Perjalanan Baru

72 3 0
                                    

Life is the journey,not a destination

-Steven Tyler-

Langkah kaki gadis itu kini berlari sekencangnya,bagaimana bisa ia terlambat disaat kampus pertamanya. Ia pasti akan dihukum dosen yang mengajar bagi ilmu fisika kali ini. Ia mengumpat kesal dalam hati,dikarenakan sahabat-sahabatnya tak membangunkannya. Mamanya,papanya,pembantynya pun sama. Tak ada yang membangunkannya. Kalau bukan karena pak Amin menghidupkan mobil,pasti aku tak akan terbangun. Huft.

Ia sudah sampai didepan pintu ruangannya. Beruntunglah dosen belum masuk. Ia bernafas lega dan berjalan terengah-engah kebangku kosong dipojok belakang. Hanya bangku itu yang tersisa akibat keterlambatannya. Ia melihat Fani hanya menertawainya dibangku depan.

"Ih kamu kok malah ngetawain aku sih? Bukannya dibangunin juga." Umpat Clara kesal kearah Fani. Fani beranjak dari bangkunya dan mendatangi Clara. "Abisnya lo sih,kebo. Dibangunin juga. Capek gue banguninnya. Tante Nita udah bangunin juga,tapi lo gak bangun juga. Makanya gue berangkat duluan." Ucap Fani lebar.

Clara hanya nyengir kuda. "Emang sebudeg itu ya aku Fan?" Tanya Clara dengan tawanya yang malu. Fanie hanya mengedikkan bahunya dan kembali duduk dikursinya karena sudah datang. Pelajaranpun dimulai. Clara menyimak dengan hikmat. Ia sangat senang,dikarenakan jurusan astronomi yang dipilihnya juga dipilih oleh Fani sahabatnya. Alasannya,karena Fani begitu menyukai bintang.

Alasan yang kekanak-kanakan. Batin Clara tertawa. Ia aneh melihat sahabatnya yang sangat menyukai bintang. Berbeda dengan dirinya yang sangat menyukai hujan.

*

Pelajaran dihari pertama pun selesai,Clara dan Fani segera keluar dan menuju kearah kantin dikarenakan perut keduanya sudah sangat lapar untuk dibiarkan. Dikantin ia bertemu dengan Kara yang juga ikut nimbrung dengan keduanya.

Kara memesan makanan mereka bertiga,Mie instan goreng kesukaan ketiganya dan jus jeruk. Tak lama pesanan pun datang,mereka melahapnya dengan bersuka cita dan bercanda. Fani pun tipe yang cepat akrab dengan orang lain,jadi baginya gampang-gampang saja bercerita seru dengan Kara. Kara juga tipe cowok yang welcome jadi mereka cepat nyambung.

Tak berapa lama Dika pun datang,hari ini ia kelihatan tampan. Tas coklat ransel disampirkan dibahu kanannya,baju hitam berkancing dan celana jeansnya. Membuat Clara dan Fani menatap kearahnya. Namun,Clara menyadarkan pandangannya dan menoleh kearah makanannya.

Dika datang dan menyapa mereka,duduk bergabung dengan mereka. Fani dengan senang hati menyuruhnya duduk,begitu juga dengan Clara ia sangat senang jika bisa melihat Dika. Hatinya selalu senang,namun ia menyembunyikannya karena menghargai Kara yang menjaganya. Menurut Clara, Dika tak berbahaya seperti yang Kara katakan.

Kara hanya memandang sinis kearah Dika yang meminta untuk bergabung dengan mereka. Namun, ia tak sejahat itu ia tetap menerimanya. Dika pun sudah memesan makanannya,mereka pun kembali menyantap makanan.

"Gimana hari pertama kuliah lo Dik?." Tanya Fani disela makannya. Dika yang mengambil jurusan ilmu pertambangan tampak senang dengan kuliah pertamanya. "Hem,seru sih. Walaupun sempet ditentang nyokap buat ngambil jurusan manajemen,tapi akhirnya diijinin,ya ginilah sekarang. Gue seneng." Jawab Dika antusias.

Aku pun menanyai Kara,karena sejak sedari tadi Kara hanya diam dan cemberut kesal. "Kamu gimana Ka kuliahnya?." Tanya Clara.

"Ya,gitu deh. Asik-asik aja. Gue sengaja ambil manajemen,bokap gue nyuruh itu." Jawab Kara asal. Clara tahu kalau Kara sebenarnya tertarik pada ilmu kehutanan,namun demi perusahaan orang tuanya ia terpaksa menurutinya.

Clara yang mendengarnya hanya ber-oh ria saja. Merekapun kembali menikmati makanan mereka. Sesekali terdengar canda diantara keempatnya. Kara juga mulai menikmati kebersamaan mereka,meski ada musuh bebuyutannya. Namun,demi Clara dan teman barunya Fani,itu tak jadi masalah.

Gadis bertubuh semampai itu hanya menatap tajam kearah seseorang disana. Ia sangat membenci gadis itu. Terlebih senyumnya dan tawanya. Kenapa semua orang yang kusuka dekat dengannya sih? Batinnya. Tanpa sadar tangannya mengepal kuat,wajahnya memerah. Matanya menyorotkan pandangan benci,ia menyampirkan tas kecilnya asal. Menelpon seseorang yang sudah sejak lama ia butuhkan untuk mencelakai gadis itu.

Lihat saja nanti. Seringai licik keluar dari mulutnya.

*

Clara,Fani,Kara dan Dika melenggang berjalan kearah parkiran. Mereka akan pulang kerumah masing-masing. Karena nanti malam akan diadakan acara barbeque-an keluarga Clara. Clarapun mengundang Kara dan Dika.

"Pokoknya entar malem wajib datang ya?." Ucap Clara manis.

"Males gue." Jawab Kara singkat. Clara memandang heran kearah Kara. Pasti karena Dika. Batin Clara. "Gak deng,gue bercanda. Langsung cemberut gitu anak kecil gue." Ucap Kara menarik Clara dalam rangkulannya. Sesekali Kara menarik hidung Clara manja. Clara hanya mendecak kesal karena hidungnya memerah karena terus di pencet. Dika hanya memandang iri dan terus menatap keduanya.

Lo berdua deket banget ya. Batinnya. Namun,ia tetap tersenyum dan seolah ikut tertawa lucu memandang keduanya. Mereka pun sudah sampak diparkiran,Kara dengan motor berisiknya. Dika dengan mobil sportnya sedangkan Clara dan Fani dijemput oleh pak Amin. Mereka pun melesat kearah rumah masing-masing.

*

Clara dan Fani terlihat sibuk menyiapkan segala perlengkapan untuk acara barbeque-an keluarga kecil-kecilan ini. Mama Nita dan Papa juga menyiapkan alat panggangan. Begitu juga dengan pak Amin dan bi Ninan,semuanya ikut dalam melaksanakan acara rutin ini. Tampak kebahagiaan tersorot dari mata keluarga ini.

Tak lama,Dika dan Kara pun tiba,Kara yang sudah terbiasa dengan keluarga Clara,mengapa papa dan mama Clara,bercakap-cakap dan tertawa. Dika yang tak mau kalah akrab mulai memperkenalkan diri dan bersalaman pada kedua orang tua Clara. Clara memandang senang kearah Dika,baginya hari ini Dika sangat tampan,begitupun sahabatnya Kara tampak manis.

Penampilan Clara dan Fani juga tampak cantik,walaupun mereka sama-sama hanya memakai blus dengan balutan warna putih dan rok senada dengan baju mereka. Namun tampak Sempurna. Mereka seperti adik-kakak yang kembar.

Dika sesekali melempar pandangan Clara yang sibuk menyiapkan makanan dan beberapa peralatan makan. Clara yang merasa diperhatikan hanya tersenyum malu-malu dan sesekali membalasnya dengan senyuman dan menunduk malu. Mencoba sibuk dan tak perduli. Tapi Dika tak terlalu bahaya. Batinnya.

Acara manggang-memanggang pun dimulai,mereka tampak sesekali bercanda tawa,tak sering juga Clara diganggu oleh Kara yang sengaja membuat Dika iri. Namun,inikan kebiasaannya. Mengganggu Clara,membuatnya cemberut dan ngambek karena kesal. Kara mencubit pipi Clara manja,mengusap rambutnya acak. Terdengar decakan kesal Clara karena rambutnya yang cantik rusak.

Semuanya tampak tertawa,menikmati kelucuan antara dua sahabat yang sudah dari kecil ini bersama. Walaupun ada yang merasa risih,namun tak membuatnya jenuh menatap tawa gadis ini. Baginya tawanya mampu membuatnya bahagia dalam hati. Dika mengulum senyum menatap Clara.

Namun,tampak dari balik pagar luar seorang suruhan seseorang menatap dan melaporkan setiap kejadian yang dilihatnya. Ia menempelkan ponsel ditelinganya,menelpon.

Ia bos,Dia juga disini.

"....."

Baik bos,terimakasih.

Pelangi setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang