Tapi,apalagi yang membuat hati berdesir selain pertemuan yang tidak disengaja?
-Tere Liye-
"Den Dika, ini minumnya." Beri sang pembantu. Bi Minah. Orang yang selalu merawat dan menjaga Dika dari ia kecil sampai sekarang. Kemana orang tuanya? Jangan ditanya. Mereka sibuk bekerja diluar negeri, tanpa sedikitpun memikirkan perhatian yang dibutuhkan sang anak. Dika yang terlihat cuek, membuat orang tuanya dengan tega meninggalkannya sendiri dirumah dengan harta dan tanpa kasih sayang. Mungkin memang mereka akan menelpon Dika sesekali. Untuk sekedar menanyakan kabar Dika, dan rencananya sekolah kekota Paris. Dika hanya mengatakan aku akan urus sendiri ma,pa. Bekerja sajalah,ketika aku butuh bantuan aku akan menelpon kalian. Sifat Dika yang dewasa membuat orang tuanya tak terlalu memikirkan keadaannya. Namun,walaupun begitu Dika yakin orang tuanya bekerja banting tulang untuknya hidup. Jadi ia tak terlalu memusingkan soal kasih sayang.
Sifatnya yang dingin dan apatis,membuatnya tak punya kawan. Namun,ada hal yang menjadi kegemarannya dari dulu,sejak seorang gadis dengan keluarga kaya Raihan pindah kekomplek ini. Gadis lincah,lembut serta cantik yang tinggal diseberang rumahnya. Dari dulu ia akan terus memperhatikan gadis cantik bertubuh mungil itu dibalkon rumahnya. Setiap hujan turun,Dika akan berlari kekamarnya mengintip sang gadis menikmati hujan. Bahkan ia menyukai hujan dikarnakan sang gadis yang mengajarkannya cara menikmati buliran air yang menghujam lembut bumi ini. Ia hanya bisa memperhatikan,secara diam-diam dibalik tirai kamarnya. Namun, kejadian beberapa hari yang lalu,membuatnya begitu terasa dekat menikmati senyum indahnya. Dika yang tak sengaja keluar balkon untuk menikmati udara malam yang dingin mendadak disambut hujan dan ia hanya duduk memejamkan mata menikmatinya. Namun,tiba-tiba ia dikejutkan dengan kebiasaan sang gadis yang menyukai hujan,ia mematikan lampu balkon dan terus berdiam untuk menikmati senyuman sang gadis lebih dekat. Namun sayang,kehadirannya disadari sang gadis. Bahkan ia tak sadar,ia yang sedang diperhatikan.
Ia masih mengingat kejadian kemarin malam,sampai akhirnya ia kembali bertemu dengan gadis itu tadi pagi. Ntah bagaimana caranya, Dika si aneh akhirnya memberanikan diri menjumpai Clara. Dia terlihat lucu. Gumam Dika.
Pertemuan yang secara tiba-tiba membuat hatinya benar-benar berdetak lebih keras lagi. Ia yakin,bahwa akan serius untuk terus mendekati Clara. Dan tak memperdulikan Kara si licik. Bagaimanapun juga Dika sudah lebih dulu melihat Clara,bukan? Dan Clara itu bukan siapa-siapa si Kara licik itu. Tak ada aturan yang mengisyaratkan ia harus terus menjaga jarak dengan Clara. Bagaimanapun juga aku harus mengenal Clara lebih dekat. Sudah cukup sepuluh tahun ini aku terus-terusan menatapnya dari jauh. Toh,aku juga punya hak. Ya kan?
Kau sukses menarik hatiku,Ra..
First love..
I will get you..*
Hadeuh.. gimana readers?
Aneh ya?
Disini aku lagi ngestuck banget.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi setelah Hujan
FanfictionHidup memiliki banyak pilihan, ketika kau memilih antara persahabatan dan cinta, kau sering kali terjebak dan salah. namun tidak denganku,aku memilih sesuatu yang tepat. walaupun menoreh kesedihan yang mendalam. yakinlah, pelangi setelah hujan itu a...