teropong bintang kiriman orangtuaku dari Australia.

Aku bergumam,memikirkan kira-kira tadi malam Clara pergi kemana dan dengan siapa. Tampaknya Clara berpenampilan seperti orang yang akan pergi Dinner. Tapi dengan siapa?

Aku melihat kearah balkon, memikirkan Dika diseberang sana. Membayangkan wajah Dika yang tersenyum padaku. Tentang perhatian Dika yang bagiku melebihi pernah Christ berikan,aku jatuh cinta padanya. Aku melanjutkan aktifitasku sambil memakai switer rajutan putih,celana jeans dan mengambil tas selempangku yang berisi buku-buku. Hari ini Clara mendapat kelas siang,jadi aku tak perlu membangunkannya dengan cepat. Aku menarik selimut sampai batas lehernya,mencium singkat kening sahabatku dan berlari kebawah karena sudah hampir telat.

Pelajaran berlangsung hingga pukul dua belas tepat. Aku bergegas mengikuti dosen gemuk didepanku. Membantu dosen fisika memeriksa beberapa tugas yang sempat dikerjakan sebelumnya. Awalnya Clara satu jurusan denganku,Namun dia lebih berminat kearah kelas geografi dan pindah jurusan. Itu membuat kami jarang pergi bersama,dan jarang berbicara, apalagi ini hampir mendekati ulangan.

"Terimakasih pak,saya pamit pulang." Ucapku dan bergegas meninggalkan kampus. Ini sudah pukul 3 sore,aku ingin cepat pulang dan membantu tante Nita memasak,aku sudah berjanji padanya. Mengingat akhir-akhir ini aku sering sibuk. Dan mulai mengajak Clara berbicara,dan mengatakan padanya kalau aku punya perasaan pada Dika,mungkin ini lebih dari sahabat.

*

Tante Nita tampak memotong daun seledri untuk memasak sup. Disebelahnya ada Clara yang sedang mengaduk sup,sepertinya. Aku berlari memeluk Clara dari belakang. "Woy,serius amat lo."

"Ya ampun Fan,bisa pekak ni kuping aku,ih." Jawabnya kesal. Aku tertawa dan mencium pipi tante Nita,dia sudah kuanggap seperti mamaku sendiri,dan dia juga seperti itu. "Udah,mandi dulu sana nak,setelah itu kamu makan bubur sumsum tante buat tadi." Ucap tante Nita tersenyum.

"Oke deh tante." Jawabku mantap dan berjalan kearah tangga dan naik keatas,aku teringat akan sesuatu. "Ra,gue mau bicara sama lo,gue tunggu dibalkon." Ucapku sambil terus berjalan. Ia hanya membentuk tangannya seperti meng-oke kan.

Aku sudah tak sabar ingin menceritakan pada Clara,aku memasuki kamar mandi,mulai membersihkan badanku yang lengket karena keringat. Suara pintu terbuka pun terdengar,itu pasti Clara. Aku mengikat baju mandiku,dan mengelap rambutku yang basah.

"Kamu mau ngomong apa Fan?" Tanya nya. Ia duduk diatas kasur,melipat kakinya dan mengunyah permen karet. Aku tersenyum,berputar kearah sisi yang satunya. Duduk dan mengambil majalah dan bantal.

"Tapi lo harusw dukung gue ya?" Tanyaku bersemangat. Ia mengangguk antusias,ekspresi yang selalu membuatku senang. "Gue,gue.. hm.. lo tau kan,gue sering bareng Dika akhir-akhir ini." Ucapku.

"Hm,terus.." Ucapnya sambil terus mengunyah permen karetnya. Aku melotot kearahnya,menarik rambutnya kesal karena ia lebih memilih fokus pada hp nya. Ia tersunggut kesal dan mendelikkan matanya lalu memelukku.

"Ya,terus?." Tanyanya,kali ini lebih antusias.

"Lo tau,dia ngasih perhatian ke gue,mungkin baginya itu perhatian untuk persahabatan,ah gue juga gak ngerti. Tapi lo tau,gue suka sama Dika,Ra. Gue rasa,gue udah jatuh cinta sama dia." Ucapku sambil terus menahan senyumku.

Ia hanya diam,matanya menatap lurus kearahku. "Ra,gue salah ya?" Ucapku gelisah. Tiba-tiba senyumnya mengembang,mulutnya sedikit menganga. "Kamu serius? Wah,bagus donk,artinya kamu bisa move on dari laki-laki itu." Jawabnya penuh semangat dan memelukku. Tapi rasanya ada yang aneh saat dia memelukku,mungkin dia hanya terharu. Aku bahagia sekaligus lega sudah mengatakannya,setidaknya sahabat yang paling kusayang ini sudah tahu perasaanku pada laki-laki yang kusuka.

"Makasih ya Ra,lo udah dukung gue." Ucapku sambil terus memeluknya. "Aku pasti dukung kamu Fan,kamu sahabat aku." Jawabnya lembut.

Aku melepas pelukan dan spontan menanyakan perihal Kara. "Hm,hubungan lo sama Kara gimana?" Tanyaku. Ia hanya mengangguk lemah dan tersenyum hambar beda dari yang biasanya. "Kamu taukan,aku hanya menganggapnya kakak dan sahabat,tidak lebih."

Aku menyayangkan hal itu,karena Clara dan Kara adalah orang yang cocok jika dipasangkan. Kara juga sudah pasti mapan,walaupun ia masih kuliah,sikapnya yang dewasa dan selalu menyayangi dan bersama Clara membuatku begitu heran,mengapa diantara mereka tak ada rasa yang lebih.

"Okey,padahal kalian cocok." Ucapku sedikit menekuk.

Ia hanya tertawa dan melempar bantal kearah wajah sedihku,terjadilah lemparan dan perang bantal,menghamburkan kapuk dan kapas dari dalam bantal. Kami tertawa cekikikan dan saling melempar. Aku sangat menyayangi sahabatku yang satu ini. Lebih dari sahabatku yang lain. Aku akan terus disamping Clara,menghindarkannya dari si Ratu setan aneh sok cantik itu. Karin.

Gue sayang sama lo Ra,lo udah gue anggep sahabat gue sendiri..

Aku juga sayang kamu my sister..

Dan kamipun tertawa.

*

Aku mendapati Clara yang tengah bersandar dibesi pagar balkon kamar,matanya menatap lurus kedepan,tatapannya kosong. Hujan sedang mengguyur daerah ini. Biasanya Clara akan merentangkan tangannya dan tertawa seperti anak kecil yang baru mendapat permen. Riang dan tersenyum. Namun,entahlah kali ini ia sedikit berbeda.

Aku hanya menatapnya dari dalam kamar,aku lebih memilih menatap dan merasakan hujan dari atas kasur,aku tak berminat,oh bahkan tak suka hujan. Karena ini akan semakin mengingatkanku terhadap si brengsek Christ dan tentang pacar bugilnya itu. Menjijikkan! Rasa-rasanya aku tak ingin kembali ke Australia dan melihat kota itu.

Rasa dingin menusuk dan menyelinap lewat jendela dan pintu balkon kamar,aku mulai merasakan menggigil. Hujan semakin deras dengan kilatan petir. Mataku berat,berair. Kenangan buruk itu kembali terlintas. Aku menarik selimut sampai leher,meringkuk tak tahan dengan kejadian yang kuingat itu. Bekas luka yang kudapat karena berlari dan tersungkur ketanah cukup membuat rasa perih ini kembali kurasa. Bukankah tadi siang panas? Seharusnya malam ini ada bintang kan? Oh sial!

Mataku mulai berair dan basah,aku menutup mataku. Oh oke,menangis lagi! Aku melihat Clara mulai mendekat dan merangkulku,tapi aku tak mendengar apa yang dibicarakannya. Rasanya mata ini terlalu berat dan aku terlalu lelah untuk tersadar dan menatapnya.

Kurasa aku sudah tertidur.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 18, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang