Jangan lupa kasih vote dan komen ya.
Bagian 13
****
"Badan Saya sakit semua," keluh Mas Abi esok harinya saat Kami tengah sarapan.
"Ya karena Mas maksa tidur di sofa kan. Padahal ada kasur?" jawabku.
"Saya kan ngikutin kemauan Kamu," dalihnya. Padahal Aku tak meminta dia tidur di sana.
"Kan Aku udah minta Mas Abi balik ke kamar," ucapku tak mau kalah.
"Sudah tau begitu lain kali jangan tidur di luar lagi."
Aku berdecak saat melihat wajah datar itu menggerutu tak menyalahkan ku, "Aku terus yang salah," gumamku lirih.
"Sudah seharusnya salah Kamu."
Eh, dengar ternyata.
Tak ingin memperpanjang urusan dengan Mas Abi yang pada akhirnya akan selalu Aku yang salah lebih Aku pergi dan melanjutkan acara beres-beres rumah. Mumpung ini hari minggu Aku bisa mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak bisa ku kerjakan di hari biasa karena jadwal kuliah.
Hari minggu adalah hari Aku membereskan rumah. Biasanya Mas Abi akan membantu. Kami akan membagi pekerjaan agar cepat selesai. Mas Abi yang membersihkan area depan sementara Aku yang kebagian dalam rumah.
Mumpung cuaca lagi cerah Aku memutuskan untuk mencuci baju terlebih dahulu. Ku pisahkan pakaian warna putih ke dalam bak cucian karena Aku akan mencucinya dengan tangan. Sementara pakain berwarna akan ku bilas dengan mesin cuci.
"Ai." Panggil dari Mas Abi terdengar.
"Aku di tempat cucian Mas," jawabku.
Benar saja, beberapa saat kemudian sosoknya muncul di ambang pintu. Menatap ku sejenak lalu beralih pada tumpukan baju di depanku dan kembali menatapku lagi.
"Kenapa Mas?" tanya ku.
"Masih inget sama resep kue bolu? "
Aku hanya mengangguk sebagai respon.
"Bisa buatkan buat Saya lagi? "
"Bisa..." Aku mengingat sejenak isi kulkas "tapi bahannya yang nggak ada," lanjut ku.
"Saya bantuin nyuci, habis itu Kita belanja sekalian sama beli keperluan lainya," ucapnya.
"Mas beresin depan aja. Ini Aku selesain sendiri, biar nanti pas keluar semua udah beres. "
"Sudah Saya bereskan."
"Ya udah," balas ku.
***
Salah satu swalayan ternama menjadi pilihan Mas Abi untuk belanja siang ini. Jarak yang cukup jauh dari rumah dan juga macetnya perjalan membuat Kami lebih lama di dalam mobil. Padahal ada swalayan yang lebih dekat namun Mas Abi lebih memilih di sini. Dengan alasan lebih lengkap dan dekat dengan restoran yang ingin dia datangi.
Sebagai penumpang yang baik Aku tak banyak protes hari ini. Yang penting segala hal yang ku perlukan nanti ada dan dia yang membayar Aku tak akan menolak sejauh apa Mas Abi memilih tempat belanja Kami.
Cukup lama kami berkeliling karena ternyata barang yang dibeli cukup banyak. Selain keperluan dapur ternyata keperluan pribadi ku yang membuat keranjang belanja kami penuh. Mas Abi hanya mengikuti di belakang tak banyak bicara. Ia hanya mengangguk setiap ku tanya dan hanya akan bicara saat Aku terlalu lama memilih.
"Beli aja yang besar, " ucapnya saat Aku bingung memilih daging kemasan kecil atau yang besar.
"Takut nanti nggak kemasak, kan sayang, " jawabku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat
ChickLitTakdir? Kita tak pernah tahu takdir apa yang akan kita jalani. Kita juga tak pernah tahu akhir seperti apa yang akan kita alami. Bagiku, Kamu adalah asing. Dan Bagimu, Aku adalah asing. Entah ini skenario Tuhan atau hanya lelucon alam. Namun ap...