Bila dua orang ingin bersahabat lebih dekat,mereka berdua memilih waktu dan tempat untuk bertemu dan kumpul berduaan. Kebersamaan mereka berubah yang dulunya spontan dan serba kebetulan,menjadi tetap dan terencana. Begitulah hubungan kita dengan Tuhan.
-Ralph Martin-
Clara berhenti menatap kearah seberang rumahnya. Berjalan menuju tempat tidurnya. Dan mulai melempar Fanie dengan segudang pertanyaannya, yang sedari tadi sudah ingin ia tanyakan. "Fan,kamu kenapa milih kuliah disini? Bukannya bagusan diluar ya?." Tanya Clara buka suara. Ia duduk di pinggiran tempat tidur dan sambil menyisir rambutnya dengan tangannya. Tanpa menoleh,karena sahabatnya itu juga sedang membolak-balik majalah yang baru ia beli tadi siang.
"Hm,gak semuanya. Gue mau gimanapun lebih suka di Indonesia-lah. Lebih enak aja gitu. Gue juga bingung kenapa." Jawab Fanie santai sambil mengunyah kacang dimulutnya. Matanya masih terpaku kearah majalah barunya. Clara-pun hanya ber-oh ria saja mendengar jawaban Fanie.
Sambil meregangkan otot-ototnya,ia pun masih bertanya kepada Fanie. "Trus,disana lo udah punya pacar belum?" Tanya Clara sarkastik.
"Haha,belom. Gue udah putus sama pacar gue."
"Loh,kok gitu? Kenapa? Orang bule juga?" Tanya Clara antusias. Fanie sebenarnya sudah malas membahasnya. Namun, si Clara yang banyak tanya ini akan terus menanyainya jika tak ada jawaban yang pasti. "Hm,ia yang setahun lalu gue kasih tau ke lo. Putusnya gara-gara dia selingkuh sama perempuan lain. Ngapain gue pertahanin. Nah,lo sendiri? Gimana sama Kara? Udah lanjut?." Tanya Fanie dengan nada setengah mengejek.
Clara sering menceritakan tentang Kara yang menjadi sahabatnya semenjak tidak bersama Fanie. Tentang Kara si atlet bertubuh kekar. Tentang Kara yang selalu melindunginya dan menjaganya. Tentang hal-hal yang ia lakukan bersama Kara.
Ia akan selalu menceritakan tentang Kara kepada Fanie,kalau mereka sedang ber-skype an atau sekedar chat dan berkirim email. Jadi Fanie tahu persis siapa itu Kara.
Clara seketika membelalakkan matanya. Menatap Fanie dengan ekspresi kesalnya yang lucu. "Apaan sih kamu Fan,aku sama Kara sahabatan doang. Gak lebih." Jawab Clara singkat.
Fanie memutar bola matanya malas,beralih kemajalah yang mulai bosan ia bolak-balik. "Besok jogging yok?." Ucap Fanie tiba-tiba. Clara hanya mengangguk mengiyakan. Rasa kantuknya sudah mulai terasa. Membuatnya merebahkan badannya ketempat tidur. Menarik selimut teddybear kesayangannya.
"Aku capek ni Fan,tidur duluan ya?" Ucap Clara malas. "Entar tutup pintu balkonnya." Sambungnya lagi.
"Ia,gue masih mau baca dulu. Tidur aja lo duluan." Jawab Fanie dengan tangannya yang masih sibuk membalik-balik majalahnya. Ia melihat cover dari majalah tersebut,wanita yang masih ABG namun sudah sangat terkenal dikalangannya. Dengan tubuh langsing yang tinggi. Serta rambutnya yang terurai indah. Karin Meydiana.
Nama yang bagus.
Fanie berjalan kearah balkon,mencari sedikit udara segar sang malam. Menatap kearah luar. Menyusuri setiap jalanan yang ada dibawahnya dengan matanya. Menghirup udaranya kuat-kuat dan menghembuskannya dengan pelan.
Aku akan tinggal disini untuk beberapa tahun kedepan.
Mencoba melupakan semuanya,
Semoga aku bisa.Matanya kini terpejam,angin malam menerpa wajah Fanie yang cantik. Kulitnya yang mulus,begitu cantik dibawah sinar rembulan malam. Rambutnya mengayun pelan,seirama dengan angin malam ini.
Ia berjalan kearah Clara tidur,menatap wajah sahabatnya yang imut itu. Menggemaskan. Kemudian ia berjalan kearah sisinya mencoba terlelap disamoing sahabatnya. Ini sudah larut malam,dan besok ia harus bangun pagi untuk jogging bersama Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi setelah Hujan
ФанфикHidup memiliki banyak pilihan, ketika kau memilih antara persahabatan dan cinta, kau sering kali terjebak dan salah. namun tidak denganku,aku memilih sesuatu yang tepat. walaupun menoreh kesedihan yang mendalam. yakinlah, pelangi setelah hujan itu a...