Ya Tuhan, aku sempurna tertikam oleh ilusiku sendiri. Penghianatan oleh hatiku yang sibuk menguntai simpul pertanda Cinta.
-Darwis,Tere Liye-
Clara hendak mengambil potongan timun yang berada dikulkas rumahnya. Tanpa sadar,Dika berjalan dibelakangnya. Clara berbalik mengarah Dika,menatap aneh melihatnya.
"Ke.. kenapa lo Ra?." Tanya Dika gugup. "Loh,kamu yang kenapa? Mau kemana? Kok kedapur juga?." Tanya Clara tak kalah salah tingkah. Dadanya naik turun.
"Err.. enggak aku mau cuci tangan aja kok." Ucap Dika sambil nyengir kuda,ia tampak menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Oh itu kekanan ada wastafel." Jawab Clara santai dan berjalan kearah kulkas. Ia mengambil timun-timun yang sudah dipotong dan siap dihidangkan bersama lalapan. Kok aku kikuk gini sih? Kan Dika cuman mau cuci tangan, ya ampun. Trus aku kenapa mesti deg-deg an gini sih, nggak-nggak boleh.. batin Clara.
Dasar cowok payah,masak gitu aja gue grogi sih. Santai aja kali Dika. Clara aja nampak santai. Ya ampun. Ia membatin,menggaruk-garuk kepalanya. Dika berjalan kearah luar,ia melihat genangan air. Clara melaluinya dan tergelincir,ia berlari dan menangkap tubuh Clara.
Hap. Dapat.
Clara berada dipelukan Dika. Timun yang dibawanya hampir saja tumpah,ia tergelincir dan membuatnya kehilangan keseimbangan,beruntung ada Dika yang menangkapnya. Keduanya saling tatap, nyaris sangat dekat. Namun,Clara tersadar dan berusaha untuk berdiri. Dika pun membantunya berdiri.
"Eh maaf," Ucap Dika.
"I..iya gak apa. Makasih ya Dika." Ucap Clara.
Jantung keduanya berdetak kencang. Perasaan aneh mulai begitu terasa. Salah satunya menepis rasa itu,namun satunya menerimanya dengan senang. Berharap dapat mengungkapkan semuanya.
*
Sedari tadi Kara memanggang barbeque bersama papa Clara,keduanya tampak akrab dan saling berbicara mengenai perusahaan orang tua Kara. Keduanya seperti rekan bisnis yang sedang membicarakan mengenai saham mereka,sangat menarik dan sesekali mengundang gelak tawa keduanya.
Dika hanya berhembus pasrah,bagaimanapun ia tak terlalu mengenal keluarga Clara. Ia tak sakit hati,baginya berkenalan seperti ini dan mendekat belum terlambat. Dika mencoba berbicara pada mama Nita,mengajaknya bercakap-cakap. Tentang Dika yang jarang keluar dan Dika yang pendiam. Mama Nita mendengarkan dan berbicara dengan ramah.
Acarapun terus berlangsung,selain keluarga Clara ada tiga sahabatnya juga yang menemani dan berbagi bersamanya. Ini sangat menyenangkan. Batinnya. Senyumnya berulang kali selalu merekah menatap orang-orang yang dikasihinya disekitarnya.
Menatap seseorang yang mungkin,
Dicintainya.
*
Mata kuliah hari ini cukup melelahkan. Bagaimanapun, anak kuliahan astronomi harus mempelajari ilmu dasar matematika dan memperdalam fisika. Karena jurusan ini yang disukai Fani dan Clara,membuat mereka dengan senang hati mengikuti setiap mata kuliah ini.
Clara memutuskan untuk keperpustakaan,ia akan mereferensi beberapa buku,dan meminjam buku diperpustakaan mengenai ilmu astronomi. Sebuah hoby baru.
Fani tak bersamanya,Fani sedang ada urusan dengan temannya yang lain. Tapi mereka akan pulang bersama nanti siang. Clara berjalan melewati koridor fakultas. Menyusuri setiap lorong-lorong disudut fakultas ini. Banyak juga yang menyapanya,dikarenakan sikap ceria dan ramahnya. Sehingga banyak yang mengenalnya. Sesekali ia bersenandung kecil,karena ia memakai earphone ditelinganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi setelah Hujan
FanfictionHidup memiliki banyak pilihan, ketika kau memilih antara persahabatan dan cinta, kau sering kali terjebak dan salah. namun tidak denganku,aku memilih sesuatu yang tepat. walaupun menoreh kesedihan yang mendalam. yakinlah, pelangi setelah hujan itu a...